1 Pertemuan

Damara adrigantara putra sulung dari pengusaha kaya bernama alvaro reya adrigantara, damara kini menempuh masa smp-nya di SMP Nusa Bangsa salah satu SMP terkenal di ibu kota. Setelah meninggalkan rumah beberapa bulan lalu dan membangkang perintah ayahnya, damara kini tinggal di apartement pemberian darian ketua kelompok genk rascal, dan ya ia tergabung di dalam anggota genk bernama 'rascal' . Genk mereka tidaklah besar, hanya kumpulan dari anak-anak yang tidak memiliki tujuan hidup dan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya sehingga memilih bergabung sebagai pelarian. Pertemuan damara dengan darian yang merupakan ketua kelompok genk itu terjadi di saat adik damara meida menghilang dan di temukan oleh darian, sejak saat itu mereka menjadi dekat karena meida yang begitu menyukai darian.

Di kantin sekolah saat jam istirahat seperti biasa, damara selalu berkumpul dengan 2 temannya anton dan aldo. Sedangkan ferdi terkadang mencari dirinya ketika bosan atau ketika ia tengah ada masalah.

" woi ra,, nanti cabut lah, gue bosen di kelas nih " tutur ferdi yang merupakan kelompok genk rascal itu mengajak damara untuk membolos.

" ya elah, lo cabut mulu kerjaannya inget fer lo udah kelas 9 bentar lagi lo ujian" cibir anton teman sepermainan mereka.

" gue, juga bosen sih nanti ada pelajaran bahasa, gue kesel banget sama gurunya! ngasi tugas mulu kaga ngejelasin apa-apa, di kira gue albert ei*stein apa " timpal damara menyetujui ajakan ferd. 

" lo gimana do?,, mau ikut kaga? " tanya ferdi pada aldo yang sedari tadi hanya menyimak sambil memakan bakso miliknya.

" gue sih yes" ucap aldo tak peduli dan terus memakan baksonya.

" anjir lo makan mulu dari tadi, sini bagi! " anton yang kesal dengan aldo pun mengambil paksa mangkok bakso aldo dari tangannya. aldo yang menjadi korban itu hanya pasrah dan diam saja.

" ya udah abisin, gue iklas " tutur aldo menyeringai ke arah anto.

" anjir udah tinggal ampasnya doang" celetuk ferdi yang melirik mangkok bakso yang di ambil anton.

" pantesan si aldo iklas " celetuk damara ikut tertawa melihat tingkah 2 temannya itu

~

Waktu istirahat telah berakhir damara, ferdi, anton, dan aldo menyelinap kebelakang sekolah untuk melancarkan aksi mereka

" fer, lo jaga di situ pas kita manjat tembok ya" perintah damara pada ferdi. Sedangkan ia kini tengah menyusun pijakan agar dapat menggapai ujung tembok dengan mudah.

" anjir kalo gue jaga, nanti pas gue manjat tembok siapa yang jaga ?" keluh ferdi, berjalan mengintip di koridor sambil menggerutu.

" ya kagak ada, nanti kita doain deh lo biar kaga ketauan, tapi kalo ketauan ya nasib" cibir anton, sambil terkekeh menaiki tembok tinggi sekolahnya.

" bacot lo pada, buruan! " ucap ferdi mengusir teman-temannya agar bergegas.

" fer udah nih, sekarang lo cepetan manjat" teriak anton dari balik tembok

" anjir berisik, nanti ketahuan" kesal ferdi yang tengah menggeser sebuah kayu yang menutupi lubang kecil  di tembok seukuran 1 orang dewasa.

" eh,, sejak kapan, ada lobang di sini?" damara yang terkejut melihat ferdi yang keluar dari lubang itu dan bukannya memanja. 

" ya kan gue sering bolos jadinya gue tau" cibir ferdi dengan tatapan songonnya.

