4 Lakukan Yang Terbaik

Nia memasuki are QAn menuju ke meja leader bermaksud mengecek laporan semalam. Kak Su leadernya sepertinya sudah pulang dari jam lima sore tadi. Kak Su bekerja mengikuti  jam normal tidak ikut shift  jadi kalau shift malam yang ada cuma Team Assitant saja.

Sementara di meja cheking, teman-temannya yang shift B masih sibuk dengan laporan pekerjaan mereka hari ini.

Tak lama kemudian terdengar bunyi bel pergantian shift. Semua operator berkumpul di area leader, ada empat orang operator termasuk Nia.

Kak Mimi sebagai Team Assitant sift C,  memberi arahan apa yang harus dilakukan malam ini, seperti biasa malam ini proses sampling yang harus di dahulukan untuk customer Sony karena permintaan Sony sedang banyak-banyaknya minggu ini.

Selesai berdoa, Nia, Ela  dan Atie menuju meja cheking, sementara Mimi masih duduk di meja leader menyelesaikan laporan yang kemarin malam.

Nia mempersiapkan meja cheking ya kemudian mengambil seratus lima puluh buah PCB yang baru diantar anak QC padanya, Nia duduk di kursi putar nya, dengan serius dia meneliti sample satu-satu, baru satu sample dia menemukan banyak defect, ada corrosion, blok hole dan solder resist blur.

Dia menyisihkan sample pertama beralih pada sample kedua, masih problem yang sama,  sampai sample ke lima problem nya masih sama juga, dia memutuskan berhenti mengecek sample berikutnya, dan terpaksa me-reject  Satu lot PCB itu.

"Maaf, kamu tidak bisa lolos hari ini" gumamnya.

"Camne, tak boleh lepas ke? " tanya bang Nizam anak Production Control  sambil memperhatikan sample yang Nia chek tadi.  Dia setia menunggu Nia mengerjakan tugasnya mengecek sample PCB dari tadi.

Nia memandang Nizam lalu menggelengkan kepala,

"Maaf, tak boleh lepas lah Bang, defectnya terlalu banyak! " jawab Nia serius sambil memperlihatkan defect yang ditemukannya.

Nizam garuk-garuk kepala tak gatal dia berharap PCB itu bisa lepas malam ini karena urgent banget, sudah di tunggu oleh customer.

"Alah..lepas je lah.. urgent ni besok pagi kena hantar!" Pinta Nizam memelas setengah berbisik, dia berusaha memmbujuk Nia agar mau melepaskan PCB itu.

"Nggak bisa bang, ini parah defect nya harus re-cheking!" jawab Nia tegas menolak permintaan Nizam, bagaimana mungkin dia harus meloloskan PCB yang parah banget kondisinya kayak gitu.

Mimi yang mendengar terjadi keributan antara Nia dan Nizam , segera menghampiri,

"Apa hal ni? " tanya Mimi

Nia menjelaskan apa permasalahannya pada Mimi tentang banyak defect dari sample PCB yang baru saja di chek nya dan dia tidak bisa melepaskannya begitu saja, PCB itu harus di rework

"Coba, Akak tengok samplenya" Pinta Mimi

Nia menyerahkan lima sample yang di cheknya tadi ya tadi. Spontan Mimi berseru  kaget setelah melihatnya

"Gila Kau Zam.. macam ini kau minta kita lepas, takde..tak boleh! Nia pegi hantar balik pallet tu kat QC! Suruh mereka chek semula semuanya!" sambil mengomel

Mimi memerintahkan Nia untuk mengembalikan PCB itu ke bagian QC.

"Siap Kak!" sahut Nia, dia melakukan perintah Mimi mengantar kembali pallet PCB itu pada QC

"Kau ni, garang betul lah Mi.., menurun pula kat operator baru engkau tu.." Ejek Nizam menunjuk Nia yang sedang mengantar kembali PCB yang di reject nya pada QC

"Suka Aku lah.." Mimi sambil cemberut, Nizam selalu saja mengejeknya garang, Mimi tahu Nizam kadang cuma menggodanya.

