webnovel

GA

Malam harinya. Suasana rumah mulai ramai. Penuh dengan canda tawa hingga terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Terlihat ayah dan ibu sibuk berbincang dengan seorang pria parubaya yang duduk bersebelahan bersama seorang pria muda tampan berwibawa sedang bibi mulai berkutat di dapur bersama seorang wanita yang telah memasuki usia kepala empat dan tak lupa tawa riang khas gadis 13 tahun ikut terdengar menggema menyaingi suara gesekan alat dapur. Disaat lantai satu penuh dengan canda tawa berbeda keadaan di lantai dua. Begitu senyap dan hening tak menimbulkan suara hanya gemaan dari lantai bawah yang terdengar.

Justru inilah yang dibenci oleh penghuni lantai dua yang sejak beberapa saat yang lalu terdiam menatap kosong ke arah jendela memandangi langit dihiasi awan mendung. Penghuni itu adalah Hailey. Hailey si gadis kesayangan, anak semata wayang, siswi kebanggaan, sekaligus gadis lugu dan bodoh di waktu yang bersamaan. Tak sedikitpun Hailey menunjukkan rasa ketertarikan terhadap apa yang tertangkap oleh pendengarannya karena pada dasarnya Hailey benci ramai.

Saat mendengar kebisingan dari arah lantai bawa, sekilas terbersit di fikiran gadis penyendiri ini untuk mengintip seperti merasa tertarik namun, sekali lagi tubuh berisi itu melakukan hal yang berlawanan dengan fikiran. Bukan tanpa alasan hal ini terjadi, sebab berada di dalam kamar seorang diri cukup membuatnya merasa nyaman tak peduli setertarik apa fikiran itu memerintah untuk mengintip maka yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. Diri sendiri pun juga tak pernah berharap sang ibu atau ayah atau bibi memanggilnya turun ke bawah ikut serta dalam 'kebisingan' yang terjadi karena bagaimana pun menyendiri di dalam kamar lebih menyenangkan dari pada bercengkrama dengan orang tidak kenal mengingat betapa dirinya sangat tertutup pada siapapun termasuk keluarga dari ayah ataupun ibu sehingga yang cukup bahkan sangat-sangat mengenal bagaimana Hailey yang 'sebenarnya' hanyalah ayah, ibu, bibi dan kakek beserta nenek namun, sayang sekali kenyataan pahit harus Hailey dapatkan bahwa Tuhan begitu menyayangi kakek dan nenek sehingga membuat kedua orang itu harus berpulang mendahuluinya.

Jika membahas perihal itu tentu saja Hailey sangat sedih. Berhari hari menangis membuat dirinya begitu terpukul bahkan ayah dan ibu juga bibi merasa kelimpungan untuk membujuk Hailey agar melepas ke'pergi'an mereka yang semasa hidup selalu menemani bahkan mendampingi tumbuh kembang Hiley hingga menjadi gadis baik nan lembut yang sangat dekat dengan keluarga inti. Seiring berlalu hari demi hari semua kesedihan Hailey pun dapat terhapuskan dengan keberadaan sebuah ruangan baru yang sangat diimpi-impikan yaitu perpustakaan mini di dalam salah satu ruangan yang berjarak cukup dekat dengan kamarnya sendiri untuk memudahkan sang pemimpi memenuhi keinginannya, bergelut dalam untaian kata demi kata yang terukir dengan indah pada halaman demi halaman dalam kertas yang bertumpuk membentuk berbuah-buah buku yang diletakkan secara berderet sesuai urutan judul, penulis, dan warna pada cover buku. Itu semua terjadi karena ayah dan ibu pun merasa putus asa sebab mulai kehilangan cara agar sang putri dapat kembali menjadi gadis ceria seperti sedia kala. Meski berhasil namun, jika dihitung dengan persentase yaitu hanya 75 % dari 100 % yang ada. Tetapi ayah dan ibu juga bibi tetap bersyukur hingga saat ini sebab setidaknya sang gadis kebanggaan ini tidak sependiam dan setertutup seperti di masa lalu.

Semua itu menjadi kenangan tersendiri yang begitu berharga pada ketiga orang terdekat gadis itu sebab memberikan pengalaman baru pada diri sendiri dalam menghadapi dan mengatasi segala hal yang pernah terjadi pada Hailey.

Beberapa saat Hailey termenung, bergelut dengan pikirannya sendiri yang sedang mengingat masa lalu saat-saat kebersamaan dengan kakek nenek, di saat mendiang masih hidup kemudian beralih pada rasa rindu yang begitu dalam terhadap mendiang hingga tanpa sadar bulir bulir air mata itu turun mengalir di kedua pipi chubby secara terus menerus. Hailey ingat, dahulu tak pernah merasa kesepian karena mereka selalu menemani tubuh berisi ini untuk bermain dan belajar. Bahkan jika di ingat, rasa-rasanya Hailey tak membutuhkan teman untuk diajak bermain dan belajar layaknya anak lain pada umumnya. Namun kini telah berbeda karena mendiang telah pergi maka perubahan suasana yang dirasakan oleh gadis semata wayang ini sangat kesepian. Seperti benar-benar membutuhkan seorang teman seperti tetangga sebelah yang selalu nampak hampir setiap hari bepergian, bermain dan belajar bersama kesebelas teman temannya yang bahkan Hailey sendiri merasa bosan jika mengintip mereka dari balik gorden kamar sebab yang terlihat hanya itu-itu saja.