" jadi lo udah tau, dan lo malah nyuruh kita manjat ?" kesal aldo

" kan kalian yang inisiatif manjat " jawab ferdi santai

" sialan lo" umpat anton

" udah,, sekarang kita kemana nih?" tanya damara

" ke cafe di deket taman kota aja" ajak ferdi

~

Di cafe itu mereka menghabiskan waktu bermain game dan mengobrol, mereka tidak dilarang atau diusir karena mereka telah mengganti pakaian mereka dengan pakaian biasa, sehingga tidak terlihat seperti anak SMP yang sedang membolos.

" gue keluar bentar ya, sumpek " ucap damara bosan dengan kegiatan mereka

" eh mau kemana lo" tanya ferdi

" nyebat kak, ya elah santai " jawab damara santai

" oh.... ya udah sana pergi " usir ferdi

" eh lo suka nyebat ra ?" tanya anton

" lo makin gak bener tau gak, gara-gara masuk genk gak jelas itu " sinis aldo

" heh, bacot lo di jaga " kesal ferdi menatap aldo tak suka

" apa? Salah?, damara itu dulunya rajin, kaga pernah bolos atau merokok" sinis aldokepada ferdi

" asal lo tau damara masuk genk kita jauh sebelum dia kenal lo" sinis ferdi lagi

" yang nyebat gue, ngapain lo pada yang ribut sih" ucap damara menengahi

" damara pasti punya alasannya do " ucap anton menenangkan aldo

Suasa na sedikit canggung ketika aldo menutup mulutnya dan ferdi yang menatap aldo sinis, di tambah damara yang meninggalkan tempat itu, itu terasa seperti medan perang untuk anton.

~

Damara yang tengah duduk di sebuah taman sambil menyesap rokoknnya, terganggu oleh sesosok wanita yang terlihat berantakan duduk sendirian di kursi taman dengan keadaan yang bisa di bilang tidak tepat jika ingin berjalan-jalan ke taman, cobalah berfikir siapa yang pergi ketaman, dengan piyama tidur dan juga rambut yang acak-acakan. Damara pun mendekati gadis itu, dan sungguh betapa terkejutnya ia melihat tangan gadis itu mengalir darah segar.

" gue rasa gak baik kalo gue pura-pura gak tau, lo bisa aja kehilangan banyak darah" tegur damara seraya menarik tangan gadis itu yang tengah menggenggam sesuat. perlahan damara duduk di samping gadis itu, menatapnya bingung.

" bisa lo buka tangan lo?" ucap damara halus, gadis itu tak merespon seakan ia tengah berada di dunianya sendiri, melihat itu damara menepuk bahu gadis itu pelan, gadis itu merespon dan hanya menoleh kepada damara

" bisa lo buka genggaman tangan lo?" ucap damara lagi

" owh,," gadis itu terkejut melihat tangnnya yang sudah di penuhi darah, ia melepas genggaman tangannya pada benda tajam itu.

"LO ngapain ngegenggem silet gitu sih, astaga tangan lo luka, luka parah gini, gak sakit?, lo gila ya masa gak sadar di tangan lo ada silet" damar terkejut melihat silet yang di genggam gadis itu tertanam cukup dalam

" owh iya gue lupa, thank you udah perduli sama gue, padahal lo bisa aja pura-pura gak liat " ujar gadis itu polos sambil tersenyum miris dan menarik silet itu dengan tangannya sendiri, damara yang melihat itu meringis, walaupun itu bukan lukanya, tapi ia merasakan sakitnya

" kita ke rumah sakit terdekat ya, sini gue anter" damara menarik tangan gadis itu hendak mengajaknya ke rumah sakit terdekat

" gak usah! oh ya nama gue alina, bisa lo bantu gue buat beli alkohol, obat merah, sama perban?" pinta gadis polos itu menahan damara, damara tanpa membantah langsung pergi meningaglkan alina, ia yakin alina pasti memiliki alasan untuk tidak ke rumah sakit.