Nizam garuk-garuk kepala tak bisa berkata apa-apa lagi kalau memang sudah jadi keputusan Mimi. Dia malas kalau harus  berhadapan dengan shift C terutama dengan Mimi, smua operator shift C  terkenal sangat teliti, Team Asisten-nya juga galak.

"Jangan harap lah banyak Lot yang lepas malam ni" gerutunya kesal, dia sudah dikejar dead line saat ini.

"Oke.. Oke, Mimi cantik..Abang minta kau pastikan lot yang tadi tu bisa finish sebelum pagi, Oke?!" rayu Nizam penuh harap.

Mimi melotot "Kau tengok je lah nanti, kau yang semestinya pastikan QC tu chek cepat-cepat."

"Oke," Nizam kemudian berlalu dari hadapan Mimi, menuju ruang QC menyusul Nia yang berjalan menuju area QA.

Satu jam kemudian, PCB yang di kembalikan ke QC itu selesai di sortir ulang oleh operator QC, dari satu lot sebelumnya, hanya tersisa seratus lima puluh buah lagi yang dianggap oke oleh QC.

Nizam membawakan seratus dua puluh lima buah PCB ke meja Nia minta tolong gadis itu untuk mengecek ya kembali, Nia mengecek seluruh PCB itu sebagai sample,  belum habis melakukan pengecekan Nia menggelengkan-gelengkan kepala.

"Kenapa?" tanya Nizam gusar, melihat Nia bersikap begitu, perasaannya mengatakan pasti ini benar-benar masalah besar.

"Maaf.. sepertinya ini benar-benar harus Rework" jawab Nia menunjukan defect yang masih dia temui dari seratus dua puluh lima buah PCB yang di chek ya itu.

"Aaarggh..." Nizam setengah menjerit kesal, benar-benar tidak ada yang lolos satu pun dari lot ini. terpaksa dia harus menunggu lot berikutnya, yang artinya dia terpaksa harus overtime sampai tengah malam nanti.

"Nasib!" keluhnya, sebetulnya dia sudah penat dari pagi mengawal PCB itu dari mulai bagian Printing sampai bagi QA sekarang ini.

Dia ingin segera pulang ke rumah bertemu anak dan Istrinya.

Sebetulnya Nia kasihan melihat Nizam, kelihatannya Dia sudah lelah kerja dari pagi sampai jam sembilan malam begini belum bisa pulang karena barang  customer nya belum bisa lolos QA, tapi mau gimana lagi namanya juga kerja ada aturannya.

Nia hanya berusaha mematuhi aturan itu, kalau tidak bukan hanya dia yang dapat masalah, tapi satu perusahaan bisa dapat masalah kena komplen customer.

Sebelumnya, dia pernah mendengar gosip bahwa QA Shift C  paling tidak di sukai oleh operator QC juga oleh anak-anak PC karena paling susah meloloskan PCB ke bagian packing.

Ha.. Ha.. Kini dia sebagai salah satu diantaranya. mungkin benar hal ini menurun dari Kak Mimi, yang mengajarkan dia harus selalu tekun dan teliti dalam bekerja, dan tegas dalam bersikap.

Mimi punya prinsip, "Takpe lah mereka tak suka kita, janji kita buat keje yang terbaik", prinsip ini menurun pada Nia sekarang ini.

Itulah kenapa sebabnya dia mengagumi Mimi, walaupun tubuhnya kecil tapi nyali ya besar, dia berani bersikap tegas pada siapapun kalau memang tidak sesuai aturan, dia tidak segan menolak mentah-mentah permintaan untuk meloloskan PCB.

Nia banyak belajar darinya, karena Mimi pun tak segan memberikan masukan-masukan agar dia bisa bekerja dengan baik. Betul apa yang di bilang Kak Su, Mimi itu tampangnya saja garang tapi hatinya baik.

*****

avataravatar
Next chapter