11 Aksi Carlos

Usai menghadiri pertemuan, Bryana dan Carlos makan malam di sebuah restoran yang ada di hotel tempat mereka menginap juga, tentunya Dean juga ikut makan malam bersama mereka.

"Dean, apa kamu bisa membantu saya? Tolong belikan saya obat pereda mual dan pusing, sepertinya di dekat sini ada apotek." Sambil memijat pelipisnya, Carlos berbicara pada Dean yang sudah selesai makan.

"Anda sakit, Tuan Carlos?" Bryana tampak khawatir menatap Carlos.

"Hanya pusing, Nyonya, mungkin saya hanya kelelahan saja." Carlos kembali melirik Dean yang belum menanggapi perintahnya. "Apa kamu mau membelikan obat untukku, Dean?" tanyanya.

Bryana melirik Dean yang hanya diam dengan tatapan dingin pada Carlos. "Dean, tolong belikan," serunya kemudian.

"Baik, Nyonya."

Dean mengangguk patuh, ternyata memang hanya perintah dari Bryana yang akan dipatuhinya, mungkin karena dia majikannya atau memang karena dia pria itu tidak suka pada Carlos.

Carlos merogoh saku tuxedo nya untuk mengambil dompet. Kemudian dia mengambil selembar uang pecahan senilai Rp.100.000 pada Dean.

Dean segera mengambil uang itu dan bergegas beranjak dari duduknya, dia berjalan keluar area restoran menuju keluar hotel dan mencari taxi yang akan mengantarnya ke apotek. Namun karena tidak ada taxi, dia meminjam motor milik satpam hotel yang terparkir tidak jauh dari pos satpam.

"Pak, Saya pinjam motornya sebentar, sebagai jaminan untuk membuat anda percaya dan tenang karena saya tidak akan mencuri motor anda, ini ponsel dan dompet saya anda bawa sementara," ucap Dean dengan sopan. Karena dia merasa pasti dikira asing oleh satpam itu.

"Baik, Pak. Silahkan dibawa motornya, ini kuncinya." Satpam itu memberikan kunci motor pada Dean.

Dean segera mengambil kunci itu dan menghampiri motor matic milik satpam itu, dia naik kemudian mengemudikannya mencari apotek terdekat sekitar hotel itu.

___

Di restoran, Bryana menatap iba pada Carlos yang terus terlihat lemas dan memijat kepalanya sendiri. Sebagai rekan dan sudah menganggap Carlos sebagai teman, Bryana pun menawarkan diri untuk mengantar Carlos kembali ke kamarnya untuk istirahat sembari menunggu Dean datang.

"Tuan Carlos, sebaiknya anda saya antar ke kamar, supaya anda bisa istirahat."

"Ah, iya, Nyonya. Maaf karena malah membuat anda repot, saya juga tidak menyangka akan seperti ini." Carlos menunjukkan ekspresi tidak nyaman kemudian beranjak dari kursi bersama Bryana yang memegangi lengannya.

Bryana menuntun Carlos keluar dari restoran, menyusuri lobi hotel hingga tiba di lift. Dia menekan tombol menuju lantai lima di mana kamar Carlos dan dirinya terletak. Selama di lift, Bryana hanya diam sesekali memperhatikan Carlos yang terlihat lemas.

"Apa anda telat makan, Tuan Carlos?" tanya Bryana.

"Sepertinya begitu, saya hanya makan roti saat akan berangkat ke sini," jawab Carlos.

Bryana menghela napas, jika sejak berangkat hanya makan roti, berarti Carlos kekurangan energi lagi karena selama perjalanan pun juga tidak memakan apapun dan sampai pertemuan juga tidak makan. Pria itu terhitung sudah 12 jam tidak makan nasi sedikitpun.

"Sebaiknya anda makan nasi terlebih dahulu sebelum menjalani aktifitas dengan jadwal yang padat, karena juka sakit begini akan mengganggu pekerjaan anda," nasehat Bryana.

"Eh, iya. Biasanya saya juga begitu tapi tadi terlalu buru-buru. Sekali lagi saya minta maaf karena sudah merepotkan," ucap Carlos dengan sendu.

"Tidak apa-apa." Bryana menanggapi, kemudian menuntun Carlos keluar dari lift yang sudah terbuka.

Setibanya di depan kamar Carlos, Bryana meminta kunci pintu yang disimpan oleh Carlos.

"Ini kuncinya." Carlos memberikan kunci pada Bryana.

Bryana segera membukakan pintu itu dan menuntun Carlos hingga tiba di ranjang kemudian akan merebahkan tubuhnya. Namun siapa sangka, Carlos  malah sengaja menarik Bryana hingga jatuh ke pelukannya.

