12 Ditolong Dean

Dean mengemudikan motor matic kembali ke hotel setelah mendapat obat yang dicarinya di apotek. Setibanya di hotel, dia segera mengembalikan motor itu pada satpam kemudian mengambil dompet dan ponselnya yang sebelumnya dia jadikan jaminan untuk meminjam motor.

"Ini uang untuk ganti bensinnya, Pak." Dean menyodorkan selembar uang pecahan Rp.50.000 kepada satpam.

"Terima kasih, Pak." Satpam mengambil uang pemberian Dean.

Dean segera pamit untuk masuk ke hotel sembari membawa obat yang dibelinya tadi menuju restoran, dia mengira Bryana masih di restoran itu bersama Carlos.

"Sialan Carlos, dia bilang apotik nya dekat, tapi ternyata sangat jauh dan aku meninggalkan Nyonyaku terlalu lama bersamanya!" Dean berdecak kesal sembari terus berjalan hingga dia menemukan meja tempat dirinya duduk bersama Bryana dan Carlos tadi, sudah diduduki oleh pengunjung lain.

"Ke mana mereka, apa sudah kembali ke kamar?"

Mengingat tatapan Carlos pada Bryana yang selama ini Dean lihat, membuat Dean merasa tidak enak dan bergegas menuju kamar Bryana. Dia berjalan dengan langkah cepat menyusuri lobi hotel hingga tiba di lift, dia segera menekan tombol angka 4 di mana kamar Bryana berada.

___

Bryana terus mencoba melarikan diri dari kebrutalan Carlos. Dia berlari ke arah pintu, kemudian memukul pintu itu dengan genggaman tangannya, berharap ada yang mendengar dan menolongnya. Namun Carlos tidak tinggal diam, dia segera menarik Bryana dan mendorongnya hingga tersungkur di ranjang king size dengan sprei berwarna putih polos.

"Jangan membuat kesabaranku habis, Bryana! Atau memang kamu suka cara main yang kasar, hem?" Carlos mendekat, melepas tuxedo kemudian kancing kemejanya, kini dirinya sudah bertelanjang dada. Bryana menatapnya ngeri dan menangis meronta mendorongnya sekuat tenaga hingga terjengkang di lantai..

Bryana kembali mencoba lari, namun Carlos secepat mungkin memegang kakinya kemudian kembali bangkit dan menjambak rambut Bryana. "Jangan sok jual mahal! Aku yakin kamu akan menikmatinya nanti, jadi jangan melawan!"

"Aku tidak sudi bercinta denganmu, bajingan! LEPASKAN AKU!" Bryana terus meronta meringis kesakitan karena rambutnya dijambak.

Carlos kembali melempar Bryana ke ranjang lagi kemudian segera menindihnya, menyingkap rok nya hingga. Bryana terus meronta dan semakin takut karena Carlos sudah membuka pakaian bawahnya.

"Tolong, Carlos! Jangan lakukan ini padaku." Suara Bryana berubah menjadi serak, lemah, dengan derai air mata karena sudah tidak bisa meronta. Carlos memegangi kedua tangan Bryana, sementara tangan kanannya melepas ikat pinggang dan retsleting celananya.

Bryana terpejam meronta sekuat tenaga, namun Carlos terlau kuat bukan tangan kanannya merobek atasannya, hingga memperlihatkan bagian dadanya yang kenyal tertutup bra merah muda, semakin membuat Carlos tergoda.

"Sudahlah jangan banyak bergerak. Jika kamu diam dan bersikap sukarela. Ini akan terasa nikmat!" Carlos menyeringai dengan mata berkilat penuh gairah. Bersiap mengeluarkan jimat nya untuk memasuki milik Bryana.

"JANGAN, JANGAN LAKUKAN ITU!" Bryana kembali berteriak meronta dan terus meronta hingga Carlos menamparnya.

Plakk ...!

"Jadi kamu suka cara kasar, hem?"

Brakkk ...!

Tiba-tiba pintu terbuka akibat ditendang oleh seseorang yang langsung menatap tajam Carlos.

"DEAN!" Bryana segera mendorong Carlos yang tercekat melihat kedatangan Dean.

Dean menatap Carlos dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah karena Carlos hampir saja menodai nyonyanya. Dengan secepat mungkin Dean menarik pria brengsek itu hingga terjatuh dari ranjang kemudian melangkahi tubuhnya, meninju wajahnya yang tampan tapi menyebalkan itu.

Bughh ... bguhh!

"Berani-beraninya kamu menyentuh Bryana! Akan kuremukkan seluruh tulangmu!" Dean menarik lengan Carlos, membalikkan tubuh Carlos sehingga kesakitan karena tangannya seperti di pelintir.

