10 Over protektif

Jadwal perjalanan menuju bali telah tiba. Kini, Dean dan Bryana serta Carlos sedang di bandara untuk cek in.

"Nyonya Bryana, anda sudah saya pesankan tiket," ucap Carlos.

Bryana mengerutkan dahinya. "Kenapa repot-repot? Saya bisa beli tiket sendiri."

"Carlos tersenyum tipis, kemudian berkata, "saya yang mengajak anda, maka saya juga yang bertanggungjawab untuk membiayai semuanya, Nyonya Bryana. Anda tidak perlu sungkan."

Bryana menghembuskan napas kasar kemudian menoleh melirik Dean yang sejak tadi terdiam di belakangnya. "Dean, aku akan beli tiket hanya untukmu sàja. Karena aku sudah dibelikan," ucapnya kemudian.

Dean hanya menanggapi dengan anggukan kemudian membiarkan Bryana membelikan tiket untuknya karena sejak kemarin sibuk dan lupa memesan tiket. Dia melirik Carlos yang tampak menatap Bryana dengan tatapan penuh kecurigaan, dia merasa Carlos sengaja mengajak Bryana untuk berduaan.

'Caranya sangat kuno. Awas saja jika dia berani macam-macam, akan kupatahkan lehernya,' batin Dean diam-diam tidak menyukai Carlos dari sisi manapun.

Hingga beberapa menit menunggu, mereka dipersilahkan untuk segera masuk ke pesawat bersama para penumpang lainnya. Bryana duduk tepat di samping Carlos, sedangkan Dean malah jauh di belakangnya. Mereka berdua duduk di bagan kelas bisnis dan entah kenapa Bryana merasa tidak nyaman karena Dean tidak ada di dekatnya.

"Kenapa, Nyonya?" tanya Carlos memperhatikan Bryana yang tampak gelisah sebelum pesawat take of.

"Tidak apa-apa, aku hanya kepikiran pada anakku saja," jawab Bryana bohong, karena nyatanya dia ingin di dekat Dean.

Dean berjalan mendekati Bryana kemudia duduk di kursi sebelahnya yang  masih kosong, dia melirik Bryana yang tampak terkejut karena kepindahannya.

"Kamu pindah ke sini?" Bryana memastikan.

"Iya, Nyonya, karena tugas saya adalah menjaga anda. Maka seharusnya saya harus di sini, di dekat anda," jelas Dean dengan tatapan datar. Sesekali dia melirik Carlos yang tampak sengaja duduk dekat-dekat dengan Bryana.

"Tapi kamu tadi di belakang, kenapa bisa pindah ke sini?" tanya Bryana.

"Saya upgrade tiketnya," jawab Dean. Entah bagaimana dia pandai bersiasat hingga dapat pindah di dekat Bryana juga. Setidaknya Bryana kembali merasa nyaman dan Dean juga bisa mengawasi gerak gerik Carlos.

____

Setelah hampir dua jam penerbangan, akhirnya pesawat yang ditumpangi Bryana mendarat di sebuah Bandara ternama di Bali. Dean segera menggandeng tangan Bryana untuk menuntunnya turun dari pesawat, entah apa yang membuat pria itu jadi over protektif, karena pekerjaan atau karena perasaan cemburu? Yang pasti dia tidak suka pada cara Carlos menatap Bryana.

"Dean aku bisa jaĺan sendiri," ucap Bryana.

Seketika Dean langsung melepas pegangan tangannya pada tangan Bryana. "Maaf, saya hanya ingin anda aman. Di sini terlalu berdesakan dan sepertinya Tuan Carlos memiliki niat lain," ucapnya kemudian.

Bryana mengerutkan keningnya kemudian menoleh ke belakang, melihat Carlos yang berjalan menyusulnya.

"Niat lain apa maksudmu, Dean?" tanyanya sembari mendongak menatap Dean yang lebih tinggi.

"Entahlah, yang pasti anda harus hati-hati," jawab Dean kemudian belok hendak menginjakkan kaki ke anak tangga.

Bryana terlalu memikirkan apa kira-kira niat Carlos, hingga dia tidak menyadari sudah sampai tangga dan hampir terjatuh karena kakinya berpijak kurang tepat. Beruntung Dean langsung menangkap nya.

'Oh damn! Aku tidak bisa membiarkan diriku semakin terjerat akan pesonanya,' batin Dean sembari menatap lekat mata lentik Bryana.

"Nyonya Bryana." Carlos datang dengan khawatir karena Bryana hampir jatuh.

Bryana segera berdiri kembali dan Dean melepas pegangannya.

"Terima kasih, Dean." Bryana kembali canggung. Tatapan dingin dari Dean saat menolongnya, seakan tidak bisa dia lupakan begitu saja.

"Anda baik-baik saja, 'Kan?" Carlos tampak khawatir.

"Seperti yang anda lihat, Tuan Carlos. Saya merasa baik-baik saja, karena ada yang selalu menjaga saya." Bryana melirik Dean yang selalu menjadi malaikat penolongnya.

"Syukurlah kalau begitu, mari kita ke hotel tempat kita menginap. Hotel itu juga tempat pertemuan para CEO nanti," ajak Carlos.

"Baiklah, ayo Dean."

