Sebuah pengakuan cinta

"Aku mencintaimu dan aku tau ini salah. Seharusnya ini tidak terjadi tapi aku juga tidak mengerti rasa cinta itu muncul begitu saja seiring aku sering menemanimu, berdekatan denganmu. Sebelumnya aku tidak pernah bisa membayangkan akan menemukan pengganti istriku yang sudah meninggal. Tapi ketika aku bertemu denganmu, aku melihat sosok ibu yang tepat untuk Sofia ada dalam dirimu." Dean terus mengungkapkan apa yang dirasakannya.

Bryana hanya terdiam dengan jantungnya yang berdebar-debar, tubuhnya seketika lemas melihat tatapan Dean seakan menusuk relung hatinya, membuat bibirnya terasa kering dan tidak mampu mengatakan apapun.

"Aku sudah mencoba mengendalikan diriku, tapi sikapmu yang terlalu terbuka dan baik padaku, membuatku semakin hanyut. Aku tidak ingin terus menahannya dan membuatku merasa sakit. Maka lebih baik aku pergi dan tidak melihatmu lagi. Aku akan pergi juga demi kebaikan Sofia," ucap Dean dengan penuh rasa sakit. Sakit melihat Bryana hanya terdiam, namun dia tidak berharap lebih. Yang terpenting adalah wanita itu sudah mengetahui isi hatinya dan mungkin akan membiarkan dia pergi.

Bryana masih diam tidak menyangka Dean akan menyatakan perasaan yang sudah dinantikan nya. Itu berarti cintanya tidak bertepuk sebelah tangan dan dia memiliki kesempatan untuk menjadikan Dean sebagai pasangan hidupnya. Namun semua itu sia-sia saat Dean menjauh dari tubuhnya.

"Biarkan aku pergi. Maaf atas sikap lancang ku," seru Dean menekuk wajahnya dan hendak membuka pintu.

Bryana menggeleng takut dan langsung memeluk Dean dari belakang, menenggelamkan pipinya ke punggung bodyguard nya yang terasa kaku karena kekar. "Jangan pergi, Dean."

"Tidak, aku harus pergi demi kebaikan diriku, kebaikan Sofia dan kebaikanmu juga. Aku takut semakin jatuh hati padamu dan aku tau itu salah!" Dean menegaskan, mencoba melepaskan rangkulan Bryana.

"Jangan!" Bryana mengeratkan rangkulannya. Dia sudah tidak peduli akan posisinya sebagai majikan yang mungkin terlihat begitu rendah. "Tetaplah di sini bersamaku karena aku juga mencintaimu, Dean." 

Seketika Dean terdiam. Dia merasakan percikan aneh di hatinya, ada rasa lega dan bahagia luar biasa menerpa jiwanya, membuat seluruh tubuhnya seolah lemas dengan jantungnya yang berdegup kencang. Untuk beberapa saat pria itu sangat bahagia, kemudian berbalik menatap sang majikan yang menawan dan sempurna memiliki segalanya. Hal itu membuatnya kembali merasa sangat rendah dan tidak pantas untuk bersanding dengan sang majikan.

"Tidak, Jill. Kamu tidak mungkin mencintaiku. Aku sangat tidak pantas untukmu!" Dean menggeleng dan melepaskan pegangan tangan Bryana pada pinggangnya.

"Kenapa? Apa menurutmu yang pantas untukku hanyalah pria kaya seperti Carlos, Alex atau Vincent? Aku tidak butuh pria seperti mereka!" Bryana menatap kesal pada Dean yang terus menerus minder. Matanya bahkan sudah memerah karena air mata sudah menggenang di kelopak matanya.

"Ya, tapi kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari mereka," seru Dean dengan hati yang begitu sakit. Andai garis kemiskinan bukanlah takdirnya, dia sangat ingin menikahi Bryana.

"Tidak! Aku hanya ingin kamu, Dean. Hanya kamu yang aku percaya bisa menjadi pendamping hidupku, menjadi ayah untuk Calvin!" Bryana menegaskan dengan tidak sadar air matanya sudah tumpah begitu saja. Entah apa yang harus dilakukannya untuk membuat Bodyguard itu tidak terus menerus minder.

Dean menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Melihat Bryana yang bahkan sampai menangis untuknya. "Jill, aku pernah dalam posisi ini. Aku tidak ingin kejadian masalalu ku terjadi lagi. Kamu tau sendiri mertuaku juga sangat kaya raya dan dia tidak menganggap ku sebagai menantu, bahkan selalu ingin merebut Sofia dariku secata paksa. Aku ragu keluargamu akan terima jika kamu menjalin hubungan denganku."

