1 Kisahku Dengan Kakak

Namaku Rui. Aku adalah anak adopsi di keluargaku yang sekarang, karena keluargaku yang dulu tidak mampu membiayai kebutuhan hidupku maka dengan berat hati ibuku mengusulkan agar aku diadopsi oleh keluarga yang lebih mampu.

    

Dan tak selang waktu lama setelah aku dipromosikan di sebuah panti asuhan, akhirnya ada sebuah keluarga yang bersedia untuk mengadopsi ku.

    

Mereka sangat baik padaku, terlebih kakak angkatku yang bernama Aguinna Clarista. Aku biasa memanggilnya Kak Guin, usia kami terpaut 5 tahun. Sejak kedatangan ku pertama kali dalam keluarga ini, Kak Guin lah yang paling antusias menyambut ku.

Dia sangat senang karena akhirnya bisa mempunyai seorang adik laki-laki. Karena keinginan Kak Guin sedari kecil adalah ingin mempunyai adik laki-laki, maka kehadiranku dalam keluarga ini merupakan hadiah terbesar bagi Kak Guin.

Itulah kenapa Kak Guin sangat overprotective padaku karena ia takut jika terjadi apa-apa denganku. Namun dibalik itu semua aku percaya jika Kak Guin adalah kakak yang baik yang selalu menyayangi adiknya.

Kini 12 tahun telah berlalu sejak aku diadopsi pada umur 4 tahun dan sekarang usiaku genap 16 tahun, sementara Kak Guin berusia 21 tahun. meskipun umur kami sudah bukan anak-anak lagi tetapi kami masih selalu melakukan banyak hal bersama seperti waktu kecil dulu dan inilah kisahku bersama Kak Guin dalam keluarga baruku.

***

Pagi ini hujan turun dengan derasnya, membuat siapa saja enggan untuk meninggalkan rumah dan memilih untuk menghabiskan hari dengan tidur di kasur yang empuk. Akan tetapi karena kewajiban yang harus dijalani membuat orang tidak punya waktu untuk bermalas-malasan di rumah.

Hal itu yang terjadi di rumahku saat ini. Baik mamah, papah, maupun Kak Guin mereka semua sangat sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat ke tempatnya masing-masing.

Mamah dan papah yang harus segera pergi ke kantor, Kak Guin yang harus segera pergi ke kampus untuk kuliah, dan aku yang harus segera menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

Selesai bersiap-siap kami berempat berkumpul di meja makan untuk sarapan. Sembari basa-basi papa dan Mama menanyakan beberapa hal kepada kami

"Gimana kuliahmu Guin?" Tanya papah.

"Baik kok pah." Jawab kakak sambil menyendok nasi ke mulut.

"Kalau kamu Rui, gimana dengan sekolahmu?" Kini giliran papah menanyaiku.

"Eh, aku baik juga." Jawabku singkat.

"Syukurlah kalau baik. Jadi gini, papah mau menyampaikan sesuatu sama kalian." Ucap papah tiba-tiba.

"Apa tuh pah?" Tanya Kak Guin penasaran.

"Sepertinya biar mamah saja yang menjelaskannya." Ujar papah sembari melirik ke arah mamah.

"Eh, kok mama sih pah!" Celetuk mamah.

"Udah gapapa mama saja yang jelasin ke mereka." Jawab papah memaksa.

"Huh iya deh. Jadi begini Guin, Rui. Hari ini mamah sama papah ada tugas dari kantor yang tidak bisa ditinggalkan atau diwakilkan." Jelas mamah.

"Terus?" Tanya kakak.

"Jadi mamah sama papah akan pergi ke luar kota selama 1 minggu. kalian nggak papa kan kalau kami tinggal selama 1 minggu?" Tanya mamah.

"Ya gak apa-apa sih mah kalau cuma 1 minggu doang." Jawab Kak Guin.

"Kalo kamu Rui?" Mamah menanyaiku.

"Eh, aku juga nggak apa-apa kok mah. Lagian ada Kak Guin yang selalu menjagaku jadi aku merasa baik-baik saja jika ditinggal mamah sama papah." Jawabku spontan.

"Ish kamu ini!" Celetuk Kak Guin sembari mencubit gemas pipiku.

"A-aduh kak sakit tau!" Rintih ku.

"Anak pintar." Papah tersenyum pada ku.

"Baiklah kalau kalian merasa tak masalah jika kami tinggal selama satu minggu. kami pun juga lega meninggalkan kalian kalau begitu." Ujar mamah.

"Karena posisimu sebagai kakak jadi kami mengandalkan tanggung jawab ini padamu Guin. Jaga adikmu dengan baik dan pastikan kondisi rumah selalu bersih saat kami tinggal selama satu minggu!" Tegas papah.

"Siap pah!" Jawab kakak mantap.

"Oh ya satu lagi, jangan pernah membukakan pintu pada orang yang tidak dikenal. Kita harus berjaga-jaga dengan hal itu, karena zaman sekarang banyak modus kejahatan dengan cara bertamu!" Mamah mencoba memperingati kami.

"Iya mah Guin paham." Ucap kakak.

"Ya sudah cepat segera berangkat jika sudah selesai sarapan atau kita akan terlambat!" Mamah menyudahi obrolan hari ini.

Kami berempat segera beranjak dari meja makan dan segera berangkat ke tempat masing-masing. Aku diantar mamah dan papah terlebih dahulu ke sekolah menggunakan mobil karena kebetulan sekolahku dan kantor mereka satu arah. Sementara Kak Guin, dia naik taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya.