Hh. Hailey menghela nafas merasakan kesepian di dalam kamar besar ini. Ingin sekali ia turun berlari ke bawah untuk ikut bercanda tawa bersama kedua orang tuanya itu tetapi lagi-lagi tubuh gadis ini benar benar tidak mau di ajak kerja sama. Beberapa kali bahkan gadis ini menggeram kesal sembari menenggelamkan wajah ke dalam bantal besar yang hampir setiap malam selalu menemani tidur namun tak memberikan efek apapun. Ingin rasanya gadis ini memukul atau melemparkan benda apapun tetapi itu tidak akan pernah terjadi penyebabnya yang tak lain dan tak bukan karena tidak ada seorang pun yang mengajarinya untuk melakukan hal itu saat dalam keadaan kesal atau pun marah kemudian Hailey tak ingin membuat kegaduhan apapun di dalam kamarnya sendiri.

Tak sampai sedetik, tiba tiba pintu kamar terketuk kemudian terdengarlah suara ibu yang memanggil-manggil agar ikut turun kebawah dan bergabung dalam makan malam bersama rekan kerja ayah.

"Tidak mau bu, nanti saja. ibu dan ayah makanlah dulu, Hailey masih kenyang kok. Nanti juga Hailey bisa menyusul." Ciut Hailey.

Tiba tiba terdengar suara pintu terbuka pertanda ibu menyeruak masuk ke dalam kamar putrinya.

"Ibu tahu kamu berbohong, ayo sayang, kita ikut turun makan malam ke bawah. Ayah juga sudah menunggu di meja makan, sayang." Jawab ibu mencoba bersabar terhadap kebohongan dan kekeras kepalaan putri semata wayangnya ini.

"Tidak mau ibu, sungguh, turunlah dahulu ke bawah." Jawab Hailey kembali berbohong padahal rasanya ia ingin segera ikut turun ke bawah.

"Tidak Ley! Ayo. Turun. Sekarang."

Baru saja Hailey mencoba untuk membela diri kembali dengan kebohongan-kebohongan yang lain, ibu kembali menyela sebelum mendengar kalimat-kalimat yang lain

"Ley! Ayo, ikut makan malam bersama. Ibu tidak mau ayah berisik di hadapan rekan kerjanya sendiri karena putrinya tidak turun-turun segera." Ucap ibu dengan nada penuh ketegasan. Sebab ibu berpikir untuk mengatasi sifat tertutup putrinya ini mungkin perlu sedikit ketegasan meskipun hanya sesekali mengingat gadis yang merengut sebal dihadapannya ini sebentar lagi akan terpisah cukup jauh dari jangkauannya sebab harus merealisasikan sendiri mimpi-mimpi yang telah disusun cukup apik.

"Hm." Ucap Hailey sebal. Hailey tidak bodoh saat menyadari cara ibu berbicara cukup tegas.

Akhirnya dengan berat hati Hailey beranjak dari tempat tidur, melempar kesal bantal dan guling ke lantai membuat ibu menghelas nafas.

Setelah merapikan rambut yang awut-awutan serta membubuhkan sedikit bedak pada wajah, Hailey menoleh pada ibu. Ternyata memberi reaksi terkejut. Karena bukan penampilan ini yang layak untuk ditampakkan dihadapan tamu menurut ibu, sehingga dengan rasa gemas, ibu menyeruak masuk begitu saja ke dalam kamar, kedua tangan dengan lihai memilah dress berlengan panjang selutut di dalam lemari. Sedang kedua alis Hailey tertaut. Ini juga masuk dalam list yang dibenci.

"Ibu, tolonglah, tamunya seistimewa apa sampai aku harus mengenakan dress? Huh?" Ketus Hailey, kedua bola mata berputar, ini memang tidak sopan tetapi Hailey sudah kadung jengkel.

"Diamlah. Pakai ini. Ibu tunggu di bawah." Titah ibu, mutlak. Tidak mau diganggu gugat. Kedua tangan terulur ke arah Hailey menyerahkan dress berwarna biru langit dengan sabuk pita putih dibagian pinggang. Setelahnya bergegas keluar dari kamar dan melangkah semakin menjauh ke arah lantai bawah. Hailey berdecak kesal.

"Teruntuk kamu, tuan tamu yang terhormat. Awas saja kalau bukan tamu spesial! Astaga! Aku mengenakan dress hanya untuk acara makan malam dirumah? Yang benar saja!" Ketus Hailey, wajah merengut jengkel tak ada habisnya.