Bryana menghela napas, memejamkan matanya untuk beberapa saat kemudian kembali menatap Dean. Tangannya perlahan meraba rahangnya yang sedikit berbulu halus karena brewok yang tumbuh. "Aku tidak peduli perihal suka atau tidak suka keluarga ku dengan hubungan kita. Karena kita yang menjalani, bukan mereka."

"Tapi restu keluarga adalah doa untuk kebahagiaan kita." Dean menekuk wajahnya, masih ragu untuk melangkah bersama Bryana.

"Maka aku akan memohon restu pada mereka. Keluargaku tidak seburuk dengan keluarga almarhum istrimu, mereka sama sepertiku yang tidak memandang seseorang hanya dari materi ataupun status," ucap Bryana dengan penuh keyakinan.

Dean menatap Bryana yang begitu menginginkan sebuah hubungan bersamanya. Ah, dia juga menginginkan hubungan itu namun rasa ragu masih terus melanda hatinya.

"Percayalah, Dean. Karena hanya kamu yang aku inginkan setelah sekian banyak pria mencoba mendekati ku, aku hanya memiliki rasa untukmu," seru Bryana dengan tatapan memohon. Oh God, dia sangat tulus dan ingin bodyguard nya itu tidak minder lagi.

"Tapi aku tidak memiliki apapun untuk membuatmu bahagia." Dean menundukkan wajahnya, dengan segala rasa sakit di hatinya karena mencintai wanita sempurna di hadapannya itu.

"Uang saja aku dapat darimu, bagaimana aku bisa menikahimu!" Perlahan setetes air mata terjatuh dari pelupuk Dean.

Bryana pun ikut menangis, menggeleng dan mengusap air mata Bodyguard nya yang terus berjatuhan. "Dengan menjadi milikmu aku akan bahagia. Aku tidak butuh harta atau apapun darimu. Aku hanya ingin kamu menjadi pendamping hidupku, menjadi ayah Calvin dan aku akan menjadi ibu untuk Sofia."

"Tapi, Jill ...." Dean tampak tidak yakin.

"Please ...stay here and always with me." Bryana memohon.

Melihat ketulusan Bryana, Dean tidak dapat menahan hatinya untuk tidak semakin jatuh cinta pada Bryana. Ya, dia langsung memeluk erat majikannya itu dengan segala rasa cinta yang bergejolak di harinya.

"Jangan pergi!" seru Bryana sambil terisak dalam pelukan Dean.

"Ya, aku akan tetap di sini, menjadi bodyguard mu," balas Dean kemudian mencium rambut Bryana yang halus dan harum.

Bryana langsung melepas pelukan Dean dan menggeleng menatapnya. "Jangan menganggap dirimu adalah bodyguard ku, karena mulai malam ini kamu adalah calon suami ku!"

Dean tersenyum geli dan gemas melihat Bryana yang sangat ingin menjadikannya sebagai suami. Entah bagaimana menggambar kan rasa bahagia yang menerpa hatinya, dia langsung menunduk mencium bibir janda muda itu dengan begitu agresif namun perlahan melembut dan tangannya secara refleks memegangi tengkuk leher wanita yang diciumnya itu.

"Eummmhh ...."

Bryana pun membalas ciuman itu dengan lembut, membiarkan lidahnya menyatu dengan lidah bodyguard tampan itu. Perlahan dia mengalungkan tangannya ke leher bodyguard itu dan memejamkan mata, merasakan nikmat dan indahnya ciuman dengan cinta setelah sekian lama bibir itu tidak tersentuh oleh bibir pria manapun.

"Aku selalu menahan diri untuk tidak mencium bibir ini, tapi hari ini aku kehilangan pertahanan itu," ucap Dean dengan suara yang seperti kehabisan oksigen, kemudian kembali mencium bibir Bryana dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.

"Dan aku juga merasa selalu ingin mencium bibirmu. Dan aku hampir frustasi menunggumu untuk berani melakukannya," ucap Bryana setelah mendorong Dean karena merasa kehabisan oksigen.

Dean menatap Bryana yang bicara dengan sedikit terengah-engah. Begitu sexy dan menggiurkan, membuatnya ingin mencium nya lagi dan lagi.

Bryana kembali menarik Dean dan berjinjit untuk menciumnya dengan begitu agresif. Ah, sepertinya dia memang tipikal wanita yang liar saat beradu bibir. Dan itu membuat Dean semakin menyukainya. ah, akhirnya dua sejoli itu benar-benar saling merasakan kelegaan karena sudah mengungkapkan rasa cinta mereka.

avataravatar
Next chapter