"Tuan Carlos!" Bryana terkejut.

"Sepertinya rasa pusingku sudah hilang, Bryana. Sebaiknya kita bersenang-senang sekarang," ucap Carlos dengan bahasa nya yang sudah tidak formal lagi, kemudian dia mendorong Bryana hingga terlentang di sampingnya.

"Jadi, kamu hanya pura-pura?" Bryana menatap benci pada Carlos yang saat ini menyeringai padanya.

"Anggap saja begitu," seru Carlos kemudian berbalik menuju pintu dan menguncinya. Dia balik menghampiri Bryana dengan tatapan penuh gairah akan tubuh Bryana yang membuatnya terpesona sejak tadi.

"Jangan macam-macam, Carlos! Atau aku akan berteriak," ancam Bryana.

"Teriaklah! Tidak akan ada yang bisa mendengar mu karena ruangan ini kedap suara, hahaha ...," ucap Carlos sembari berjalan mendekati Bryana.

"Jangan macam-macam atau aku akan menghubungi Dean sekarang juga!" Bryana bergerak mundur mengambil tas kecilnya yang tadi terlempar agak jauh dari tempatnya berbaring.

"Kita akan bersenang-senang karena bodyguard mu yang bodoh itu juga tidak akan bisa menolongnya, dia akan pergi sangat lama karena apotek itu sangat jauh dari hotel ini, hahaha ...!" Carlos melempar tas kecil milik Bryana ke sembarang arah.

Bryana mencoba beranjak dari ranjang itu, namun dengan cepat Carlos memegangi tangannya. "Jangan coba-coba kabur, Sayang. Bukankah kamu sudah lama tidak menikmati sentuhan seorang pria? Maka biarkan aku yang membuatmu puas malam ini."

Bryana bergidik akan perkataan Carlos yang bernada sensual seperti pria brengsek yang sedang menggoda gadis bayaran, dia pun mendorong pria itu supaya menjauh.

"AKU TIDAK SUDI DISENTUH PRIA SEPERTIMU!"

Carlos malah menyeringai jahat dan kembali mendorong Bryana hingga terlentang di ranjang king size dengan sprei putih polos itu. Dia bergerak cepat mengukung di atas tubuh Bryana dan menunduk mencoba menciumi bibirnya.

"JANGAN GILA KAMU!" Bryana memiringkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, menghindari ciuman brutal Carlos, yang hampir menyentuh bibirnya yang sudah suci dari bibir siapapun setelah bercerai, dia tidak sudi mendapat ciuman dari pria hidung belang itu.

"TOLONG ... TOLONG ...!" Bryana berteriak sembari mendorong tubuh Carlos yang terlalu kuat dan malah memegang kedua tangannya kemudian menekan ke atas kepalanya. Bryana banar-benar tidak bisa bergerak, karena Carlos juga seperti menduduki perutnya.

"Jangan meronta, ini akan terasa nikmat! Lebih nikmat daripada mantan suamimu!" bisik Carlos dengan sensual, menciumi ceruk leher Bryana.

Bryana merasa geli, dan terus meronta dengan miring ke kanan dan ke kiri, mencoba menghindari ciuman dari Carlos yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"JANGAN GILA KAMU, BRENGSEK!" Bryana terus meronta sekuat tenaga hingga dapat melepaskan pegangan tangan Carlos pada tangannya. Dia meronta dan berhasil membuat Carlos turun dari tubuhnya dan tumbang ke samping.

Bryana segera beranjak dari ranjang dan berlari menuju pintu, namun Carlos malah tertawa padanya.

"Hahaha ... kamu tidak akan bisa kabur, Bryana! Jangan sok angkuh! Aku yakin kamu butuh kepuasaan karena sudah lama tidak merasakan sentuhan pria." Carlos beranjak dari ranjang dan segera menarik Bryana ke ranjang itu lagi dengan cepat.

"AKU TIDAK SUDI!" Bryana mencoba bangkit kembali, namun Carlos memegangi nya lebih kuat.

"Ayolah jandaku! Biarkan aku membuatmu puas malam ini, atau bila perlu kita akan menikah setelah ini. Aku menyukaimu sejak dulu, sulit sekali membayangkan tubuh indah mu ini tidak tersentuh lagi." Carlos berbisik dengan sensual, membuat Bryana semakin geli dan benci.

'Ya Tuhan, kenapa Dean lama sekali? Aku mohon jangan biarkan pria gila ini menodaiku!' batin Bryana penuh harap Dean akan segera datang dan menyadari bahwa dirinya sedang dalam bahaya.

avataravatar
Next chapter