18 Rencana ke pesta

Suasana pagi yang begitu cerah secercah hati Dean, karena dia akan pulang dan menghabiskan waktu seharian bersama putrinya. Saat ini, pria itu sedang bersiap di dalam kamarnya  yang didesain identik dengan aura pria, dia mengenakan setelan celana jeans hitam dan t-shirt putih ketat menonjolkan ototnya yang kekar, kemudian mengenakan jaket kulit hitam. Dia sangat keren dan siapapun akan terpesona dengannya.

Setelah memastikan dirinya sudah siap, Dean segera berjalan keluar kamar melintasi ruang tengah dan ruang tamu. Ada Bryana sedang duduk di sofa sembari membaca majalah dan menikmati lemon tea.

Dean mendekati Bryana yang tampak elegan mengenakan terusan dress putih dengan membiarkan rambut indahnya tergerai. Pria itu merasa gugup untuk bicara dan belum biasa memanggil dengan menyebut namanya.

"Kamu sudah akan berangkat, Dean?" Akhirnya Bryana yang mengawali pembicaraan.

"Iya ..., Jill, mungkin aku akan kembali besok pagi-pagi sekali," jawab Dean agak gugup.

Bryana mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja, kemudian memberikannya pada Dean sambil berkata, "pakai saja salah satu mobilku."

"Tidak, aku naik taxi saja," tolak Dean dengan tersenyum dan menggeleng.

"Aku belum memberi gaji untukmu. Jika kamu naik taxi, pasti akan membuang uangmu sia-sia. Dan aku meminjamkan mobil kepadamu juga supaya kamu dapat kembali tepat waktu," ucap Bryana bernada tegas, supaya Dean mau memakai mobilnya.

"Tapi, Jill ...."

"Bukankah kita teman? Maka jangan menolak bantuan temanmu ini." Bryana meraih tangan Dean, kemudian meletakkan kunci itu ke telapak tangan Dean.

"Aku tidak menerima penolakan," lanjut Bryana kemudian kembali duduk dan meraih majalahnya.

Dean menatap kunci mobil di tangannya, kemudian melirik Bryana yang kini sedang membaca majalah.

"Terima kasih, aku berjanji akan kembali tepat waktu," ucapnya kemudian.

Bryana hanya menanggapi Dean dengan mengangguk tanpa menoleh.

Dean segera berjalan keluar rumah menuju garasi, namun saat di teras, dia berpapasan dengan gadis cantik dengan wajah asli Asia, tersenyum menatapnya seakan menyapa dan segera berlalu begitu saja karena gadis itu masuk ke ruang tamu.

Dean berjalan menuju garasi dan menghampiri mobil sport hitam milik Bryana yang tidak kalah keren dengan mobil yang biasa dipakai.

'Dia adalah wanita yang baik,' gumam Dean dengan tersenyum membayangkan wajah dan tangan Bryana saat menyentuh tangannya.

__

Bryana yang sedang asik membaca majalah, dikejutkan dengan seorang gadis yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Jangan terlalu serius!" ucap gadis itu.

"Soraya," sapa Bryana dengan menatap gadis itu agak terkejut.

"Kamu melihatku seperti melihat hantu saja," seru Soraya sembari mendudukkan dirinya di sofa berhadapan dengan Bryana.

"Kamu memang seperti hantu. Aku kira kamu sudah tiada karena lama tidak ada kabar dan sekarang datang membuatku terkejut," ucap Bryana dengan sedikit candaan.

"Aku tidak ada kabar karena aku honeymoon ke Hawai bersama Johnny," jelas Soraya.

Mata Bryana sukses terbelalak menatap Soraya seakan terkejut pada penjelasannya. "Honeymoon? Jadi, kamu dan Johnny sudah menikah?"

"Belum," singkat Soraya.

Bryana langsung memukul paha Soraya dengan bantal kecil di sampingnya sambil berkata, "lalu kenapa honeymoon? Kamu melakukan sex before marriage. Keterlaluan dan tidak patut dicontoh!"

Soraya tersenyum nakal kemudian berkata, "aku tidak bisa menolak ajakan Johnny. Lagipula, dia akan menikahi aku."

"Tetap saja itu pelanggaran!" sahut Bryana dengan menggeleng kemudian kembali menyandarkan tubuhnya pada sofa.

"Oiya, siapa pria tadi?" tanya Soraya saat teringat berpapasan dengan Dean.

"Dia Dean, bodyguard ku," jawab Bryana santai.

Soraya tampak terkejut dan menepuk paha Bryana dengan tangannya cukup keras.

"Awww!" Bryana meringis kesakitan dan menatap heran pada Soraya. "Kenapa memukulku?"

"Kamu menjadikan pria setampan itu sebagai bodyguard? Dia bahkan lebih pantas menjadi suami barumu dan dia jauh lebih tampan dari Alex." Soraya mulai memuji Dean.

"Tubuhnya sangat kekar, dia pasti akan sangat ganas di ranjang. Seharusnya kamu menjadikannya suami," seru Soraya dengan pikiran kotornya.

