1 Awal Kisah

Tibalah saat hari keberangkatannya dengan berat hati ibunya mengizinkan dia berangkat hari itu

"Jaga diri kamu baik-baik Nia, maaf Ibu tidak bisa mengantar kamu ke bandara, besok Ibu harus rapat orangtua di sekolah di sekolah adikmu"

"Iya nggak apa-apa bu.. lagian Nia brangkatnya rombongan, banyak teman Bu "

Dengan tegar, Nia melepas Ibunya pulang meninggalkannya, besok adalah hari keberangkatannya ke negri asing yang belum pernah dijejakinya sama sekali.

***

Esok harinya Nia berangkat dari penampungan menuju bandara Soekarno Hata bersama teman-teman yang satu rombongan.

Ada sekitar dua puluh satu orang yang berangkat hari itu. Awalnya merika tidak saling mengenal karena semua berasal dari kota yang berbeda - beda, setelah berada dalam satu rombongan baru lah saling mengenalkan diri.

Nia clingak-clinguk, ini pengalaman pertamanya naik pesawat terbang, sebelumnya dia hanya tahu gambarnya saja pesawat itu seperti apa.

Dia yakin teman-temannya yang lain pun sama sepertinya, dia tersenyum kecut beginilah mungkin keadaannya kalau orang kampung pergi keluar negeri.

Tiba saat lepas landas Nia sedikit gemetaran, jantungnya berdetak kencang

"Ya Allah.. lindungilah hamba mu ini.. " do'a nya dalam hati, dia menutup matanya, tangannya berpegangan erat pada kursi yang di dudukinya.

Sesaat kemudian pesawat sudah melayang di angkasa, Nia merasa sedikit lebih tenang dan bisa menguasai keadaan.

Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang mengamati gerak gerikya dari tadi, orang itu duduk bersebelahan dengan Nia namun tidak satu baris dengannya.

Dia tersenyum melihat tingkah Nia, dia tertarik dengan gadis itu semenjak di penampungan kemarin, sikap cuek dan gaya tomboy gadis itu menarik perhatiannya, dia merasa gadis itu berbeda, tidak sama seperti gadis biasanya.

Satu jam perjalanan Indonesia - Malaysia, akhirnya Nia menapaki sebuah negeri asing untuk pertama kalinya, "Smoga negeri ini bisa bersahabat denganku.. " doa Nia dalam hati.

"Teman-teman, tolong berkumpul sebentar" Dedi yang di percaya sebagai ketua rombongan memanggil semua teman-teman satu rombongannya.

"Teman-teman, sesuai intruksi tadi nanti ada orang dari perusahaan yang akan menjemput kita di sini, saya harap teman-teman tidak pergi jauh jauh dari rombongan, takut terjadi sesuatu, kalau ada yang mau ke toilet silahkan ke toilet dulu, tapi nanti kumpul lagi di sini ya.. " Dedi mengakhiri pengumumannya.

"Siap.." serempak semua menjawab

"Nia, kamu mau ke toilet nggak.." tanya Rara

"Toiletnya mana ya.." Rara clingak clinguk mencari toilet

Rara adalah teman yang Nia kenal di penampungan, dia menyukai Rara yang ramah, Rara memiliki wajah yang manis dengan postur yang tinggi, banyak teman-teman lelaki yang satu rombongan berusaha mendekati Rara.

"Ayo.." Nia menarik tangan Rara

"Itu disana.." Nia menunjuk kearah toilet di papan petunjuk tertulis tulisan "Tandas" dibawah ya terdapat tulisan bercetak miring "Water Closet"

"Bener ya WC nya di situ?" tanya Rara kebingungan

"Iya.. itu tulisannya Water Closet Ra" Sahut Nia,

"Oh iya.. ya." Rara tersenyum "Jadi kalau di sini WC itu Tandas ya.." lanjut Rara, ia tersenyum geli.

Nia ikutan tersenyum "Pelajaran pertama, disini jangan cari WC tapi Tandas!" celetuk Nia, mereka berdua kemudian tertawa.

Selesai dari tandas Nia dan Rara bergabung kembali dengan rombongan mereka yang sedang duduk di kursi tunggu sebagian, sebagian lagi berdiri, ada juga yang berjalan-jalan melemaskan otot di sekitar rombongan.

Nia dan Rara memilih duduk di kursi yang masih kosong.

"Ra, kamu teh bener asli Sumedang.."tanya Nia memulai percakapan

"Asli! cuma semenjak keluar SMA aku tinggal di Bandung, soalnya bapak kerja di Bandung" jawab Rara sambil membuka tas ranselnya, dia mencari botol air yang di bawa nya dari Indonesia tadi pagi.

"Kamu mau minum nggak, tapi aku cuma bawa satu botol" lanjut Rara menyodorkan botol air mineral ke arah Nia.

"Kamu minum aja dulu Ra, nanti aku sisanya" jawab Nia.

"Ya udah.." Rara membuka botol kemudian meneguk airnya, kelihatan dia sangat haus setelah puas dia menyodorkan sisa nya pada Nia, Nia kemudian menghabiskannya tanpa sisa lagi.

Walau baru kenal dengan Rara, Nia merasa dia dan Rara seperti sudah kenal lama, apalagi Nia dan Rara sama-sama asli Sumedang kalau orang Sunda bilang satu karuhun.

"Nia, Ko lama banget ya yang jemput kita teh, sudah jam sembilan malem nih!" Rara menunjukan jam tangannya ke Nia.

"Sabar Ra, mungkin masih dalam perjalanan" sahut Nia.

Tidak lama kemudian "Teman-teman berkumpul sebentar," Dedi memanggil semua rombongan untuk bempul

"Teman-teman, Alhamdulillah bis yang menjemput kita sudah datang, silahkan teman-teman cek barang bawaannya masing - masing jangan ada yang tertinggal, setelah itu kita sama sama turun ke area parkir." Dedi memberi instruksi pada semua anggota rombongan.

Di area parkir ada sebuah Bis yang sudah menunggu, semua anggota rombongan naik kedalam nya. Dedi mengabsen satu persatu temannya, takut ada yang tertinggal.

"Alhamdulillah sudah kumplit semua, teman-teman mari sebelum berangkat kita sama-sama berdoa untuk keselamatan kita masing-masing , smoga kita smua selamat sampai tujuan." Dedi memimpin do'a.

Ahirnya bus yang mereka tumpangi berangkat menuju Johor Darul Takzim, tempat dimana pejuang-pejuang devisa itu akan memulai hari-hari mereka kedepannya, tempat dimana mereka menaruh harapan disanalah akan bermula kehidupan yang lebih baik, bagi mereka sendiri maupun bagi keluarga yang mereka tinggalkan di Indonesia.

Bus yang mereka tumpangi terus melaju meninggalkan Kuala lumpur menuju Johor, sepanjang perjalanan hampir smuanya tertidur karena kelelahan, hanya Nia yang masih terjaga.

Nia memandang ke luar jendela nampak hamparan kebun sawit sepanjang jalan yang mereka lalui, hamparan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, ada perasaan sedikit khawatir dalam hatinya saat menyadari sekarang dia berada di suatu tempat asing yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, kenyataannya dia berada di sini sekarang hingga mau tidak mau dia harus menghadapi apapun yang terjadi nanti.

******

avataravatar
Next chapter