2 Pertama kali Bertemu

Keesokan harinya ....

Saat waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, seorang pria berpostur gagah dan berwajah tampan dengan hidung yang mancung, matanya berwarna biru hazel, serta rambut yang agak blonde, sedang berjongkok di hadapan seorang gadis kecil yang menangis menatapnya.

"Jangan menangis, Sayang. Papa pergi untuk bekerja. Papa janji akan datang setiap minggu untuk menemani kamu bermain." Pria bernama Dean jackson itu mencoba menenangkan putrinya yang enggan ditinggal pergi.

"Biarkan papa pergi, Sofia. Kan masih ada nenek yang bisa menemani mu bermain dan mengantar ke sekolah." Ibu Dean yang bernama Lily pun juga mencoba menenangkan cucunya. Wanita paruh baya itulah yang selama ini membantu Dean untuk merawat Sofia semenjak Clarissa meninggal saat melahirkan.

"Papa boleh pergi, Tapi papa harus ajak Sofia jalan-jalan setiap minggu!" ucap Sofia dengan bersungut-sungut. Karena dia belum rela jika ayahnya pergi meninggalkannya bekerja.

Dean tersenyum dan memeluk Sofia sebentar lalu mencium pipinya. Dia merasa berat meninggalkan putrinya untuk bekerja sebagai bodyguard. Sebenarnya pria itu merasa kurang yakin pada pekerjaannya, karena ada suatu hak yang membuatnya harus menjaga ibu dan putrinya juga. Namun dia butuh pekerjaan ini untuk menyambung hidup.

Dean beranjak berdiri dan menyalami Lily. "Aku berangkat dulu, Bu. Jaga Sofia baik-baik dan jangan biarkan dia bermain keluar rumah sendiri," pesannya.

"Iya, Dean. Kamu tenang saja. Putrimu aman bersama ibu," balas Lily dengan tersenyum melegakan.

"Kalau begitu aku berangkat sekarang," pamit Dean. Dia menunduk kembali mencium Sofia dan segera berjalan sembari menyeret koper menuju mobil yang sudah menunggunya.

Lily dan Sofia melambaikan tangan sebagai tanda selama tinggal untuk Dean yang akan berjuang mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

____

Di tempat lain, Bryana sedang berkemas di rumah sakit. Karena Calvin sudah diperbolehkan untuk pulang. Beruntung bocah itu hanya mendapatkan luka ringan karena terbentur di mobil kemarin.

"Apa sudah selesai, Jill?" tanya Raymond saat baru masuk.

"Sudah, Kak," jawab Bryana sembari menenteng tas berisi pakaian Calvin kemarin.

Raymond segera menghampiri Calvin yang masih duduk di atas ranjang dengan perban yang masih tertempel di keningnya. Dia segera menggendong keponakannya itu dan berjalan keluar ruangan diikuti oleh Bryana.

Mereka berjalan menyusuri koridor-koridor rumah sakit menuju pintu arah keluar. Saat itu masih sepi karena masih pagi. Bryana pun belum sempat mandi dan akan mandi di rumah saja, sedangkan Raymond sudah terlihat rapi karena semalam dia tidur di rumah dan pagi-pagi datang untuk menjemput.

"Apa Lauren baik-baik saja?" tanya Bryana. Dia teringat pada  baby sister nya karena kemarin saat pergi mengejar Calvin, dia membiarkan gadis itu tetap di mobil dalam keadaan masih terikat.

"Tentu saja," jawab Raymond.

"Syukurlah." Bryana menghela napas lega sembari berjalan santai beriringan dengan Raymond.

"Aku sudah meminta orang kepercayaanku untuk menjemput dia bodyguard, mungkin sekarang mereka sudah tiba di rumah," ucap Raymond.

"Secepat itu, Kak." Bryana menoleh menatap Raymond yang malah tersenyum padanya.

"Demi keselamatanmu dan keponakanku, aku akan bergerak cepat."

Raymond dan Bryana tiba di parkir rumah sakit. Mereka segera naik ke mobil dan mengemudikannya menuju arah ke rumah yang tidak jauh dari rumah sakit itu. Hanya butuh waktu tempuh perjalanan 15 menit mereka akan tiba karena kendaraan yang dinaiki adalah mobil sport dan di jam saat ini tidak terlalu macet.

____

Dean telah tiba di rumah calon majikannya, yaitu rumah Bryana. Rumah itu tampak megah dan mewah dengan desain modern. Cat berwarna silver mendominasi rumah itu, di selingi warna hitam di bagian pilar dan dan setiap sudut tembok. Terdapat garasi berisi mobil mewah yang berjajar dengan rapi, taman di samping bagian kanan rumah dan halaman yang cukup luas.