Bryana menggandeng tangan Dean lanjut menuruni tangga. Pegangan tangan Bryana yang lembut seakan membuat tubuh Dean seakan gemetar. Entah sudah berapa lama dia tidak merasakan sentuhan yang membuat dirinya merasakan getaran di hatinya, karena setelah Clarisaa meninggal, dia menutup dirinya untuk siapapun.

___

Setibanya di hotel, Bryana diantar oleh Dean ke kamar nomor 324 sedangkan dia akan tidur di kamar nomor 340. Jarak nya sangat jauh dibanding Carlos yang akan tidur di kamar nomor 327.

"Jika anda perlu sesuatu, saya ada di depan. Anda bisa memanggil saya," pesan Dean sebelum keluar.

"Kamu kembali ke kamarmu saja, Dean. Aku akan baik-baik saja di sini," balas Bryana. "Lagian, sebentar lagi aku akan menghadiri pertemuan itu, lebih baik kamu mandi dan bersiap untuk ikut aku ke sana," lanjutnya.

"Baiklah, saya permisi." Dean segera keluar dari kamar Bryana. Dia bergegas ke kamarnya sendiri yang sangat jauh dari kamar Bryana.

Setibanya di sana, dia segera melucuti pakaiannya dan menatap dirinya di depan cermin kamar mandi. 'Dean, seharusnya kamu sadar diri, seharusnya kamu lebih menjaga perasaanmu untuk tidak semakin jatuh hati padanya, ingat dirimu! Ingatlah bahwa kamu hanya seorang penjaga untuknya! Kamu hanyalah butiran debu untuknya, dia memiliki segalanya sedangkan kamu hanyalah seorang pengawalnya!'

Dewa batin Dean seakan terus mengingatkan. Dean menyalakan shower, membiarkan tubuh kekarnya terguyur dinginnya air, sedingin hati nya yang lama tak tersentuh hangatnya cinta.

'Aku harus bisa mengendalikan diriku!' Dean menegaskan dirinya sendiri.

Setelah mandi, Dean segera berganti pakaian dengan mengenakan pakaian bodyguard nya yang khas didominasi warna hitam, memasangkan peralatan keamanan untuk melawan ketika ada yang tiba-tiba menyerang atau membuat Bryana dalam bahaya.

___

Bryana menatap pantulan dirinya di cermin. Dia sudah tampak menawan dengan mengenakan atasan berwarna putih dipadu dengan blazer merah marun, serta memakai rok dengan warna sepadan blazer nya sebatas lutut, menjepit sebagian rambutnya ke belakang, make up yang tidak terlalu tebal. Janda muda itu terlihat sangat mempesona meski hanya akan menghadiri pertemuan formal.

"Perfect!"

Bryana beranjak dari kursi kemudian berjalan mengambil tas branded berwana putih. Dia berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya. Saat itu juga Dean akan mengetuk pintu itu.

"Dean."

Dean terdiam menatap betapa mempesona Bryana, hingga dia tercekat beberapa saat.

"Dean." Bryana tersenyum menatap Dean yang malah hanya diam saja.

"Ah Iya, apa anda sudah siap? Saya siap mengantar ke manapun anda pergi," ucap Dean setelah tersadar dari lamunannya, dia gugup dan jadi salah tingkah karena tidak bisa mengendalikan diri untuk mengagumi berapa pesona majikannya membuatnya terpana.

"Aku harus menemui Tuan Carlos terlebih dahulu, kita hampir dia sekarang," ucap Bryana kemudian berjalan menuju kamar Carlos yang hanya berjarak dua kamar darinya.

Tok ... tok ... tok ...!

Bryana mengetik pintu. Dean masih berdiri di belakangnya.

Ceklek ...!

Pintu terbuka. Carlos menatap Bryana yang sudah tampak rapi dan cantik, dia terpana dan menatapnya dengan tatapan sensual.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang, Nyonya. Karena saya sempat mendengar dari pegawai, banyak tamu dari pertemuan itu sudah berdatangan," ucap Dean melirik Carlos tidak suka.

Bryana hanya dapat mengulum senyumnya atas sikap Dean yang sejak tadi menunjukkan ketidaksukaan pada Carlos. "Ah iya, Sebaiknya kita ke sana sekarang," ucapnya kemudian.

"Mari."

Bryana sengaja berjalan bersama dengan Carlos, sedangkan Dean tetap di belakangnya.

'Aku yakin dia menyukai nyonyaku itu, matanya sungguh jelalatan.' Dean menatap dingin Bryana dan Carlos di depannya.

'Memangnya kenapa jika dia menyukai nyonya mu? Dia pria kaya dan juga tampan, kamu tidak berhak melarang atau mengatur. Kamu hanyalah penjaga, kamu bukan siapa-siapa! Mungkin dia tidak akan seperti Clarissa yang menerimamu apa adanya.' Dewa batin Dean kembali mengingatkan. Ah ya, sebenarnya itu pikiran Dean sendiri yang mencoba mengingatkan siapa dirinya.

Apakah salah jika seorang bodyguard menyukai majikannya yang begitu mempesona, bahkan mampu menggetarkan tubuhnya hanya saat melihat dia tersenyum? Sungguh, Dean semakin terjebak akan pesona Bryana, semenjak pertama kali melihatnya.

avataravatar
Next chapter