***

Tepat jam 4 sore bel pulang sekolah pun berbunyi. Anak-anak segera merapikan alat tulis mereka dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah kelas dibubarkan, murid-murid segera berlarian keluar kelas untuk pulang. Sementara aku tetap diam di kelas karena cuaca masih hujan sementara aku tidak membawa payung. Aku mengambil ponsel dan mencoba untuk menghubungi Kak Guin, tapi tidak tersambung. Mungkin Kak Guin sedang sibuk begitu pikirku.

Dengan terpaksa akhirnya aku terobos hujan yang semakin lama semakin deras ini. Aku berlari menyusuri jalan pulang dengan kondisi basah kuyup. Untung saja tasku dilengkapi dengan wheather shield jadi buku-buku ku aman dan hanya seragamku saja yang basah.

15 menit berlari akhirnya sampai juga aku di rumah. Aku segera membuka pintu dan ternyata Kak Guin sudah pulang duluan.

"Aku pulang!" Teriakku mengucap salam.

"Ya ampun Rui kamu kok basah kuyup gini?" Tanya kakak sembari mendekatiku.

"Iya Kak tadi aku lupa tidak bawa payung."

"Kenapa nggak telepon kakak, kan kakak bisa jemput kalau gitu!" Bentaknya.

"Eh, tadi aku sudah berusaha menelpon kakak kok tapi tidak tersambung." Bela ku di depan Kak Guin.

"Duh kamu ini nanti kalau kamu sakit gimana coba? Ya sudah lepas seragammu sana nanti kamu masuk angin, kakak mau ambil handuk dulu!" Ujarnya.

"Iya Kak."

*Beberapa menit kemudian...

"Nih handuknya!" Menyodorkan handuk ke arahku.

"Makasih Kak."

Aku segera menutupi tubuhku yang hanya memakai celana pendek dengan handuk.

"Habis itu mandi sana! Nanti kakak buatkan teh hangat. Sekalian mau mengeringkan seragammu yang basah!" Tutur Kak Guin.

"Iya." Aku hanya menurut.

"Kakak taruh di meja makan ya teh nya, nanti ambil saja. Kalau ada perlu tinggal ke kamar kakak, kakak ada di sana!"

"Oke kak!"

Selesai mandi aku pergi ke kamarku untuk berganti pakaian setelah itu pergi ke kamar kakak.

Di depan pintu kamar Kak Guin.

"Tok...tok...tok"

"Kak boleh aku masuk?" Tanyaku.

"Masuk aja pintunya nggak dikunci!" Jawab kakak dari dalam.

"Oke!" Jawabku sambil membuka pintu.

Kulihat di dalam kamar Kak Guin sedang belajar di meja belajarnya dengan hanya menggunakan tanktop berwarna pink dan juga celana gemes pendek.

"Eh kakak sedang belajar ya, maaf kalau aku ganggu." Ucap ku.

"Tidak masalah, sebentar lagi juga selesai, tehnya sudah diminum?" Tanyanya padaku.

"Sudah Kak makasih ya, maaf juga gara-gara aku lupa bawa payung jadi merepotkan kakak." Jawabku.

"Iya nggak apa-apa kamu kan adik kakak jadi sudah jadi tanggung jawab kakak buat jaga kamu." Jelasnya.

"Emm kak!"

"Ya?"

"Kalau malam ini hujannya tidak terang aku boleh tidak tidur bareng kakak?"

"Boleh kok silahkan, memang kenapa kalau tidur sendiri?"

"Emmm, aku takut tidur sendiri jika hujan deras seperti ini apalagi kalau disertai petir yang menggelegar."

"Ya boleh kok kalau mau tidur sama kakak, tapi jangan ngompol ya, hihi." Jawabnya dengan tertawa kecil.

"Yee makasih kak!" Aku senang karena kakak memperbolehkan ku tidur dengannya.

"Ya udah kalau kamu mau tidur, duluan saja! Kakak masih ada tugas yang harus diselesaikan." Jelas Kak Guin.

"Masih banyak ya Kak tugasnya?" Tanyaku penasaran.

"Enggak kok sedikit lagi."

"Oke deh kalo gitu.

Aku merebahkan diri di kasur kakak. Dia masih saja fokus dengan PR-nya sampai tidak menoleh saat aku bicara dengannya.

"Rui!" Panggil kakak yang tiba-tiba menoleh ke arahku.

"Eh, iya Kak?!"

Aku kaget karena tiba-tiba Kak Guin menoleh ke arahku.

"Pintu depan sudah dikunci belum?" Tanyanya.

"Eh, nggak tahu tuh Kak. Coba aku periksa dulu."

Akupun beranjak dari kamar kakak dan bergegas menuju pintu depan.

"Hati-hati Rui."

"Iya kak!"

Sesampainya di pintu depan.

"Baiklah, pintu depan sudah dikunci, jendelanya juga. Dengan begini rumah ini sudah aman." Gumam ku.

Selesai mengunci pintu dan jendela aku iseng-iseng mengintip halaman luar rumah dari balik kaca jendela.

"Huh, masih deras saja hujannya. Atau mungkin malah tambah deras?"

Aku membalikkan badan dan terduduk di lantai.

Tiba-tiba hal buruk terjadi.

avataravatar
Next chapter