" orang tua gue meninggal di rumah sakit tahun lalu " tutur alina tanpa di tanya, damara yang tengah mengobati luka alina tersentak sejenak, iya menatap alina

" gue gak nanya" seru damara merasa bersalah, karena ia tau itu bukan pengalaman yang mudah untuk di ceritakan dengan seseorang yang baru ia temui. Ayolah itu mungkin bukan kalimat yang tepat untuk di lontarkan seseorang yang merasa bersalah. Tapi bodohnya damara malah melontarkan kalimat itu.

" seandainya lo bertanya-tanya! " tuturnya lagi, gadis itu benar-benar aneh pikir damara saat itu.

" yah terimakasih " jawab damara lagi, damara melanjutkan membersihkan luka alina, seusai ia mengguyur luka itu dengan air bersih, damara mulai mengambil alkohol dan menatap alina lagi, owh ini akan sangat sakit pikirnya, damara ayo katakan itu! bukan hanya bergumam di pikiran mu tapi lontarkan!, yah itu lah yang di pikirkan damara, tapi tak satupun kata keluar dari mulut damara saat itu.

" gue tau itu bakalan sakit" celetuk alina yang menyadari tatapan damara, damara tersenyum mendengar itu, gadis kecil yang peka pikirnya, damara mulai menempelkan kapas dengan alkohol dan berhati-hati mengawasi ekspressi alina, jika ia kesakitan maka damara akan berhenti melakukannya. tapi ekspressi apa ini yang damara lihat, alina sama sekali tak mengeluarkan ekspressi apapun, ia hannya memandang lukanya dengan tatapan datar, apakah ia tak merasakan sakit?, seharusnya dengan luka yang dalam seperti itu di tambah itu di telapak tangan itu pasti akan sangat sakit, tapi apa ini ? ia tak merasakan apapun? Segala pemikiran memenuhi kepala damara ia terkejut sekaligus kagum juga miris, melihat itu.

" gue udah biasa, kalau itu jawaban yang pingin lo tau" tutur alina lagi, sungguh gadis aneh, damara benar-benar tak mengerti jalan pikiran gadis itu.

" ohh,, oke" hanya tanggapan itu yang dapat damara keluarkan di saat ia tengah shock.

" nih udah selesai, lo bisa pulang sendiri? " tanya damara

" gue belum mau pulang, boleh gue ikut sama lo aja ? " tutur alina spontan membuat damara terkejut

" gue gak tau, ini benar atau enggak, tapi gue rasa lo gak boleh terlalu percaya sama orang yang baru lo kenal" tutur damara

" gue gak peduli, gue gak punya tujuan dan kebetulan lo bantuin gue" tutur alina lagi,

" ya udah, lo ikut gue " damara akhirnya mengalah, dan mengajak alina masuk ke dalem cafe

" lo nyebat apa mati sih ra,, lama benget" anton yang menyadari damara kembali, menegur pria itu karena meninggalkan dirinya sendiri di antara perang dingin antara aldo dan ferdi.

" eh,, ra lo nongkrong di mana tadi?, sampek ada yang ngikutin " celetuk ferdi

" ra,, cewek itu siapa?" Tanya aldo

" lah itu orang?, gue kira setan " heran ferdi

" dia alina temen gue, eh,, gue duluan ya ada urusan " pamit damara mengambil kunci motornya dan pergi meninggalkan cafe itu.

" enak ya parkir motor di luar sekolah bisa cabut seenaknya" cibir anton

~

Damara menarik tangan alina agar mengikuti langkahnya kemudian membawa gadis itu naik kemotornya dan melaju ke markas rascal.

" masuk!,, lo ngapain? Katanya mau ikut gue" ucap damara ketika melihat alin yang ragu masuk ke alam markas

" woi,, damara bolos lo ya!  ngapain lo jam segini kaga di sekolah?" alga yang sedang mengotak-atik motornya itu menengok ke arah damara yang masih berada di ambang pintu

" sekali-sekali bang" jawab damara bergurau

" sini! lo gak usah takut " damara menghampiri alina menggenggam tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam.

