8 Jatuh di pelukan

Saat jam tujuh malam, Bryana sedang bersiap menyusul Calvin ke mal. Kali ini dia duduk di kursi meja rias sembari memakaikan make up tipis di wajahnya, menyisir rambutnya yang tidak terlalu panjang lalu memasangkan semacam jepit kecil untuk menjepit sebagian rambut itu ke belakang. Kemudian dia menyemprotkan parfum aroma  bunga blossom ke tubuhnya. 

Merasa sudah siap, Bryana berdiri menatap pantulan tubuhnya di cermin yang tampak anggun. Saat ini dia mengenakan celana jeans hitam dipadu dengan atasan blus berwarna biru dongker, menenteng tas branded warna cream.  Bryana berjalan keluar kamar menuju ruang tamu di mana Dean sudah menunggunya.

"Ayo berangkat, Dean. Aku khawatir Calvin marah jika kita terlambat menyusul," ucap Bryana sembari berjalan melewati Dean.

Dean hanya menanggapi dengan mengangguk dan langsung berjalan mengikuti Bryana menuju halaman di mana mobil mewahnya terparkir.

Dean buru-buru membukakan pintu bagian jok penumpang, tapi Bryana malah membuka pintu bagian samping kemudi. "Aku naik depan saja," katanya.

Dean kembali menutup pintu itu dan masuk ke mobil, dia langsung mengemudi menuju mal yang alamatnya sudah dia terima dari Louis.

Selama dalam perjalanan, hanya ada keheningan. Dean dan Bryana tampak seperti orang musuhan saja, mereka berdiam diri sesekali Bryana melirik Dean yang tampak lebih tampan dengan mengenakan kaus kasual waran silver dipadu dengan jeans berwarna putih. Pria itu tampak gagah dengan tatapanya yang selalu dingin menghadap ke depan.

Merasa jenuh, Bryana pun hendak menyetel musik, memajukkan badan dan mengulurkan tangan menekan tombol power mp3. Namun di saat bersamaan, Dean juga akan menekan tombol itu hingga mereka tidak sengaja bersentuhan.

"Maaf."

Dean buru-buru menarik tangannya. 

"Kamu mau setel musik juga? Lagu apa yang paling kamu suka, Dean?" Bryana tersenyum melirik Dean yang tampak gugup karena tidak sengaja bersentuhan dengannya.

"Asalkan bagus, saya pasti akan suka, Nyonya," jawab Dean.

"Jika penyanyi tidak memproduksi lagu yang bagus, maka tidak akan laku. Maksudku, seleramu genre apa, penyanyi nya siapa."

"Saya suka lagu yang slow," ucap Dean akhirnya.

"Oke."

Bryana menekan power mp3 dan memilih lagu slow favoritnya, siapa tahu Dean juga suka. Janda muda itu menyetel lagu milik couldplay yang berjudul the scientist.

"Kamu suka?"

"Saya suka slow dengan penyanyi wanita saja."

"Kenapa tidak bilang?" Bryana segera menekan tombol next hingga beberapa kaki dan menemukan lagu yang mungkin disukai Dean.

"Human by christina perry, apa kamu suka?" tanya Bryana sembari mendengar lagu itu.

"Suka, memiliki banyak makna," jawab Dean tanpa menoleh.

Bryana terdiam sebentar, mengingat arti-arti dari lirik lagu itu. Lagu itu menggambarkan tentang kekuatan seorang manusia tapi menyimpan kelemahan dan dapat juga terluka. Kemudian dia melirik Dean yang bertubuh kekar dan bisa melakukan segalanya, menghajar siapapun, tampak kuat dan selalu siap menghadapi segala hal. Namun, Bryana menyadari bahwa Dean nyaris tak pernah tersenyum. "Apakah hatinya terluka?" Itulah yang ada di benak Bryana saat ini.

"Dean?"

"Iya, Nyonya, Kenapa?"

"Sebelum kamu jadi bodyguard, apa pekerjaanmu?" tanya Bryana.

"Saya selalu menjadi bodyguard, karena hanya itu keahlian saya. Kebetulan saat Tuan Raymond mencari bodyguard, saat itu saya tidak sedang bekerja pada siapapun." Dean menjelaskan dengan tetap fokus menghadap ke jalanan. 

"Oh ... apa kamu mengalami kesulitan ekonomi?" tanya Bryana lagi.

"Tidak," singkat Dean.

Bryana mengangguk paham dan merasa tidak ingin bertanya lagi, meski penasaran pada kehidupan Dean yang belum diketahuinya samasekali. 'Mungkin dia begitu karena tidak bisa terus bersama anak dan istrinya,' batinnya, karena dia masih mengira Dean punya istri.

Hingga beberapa lagu berganti, mereka tiba di mal. Dean dan Bryana segera turun dan berjalan memasuki mal yang tampak ramai pengunjung, mereka berjalan menuju wahana bermain yang letaknya berada di lantai ke dua, maka mereka harus menaiki tangga terlebih dahulu.

Setelah sampai lantai kedua, Bryana berjalan menuju wahana bermain yang jaraknya sekitar 50 meter dari tempatnya berpijak saat ini. Dean terus berjalan di belakang Bryana, sebagai penjaganya.