'Clarissa, aku akan tinggal di sini untuk mendapatkan uang. Aku tidak akan membiarkan anak kita kekurangan meski keluargamu mampu memberinya segala kemewahan. Anak kita akan tetap aman dari kejaran keluargamu,' batin Dean sembari menatap rumah Bryana dari kejauhan.

"Apa kamu yang bernama Dean Jackson?" tanya seseorang yang baru menghampiri Dean.

"Iya," singkat Dean sembari menyalami seseorang itu.

"Aku Louis, kita akan menjadi partner di sini," ucap orang yang bernama Louis itu. Tubuhnya kekar dengan wajah yang mulus tanpa brewok dan rambutnya yang terdiri dengan style mohak.

"Senang bisa bekerja sama denganmu." Dean melepas salaman tangannya.

"Oiya. Kudengar, calon majikan kita seorang janda yang sangat cantik dan keturunan Indo-Eropa. Aku sangat penasaran ingin melihat kecantikannya," ucap Louis dengan menggebu-gebu.

Dean hanya tersenyum tipis menanggapi. Dia memilih untuk tetap diam karena tidak suka membicarakan topik seputar perempuan. Kematian Clarissa cukup membuatnya sulit menerima setiap gadis ataupun Janda yang berusaha merayunya.

"Aku sudah membaca file tentangnya, semoga saja aku yang mendapat bagian menjaganya dan kamu menjagà anaknya," ucap Louis dengan tersenyum nakal. Dia samasekali tidak mencerminkan bodyguard yang biasa identik dengan sikap yang kaku dan formal.

"Semoga harapanmu tercapai," balas Dean dengan santai. Dia bahkan belum sempat membaca tentang data calon majikannya.

Sebuah mobil memasuki halaman rumah mewah itu dan berhenti di dekat Dean dan Louis berdiri. Turunlah seorang pria berpostur gagah dengan brewok yang sama tebalnya dengan Dean. Dia adalah Raymond yang langsung menghampiri Dean dan Louis

Bryana juga terlihat turun dari mobil sembari menggendong Calvin. Dia segera menghampiri Raymond yang sedang berbincang dengan dua pria yang menurutnya asing.

"Siapa mereka, Kak?" tanya Bryana sembari melirik Dean dan Louis.

"Calon bodyguard mu, Jill" jawab Raymond.

"Oh." Bryana melirik ke arah Dean yang tidak menatapnya samasekali, sedangkan Louis tersebyum ramah. "kalau begitu aku masuk dulu," pamitnya.

Bryana segera berjalan menuju pintu utama memasuki rumah sembari menggendong Calvin yang sejak tadi diam. Semenjak kedua orang tuanya berpisah, anak itu memang lebih pendiam karena sering dibully teman sekelasnya.

'Ya Tuhan, kenapa dia sangat mirip dengan Clarissa. Cara berjalan dan menatapku sama persis dengannya,' batin Dean. Diam-diam dia memperhatikan Bryana yang mirip dengan mendiang istrinya. Namun dia mencoba untuk tetap tenang dan berpikir kemiripan seseorang itu wajar terjadi.

"Dean, Louis. Aku akan membagi tugas kalian," ucap Raymond. "Louis bertugas menjaga Calvin dan kamu Dean, bertugas menjaga adikku, Bryanà," lanjutnya dengan penjelasan.

Dean dan Louis pun mengangguk paham. Lalu kembali mendengarkan penjelasan Raymond.

"Adik dan keponakanku itu sedang diburu untuk dicelakai seorang pria bernama Alex. Dia punya bodyguard yang sering mendadak datang menganggu mereka. Aku tahu kalian sudah terlatih dan memiliki sertifikat sebagai bodyguard dengan kemampuan handal, kuharap kalian bisa menjaga mereka dengan baik karena aku akan pergi ke London."

Raymond ke mobil sebentar untuk mengambil dua dokumen dan menyerahkannya pada Louis dan Dean. "Semua tugas kalian tertera di sini."

"Baik, kami akan memahami dan melaksanakan tugas ini dengan baik, Tuan," ucap Dean sembari mengambil dokumen itu. Begitu pula Louis yang juga mengambil dokumen itu.

"Kalau begitu ayo masuk, akan kutunjukkan kamar kalian," ajak Raymond sembari berjalan menuju rumah Bryana.

Dean dan Louis pun mengikuti sembari menyeret koper mereka masing-masing.

"Ternyata kamu yang menjaga janda cantik itu, kamu sangat beruntung, Dean," lirih Louis sembari berjalan mengikuti Raymond.

"Entahlah, ini beruntung atau bukan," sahut Dean. Dia merasa seperti melihat sosok Clarissa dalam diri Bryana. Pria itu takut akan terbawa perasaan jika terus berdekatan dengannya.

avataravatar
Next chapter