Bryana terpaku di pojokan ranjang merengkuh tubuhnya sendiri, bergidik ngeri melihat betapa buas Dean mengamuk. Asal kalian tahu, Dean mengamuk lebih garang ketimbang melawan penjahat yang pernah menghadangnya bersama Bryana. Pria itu seakan marah karena hal lai, ah ya mungkin saja dia marah karena nyonyanya akan dilecehkan. Bukan sekedar nyonya, tapi wanita yang sudah memikat hatinya.

Carlos meronta kesakitan dan mencoba melawan Dean, tapi Dean begitu kuat hingga tidak membuatnya dapat bergerak sedikitpun.

"Arghhh ... Lepaskan aku!" Carlos kesakitan.

Dean melepaskan kemudian berdiri. "Sekarang sudah aku lepaskan, lalu apa yang akan kamu lakukan? Menodai seorang wanita terhormat yang tidak memiliki kekuatan untuk melawanmu?" Dean menatap benci wajah Carlos yang sudah babak belur karenanya..

Carlos menatap sinis pada Dean sembari mengusap bibirnya yang berdarah. "Aku akan membalas mu! Orang-orangku akan mematahkan tulangmu! Dan wanita arogan itu akan menjadi milikku." Carlos menunjuk Bryana yang saat ini menangis di pojokan ranjang.

Dean melirik Bryana yang sangat memprihatinkan akibat ulah Carlos. Napas Dean memburu, kembali menatap Carlos yang tidak kapok meski sudah dihajar. "Dasar licik! Aku akan membunuhmu sekarang juga!"

Dengan penuh amarah, Dean kembali menghajar tubuh Carlos yang sudah lemas, mendorongnya ke arah pintu kemudian mencekiknya. "Dasar penipu! Kamu sengaja menyuruhku pergi untuk membeli obat padahal kamu tidak sakit! Kamu menipu Bryana dengan sikap sok sopan mu, dasar bajingan!"

"Jika aku mati ... kamu akan dipenjara dan tidak bisa bersama wanita arogan itu! ... Aku tahu, kamu menyukainya, Kan?" Dalam keadaan dicekik Carlos malah mengejek Dean dengan senyum liciknya.

Dean semakin geram, merasa Bryana tidak pantas disebut "wanita arogan", karena baginya Bryana adalah sosok yang baik dan ramah pada siapapun, bahkan dirìnya yang hanya seorang bodyguard.

"Kupastikan pria sepertimu tidak akan berkeliaran lagi!" Dean menyeret Carlos keluar kamar. Namun siapa sangka, di depan kamar susah ada banyak pegawai yang datang karena melihat keributan antara Dean dan Carlos.

"Bawa dia ke kantor polisi, karena dia sudah melecehkan majikan saya!" seru Dean pada dua pegawai pria yang tampak bodoh di matanya. Dean mendorong Carlos yang hanya bertelanjang dada dan celananya hampir melorot karena tidak mengenakan ikat pinggang dan retsleting terbuka.

Beruntung Carlos masih bisa menutupi jimatnya dengan celana dalam.

"Bawa dia dan penjarakan dia! Atau aku akan menuntut pihak hotel karena tidak bisa menjaga keamanan pengunjung!" Dean menunjuk ke arah Carlos yang mungkin sudah malu karna dilihat banyak orang. Ada sekitar lima pegawai, di antaranya adalah dua perempuan.

Dean segera kembali masuk kamar dan menghampiri Bryana yang sedang menangis di pojokan kamar, merengkuh tubuhnya yang sudah begitu memprihatinkan. Bajunya sobek, rambutnya berantakan, wajahnya penuh dengan air mata dan tersisa lebam pada sudut bibir akibat tamparan Carlos yang sangat keras.

Dean menatap iba pada Bryana, dia seakan merasakan sakit begitu dalam di hatinya. Melihat nyonyanya yang sudah berhasil menyentuh hatinya begitu memprihatinkan, hanya menangis dan menunduk dengan tubuh yang bergetar karena ketakutan.

"Nyonya, sebaiknya kita kembali ke kamar anda sekarang," ucap Dean.

Bryana hanya terdiam dengan tatapan kosong. Tentu dia malu dan jiwanya seakan terguncang. Dean yang memahami itu, segera mengambil selimut dan memakaikan pada Bryana. Kemudian memboyongnya keluar kamar, menuju kamar Bryana.

'Aku sungguh tidak bisa membiarkan wanita sebaik dirimu dilecehkan, entah kenapa hatiku sakit sekali, aku tidak bisa melihatmu seperti Ini,' batin Dean sembari menatap Bryana yang begitu lemas menyandarkan kepala ke pundaknya.

avataravatar
Next chapter