Bryana berhenti dan menoleh pada Dean yang selalu di belakangnya. "Bersikaplah biasa, Dean. Jangan perlakukan aku sebagai majikan, jika malam kita adalah teman," ucapnya.

"Iya, Nyonya."

Dean segera berjalan berdampingan dengan Bryana. Ah, mereka berdua tampak seperti pasangan yang serasi, Dean tampan dan gagah, sedangkan Bryana cantik dan tidak terlalu pendek.

Setibanya di wahana bermain, Bryana melihat Louis dan Lauren ikut bermain bersama Calvin. "Kita susul mereka ke sana," ajaknya.

Bryana mendekati wahana trampolin yang cukup luas dan di sana tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung dewasa dan anak-anak yang sedang asik melompat dan perosotan, menceburkan diri ke tumpukan busa berbentuk kubus.

"MAMA ... SINI IKUT MAIN!!"

Calvin menyadari kehadiran Bryana di luar wahana bersama Dean, dia pun berlari tertatih karena berpijak pada trampolin.

"MAMA AYO MAIN, SAMA UNCLE JUGA."

Dari pagar Calvin menarik tangan Bryana, lalu melirik Dean yang hanya diam saja. 

"Cal main sama aunty Lauren dan uncle Louis saja, mama tunggu di sini," ucap Bryana.

"POKOKNYA MAMA HARUS IKUT MAIN!" Calvin pun merajuk.

Melihat Calvin yang ingin ditemani bermain, membuat Dean teringat pada putrinya yang terkadang juga ingin selalu ditemaninya.

"Sebaiknya temani saja, Nyonya. Pakaian anda juga nyaman untuk bermain di sana," saran Dean sambil melirik Louis dan Lauren yang asik bermain seperti lupa usia.

"Kamu juga ikut Dean," seru Bryana.

Dean mengangguk, lalu mendaftar masuk dengan Bryana, menyusul Calvin yang sudah menunggu di dalam.

Calvin yang merasa girang, melompat-lompat di depan Dean dan Bryana. Sedangkan Bryana, merasa kikuk dan malu jika bermain di depan Dean, entah kenapa dia malu.

"Kita perosotan di sana, Ma, Uncle juga." Calvin menunjuk sebuah perosotan besar di mana ada Laurent dan Louis juga sedang bermain.

"Apa kamu mau, Dean?" Bryana melirik Dean ragu.

"Tidak apa-apa, saya tidak berhak menolak perintah anak majikan." Dean segera naik ke atas menuntun Calvin yang sangat antusias, bahkan bocah itu sudah sangat berkeringat.

Bryana menghela napas, menatap Dean dan juga Calvin yang sudah menunggu di atas, putranya itu melambai memintanya cepat naik. "Aku sedang lelah malah harus main seperti ini, mungkin besok pinggangku akan encok"

Bryana naik dengan agak tertatih, hingga tiba tepat di samping Calvin dan Dean.

Calvin yang tidak sabaran, segera rebahan dan merosot. Dean pun ikut, dan terpaksa Bryana ikut merosot juga, meski sebenarnya dia malu. Dia seorang direktur dan main perosotan seperti ini, kalau bukan demi anak, tidak mungkin dia mau.

Calvin tiba di bawah terlebih dahulu karena tubuhnya ringan, Bryana yang tidak pandai mengendalikan diri, malah merosot tepat di tempat Dean berhenti hingga menimpanya.

Bryana terdiam saat berada di atas tubuh Dean yang kekar, dia dapat merasakan kerasnya tubuh pria itu, bahkan wajah mereka sangat dekat.

'Oh Damn! Dia tampan sekali, aku bahkan bisa merasakan harum napasnya dan sepertinya perutnya sexy, terasa keras sekali, mungkin dia lebih perkasa dibanding dengan Alex.'

Dean terdiam melihat wajah cantik Bryana yang sejak tadi dia tahan untuk tidak terlalu menatapnya karena takut jatuh cinta, namun saat ini malah menatapnya dengan jarak sangat dekat.

'Ya Tuhan, perasaan apa ini, tubuhku seakan bergetar melihatnya sedekat ini, dia sungguh cantik dan sempurna, aroma parfum blossom seakan menambah kesan indanya. Matanya yang biru dan bibirnya yang sensual, ah, aku ingin melahapnya saat ini juga. Ya Tuhan tolong aku, kendalikan diriku.'

Ternyata sikap dingin Dean memang sengaja untuk menahan rasa, tetapi sepertinya pertahanannya mulai runtuh jika Bryana selalu dekat dengannya.

buat yang suka baca karya aku, aku punya karya di fizzo. bisa dibaca sampai tamat gratis. judulnya the replacement bride love after marriage atas nama pena dellunaxray.

ada juga yang masih on going di akun baby Moonjuice judul : Obsesi gila tuan CEO.

bantu dukung di sana ya, karena saya nggak nulis lagi di sini. di sana semua karya bahasa Indonesia kok. dan gratis.

avataravatar
Next chapter