" eh,, itu siapa?" alex yang mendengar teriakan alga tadi turun dari lantai dua untuk menemui adik kecil nakalnya itu. Dan ia terkejut melihat damara yang membawa gadis asing ke markas mereka.

" temen gue bang" jawab damara

" sejak kapan lo punya temen cewek?" sahut alga lagi, menatap damara penuh curiga, ia pun mendekat kearah adamara dan menatap ke arah alina curiga.

" DER!!! Si damara bawa cewe ke markas " teriak alex memanggil darian.

" apaan sih lo kak, toa banget" kesal damara, mendudukkan dirinya di atas sofa yang berada tak jauh dari mereka

" lo anggota genk?" tanya alina tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka. Mengikuti langkah damara, mempersempit jarak mereka.

" kenapa lo takut?, kan udah gue bilang lo jangan mudah percaya sama orang yang baru lo kenal" peringat damara lagi, merilexan punggungnya di sandaran sofa

" keren!" gumam alina, memandang sekeliling markas itu dengan mata yang berbinar

" aneh nih cewek" gumam damara mendengar seruan alina tadi, ia membuang matanya kearah lain mencoba mengabaikan alina.

" ra,, lo ngajak temen ke sini?" darian baru saja turun dari lantai dua usai melatih ototnya, setelah mendengar teriakan dari alex yang membuatnyabsedikit penasaran dengan sosok gadis itu.

" dia yang mau ikut tuh" jawab damara asal menegakkan punggungnya lagi.

" tempat ini bahaya, dia bisa aja di serang musuh padahal gak ada hubungan apa-apa sama kita " nasehat darian, ia duduk sandara sofa di dekat damara.

" apaan sih lo kak baru dateng udah ngomel" cibir damara. Memunggungi darian

" gue serius, ra" tegas darian menatap damara tajam

" iya-iya, maaf gue gak tau lagi mau ajak dia kemana, dan gak mungkin gue ajak ke apartemen gue" keluh damara, yang mulai merasakan panas di punggungnya.

" pulangin aja, lo ngapain bawa anak orang ke sini" seru alga meninggalkan tempat itu, dan kembali ke pekerjaannya.

" gue belum mau pulang! " seru alina dengan suara yang cukup lantang sehingga, membuat seluruh mata yang ada di sana tertuju pada alina

" tuh, kan lo liat sendiri dia batu!" ucap damara lagi. Damara mengusap kepalanya dengan sebelah tangan seolah ia sedang mengekspresikan kefrustasiannya.

" eh bocah ! lo tau lagi ada di mana sekarang?" tanya alga menetap alina intens, dari tempatnya.

" enggak " ucap alina polos sambil menundukkan kepala, sedikit takut.

" tuh, kan lo bahkan gak tau tempat bahaya apa yang lo masukin, tapi lo tetep mau kekeh di sini" frustasi alex mendengar jawaban polos alina.

" lo boleh di sini tapi nanti sore lo harus pulang" ucap darian memberikan izin, setelah mengamati gadis itu beberapa saat.

" lo gila der?, tadi nentang sekarang di izinin " protes alga, mengangkat obeng ia tengah ia gunakan sebelumnya

" thank u kak" ucap alina polos sambil tersenyum, ia mulai berani mengakat kepalanya dan menatap darian dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

" anjir manis banget senyumannya " celetuk alex, ketika melihat alina tersenyum menatap darian yang berada di dekat alex

" mata lo! " kesal damara melempar alex dengan botol minum.

Setelah mendapat izin dari darian alina pun menghabiskan waktunya berjam-jam di sana ia mengobrol santai dengan alex dan alga, sedangkan damara hannya menyaksikannya dari jauh.

Damara berada di lantai dua bersama darian

" gimana hubungan lo sama meigna?" tanya darian, damara yang tadinya memperhatikan gerak-gerik alina. menghentikan aksinya dan menoleh kearah darian.

" kenapa? Lo tumben nanya?"

" gue Cuma khawatir lo masih terjebak di masa itu" ucap darian melirik ke arah damara.

💗

avataravatar
Next chapter