Bryana menggeleng meski hatinya seolah berkata "Iya" namun dia harus mengetahui tentang Dean lebih jauh. Siapa tahu pria itu punya kekasih? Bryana tidak ingin menjadi perebut dan dia juga tidak tahu bagaimana perasaan bodyguard nya itu kepada dirinya, dia juga belum memahami perasaan yang dia miliki itu adalah cinta atau sekedar kagum.

"Hey, Kenapa malah melamun?" Soraya menepuk paha Bryana lagi dengan keras. Astaga, sepertinya paha Bryana akan memerah jika terus berdekatan dengan gadis nakal itu.

"Tidak apa-apa. Tolong jangan memukulku lagi, rasanya sangat panas," seru Bryana sembari mengusap pahanya.

"Lalu, apa tujuan mu datang ke sini?" tanya Bryana.

"Aku akan menikah dengan Johnny dua hari yang akan datang, Kamu harus datang ke pesta pernikahan ku," jelas Soraya. "Oiya, Kamu harus datang membawa pasangan, karena ada game spesial di acara pesta itu," lanjutnya.

Bryana menghela napas kemudian mengambil teh nya yang dilupakan untuk diminum sejak tadi, lalu meminumnya hingga habis.

"Soraya, mungkin aku akan datang dengan mengajak Calvin saja," ucap Bryana setelah meletakkan gelasnya kembali ke atas meja.

"Astaga, apa kamu akan berdansa dengan putramu yang masih sangat pendek itu? Aku serius mengadakan pesta ini, jadi ajaklah pria yang sedang dekat denganmu."

"Aku tidak sedang dekat dengan siapapun." Bryana menunjukkan raut wajahnya yang sedih.

Soraya berpikir sejenak memikirkan siapa pria kenalannya yang juga dikenal Bryana. "Ajak Carlos saja, sepertinya dia menyukaimu, dia pasti akan sangat bersedia menemanimu menghadiri pesta pernikahan ku," serunya kemudian.

Bryana menghela napas, melirik Soraya yang belum mengetahui fakta tentang Carlos yang mencoba melecehkan nya. Namun, dia enggan menceritakan kejadian itu, karena sahabatnya itu akan mendadak jadi wartawan untuk menginterogasi nya.

"Aku tidak akan mengajaknya, bagiku dia kurang pantas bersanding denganku," ucap Bryana.

Soraya kembali berpikir dan teringat pada Dean yang dalam bayangan nya akan sangat serasi bersanding dengan Bryana.

"Aku tahu siapa yang pantas kamu ajak," ucap Soraya dengan tersenyum.

"Siapa?" tanya Bryana penasaran.

"Bodyguard mu," singkat Soraya dengan tatapan menggoda.

"Jangan gila, aku malu jika harus meminta nya untuk menemaniku menjadi pasangannya," seru Bryana dengan tatapan tidak suka.

"Oiya, aku lupa menjelaskan detail game itu. Kamu akan berdansa dengan pria pilihan mu yang memakai topeng. Semua pria akan memakai topeng yang sama dan kamu bisa memilih pria lain jika malu dengannya," jelas Soraya.

"Bagaimana jika aku salah memilih dan malah memilih nya?" tanya Bryana dengan tatapan bingung.

"Itu berarti kalian berjodoh,"jawab Soraya dengan terkekeh. Dia dapat melihat ada cinta di mata Bryana untuk Dean.

"Aku akan mempertimbangkan nya," ucap Bryana.

"Hem, yang penting kamu datang membawa pasangan dan jangan Calvin, dia akan mengamuk jika dibawa ke pesta orang dewasa," balas Soraya.

Bryana mengangguk kemudian beranjak dari duduknya. "Kamu ingin minum apa? Karena asik mengobrol, aku jadi lupa memberi hidangan untukmu."

"Sudah telat, karena aku harus melakukan persiapan pernikahan ku," jawab Soraya kemudian mengambil sebuah undangan dari dalam tas Branded miliknya yang berwarna merah. "Bawa ini saat datang ke pestaku, atau kamu tidak boleh masuk jika tidak membawanya."

Bryana memutar bola matanya kemudian menatap sinis pada Soraya. "Dan aku akan berhenti menjadi sahabatmu jika aku diusir hanya karena lupa membawa undangan ini."

"Hahaha aku hanya bercanda!" Soraya terkekeh kemudian segeda beranjak dari kursi.

"Yasudah, aku akan berusaha tetap datang dan membawa undangan jelek ini," ucap Bryana sembari menatap undangan Soraya yang tampak elit menampilkan foto Johnny dan Soraya yang tampak elegan mengenakan gaun pengantin di dekat sebuah danau.

"Aku pulang," pamit Soraya kemudian segera berjalan keluar dari rumah mewah sahabatnya itu.

Usai Soraya pergi, Bryana bergeming memikirkan bagaimana jika dirinya akan berdansa dengan Dean. Oh waw, wajahnya sudah panas membayangkan wajah Dean yang begitu tampan dan mempesona akan berada di dekat wajahnya. Janda muda itupun mulai berkhayal meski sebenarnya masih malu-malu jika sungguh akan terjadi.

avataravatar
Next chapter