10 Perpustakaan

Beberapa hari ini alina selalu merasa bosan. Walaupun sebelumnya ia terbiasa sendiri, namun semenjak kedatangan damara hari-hari alina terasa lebih menyenangkan.

Dan bersamaan dengan menajuhnya damara, hari-hari alina kembali seperti semula yang kemudian itu malah terasa membosankan untuk alina.

Maka dari itu hari ini alina memutuskan untuk pergi keperpustakaan, untuk mengisi waktu luangnya di jam makan siang.

Tak lupa dengan daniel yang setia menemani alina. Sejak mereka malakukan piknik di atap sekolah, daniel selalu mengikuti alina kemanapun.

" dan,, hari ini gue mau ke perpus, lo gak apa-apa kan?" tanya alina di lorong menuju perpustakaan.

" kemanapun lo pergi, gue temenin" balas daniel mensejajarkan langkahnya dengan alina.

Tepat di pintu perpustakaan alina menghentikan langkahnya, menatap sejenak 2 orang yang datang dari arah berlawanan. Satunya adalah pria yang tak asing lagi di mata alina. Dan di sebelahnya adalah wanita yang cukup alina tau dia siapa. Alina menatap kedua orang itu sekilas kemudian melangkah masuk ke dalam perpustakaan begitu saja seperti tidak ada hal yang terjadi. Walaupun alina sempat menerima tatapan sinis dari wanita tadi, namun alina tak memperdulikannya. Toh ia tak melakukan kesalahan apapun. Pikir alina.

" al lo mau cari buku apa?" tanya daniel yang menyusul langkah kaki alina.

" humm, buku apa aja tentang psikologi dan" ucap alina pada daniel

" ya udah kalo gitu gue bantuin buat nyari" serunya kemudian menghilang di rak buku besar perpustakaan

Di sisi lain, damara yang sempat bertemu tatap dengan alina tadi, sempat terkejut. Karena melihat alina masuk ke tempat yang sama dari tujuan damara dan meigna.

" mei,, gimana kalo kita ke tempat lain aja, masa kamu setiap hari ke perpus terus sih belakangan ini " bujuk damara pada meigna yang tengah melangkahkan kakinya ke perpustakaan sekolah.

" kenapa?, biasanya juga kamu gak ada masalah" balas meigna menatap damara bingung

" humm, bukan gitu aku Cuma nyaranin kamu buat ke tempat lain, selain perpus" dalih damara lagi

" apa karena wanita tadi?, kamu ada hubungan sama dia?" ucap meigna dengan nada tak suka

" ya,,, bukan!. Ya udah yuk kita ke perpus" damara menarik tangan meigna untuk segera memasuki perpustakaan

' mampus gue' umpat damara dalam hati. Ia kembali bertatap mata dengan alina, ketika alina berjalan keluar dari rak buku besar. Damara yang sadar tangannya masih menggenggam tangan meigna perlahan mulai terlepas. Namun alina tak menunjukkan ekspresi apapun, alina hanya melihat itu sekilas kemudian berbelok menuju rak buku lainnya

" ra??, kamu boleh tunggu aku di meja pojok situ, aku mau milih bukunya dulu ya" ucap meigna berpesan pada damara.

" eh!,, aku mau cari buku juga mei" sangkal damara kemudian berjalan menuju rak buku besar perpustakaan yang alina lalui tadi.

" tumben biasanya ogah di suruh baca buku?" gumam meigna mengangkat bahunya.

Jujur saja itu hanya sebuah alasan untuk damara. Ia tak dapat berfikir jernih karena di penuhi oleh alina. Fokusnya pun bukanlah mencari buku yang akan ia baca, namun mencari keberadaan alina.

Di seberang sana alina tengah memilih buku yang ingin ia baca dengan teliti. Menggerakkan telunjukkan melewati buku-buku yang ia lewati. Sembari melihat judul buku itu dengan seksama.

" al,,," perhatian alina teralihkan oleh suara bisikan yang memanggil namanya, alina melihat sekeliling untuk mencari sumber suara itu.

" al,, di sini" suara itu terdengar lagi, alina melihat damara yang tengah berada di sisi lain rak buku sedang mengintip melalui celah yang tersisa di antara buku.

" lo ngapain?" tanya alina menatap damara kebingungan

" gue nyariin lo dari tadi" tutur damara lagi, alina mengerinyitkan alisnya kebingungan.

" ngapain nyariin gue " tanya alina malas

" gue mau minta maaf" tutur damara lagi, alina tersenyum miring mendengar itu, menatap damara dengan jengkel

" buat apa?" tanya alina mencibir damara

" itu,, karena gue...."

" AL!!, sini" ucapan damara terpotong oleh teriakan daniel di ujung rak, sambil membawa satu buku di tangannya

" kenapa, dan?" tanya alina menolehkan kepalanya kepada daniel

" gue nemu buku yang lo cari nih" ucap daniel pelan sambil menunjukkan buku itu pada alina dari jauh

" Oh ya!" pekik alina, hingga ia reflek menutup mulutnya karena tersadar ia memkik terlalu keras, tanpa mempedulikan keberadaan damara di sana alina langsung berlari kearah daniel dan mengambil buku itu, sambil tersenyum.

Sedangkan damara yang di tinggalkan oleh alina hannya dapat menahan perasaan marahnya karena alina mengabaikannya dan malah menghampiri daniel dengan senyum sumringahnya itu. Bahkan damara sendiri tidak dapat mendapatkan senyuman yang seperti itu dari alina, jadi bagaimana alina bisa tersenyum seperti itu pada daniel.

Tunggu, damara dan alina tidak lah memiliki hubungan yang istimewa sehingga damara boleh merasa kesal jika alina tersenyum ramah kepada daniel. Damara sendiri sangat sadar akan itu. Namun ia juga tak mengerti dan tak dapat menghentikan perasaan marah itu. Walaupun ia mau mengabaikan perasaan itu.

" damara?,, kamu ngapain di situ?" meigna membuyarkan lamunan damara. Damara yang terkejut pun mebalikkan badannya kaget

" eh??, aku? ini lagi nyari buku. nih,, bukunya" damara mengambil sembarang buku yang ada di dekatnya dan menunjukkannya kepada meigna

" owh,,, ya udah yuk cari tempat duduk, aku juga udah ketemu bukunya" damara berjalan mendahului meigna untuk mencari tempat duduk, sedangkan meigna masih terdiam di tempatnya, melirik kearah pandangan damara tertuju sebelumnya, di sana ia melihat gadis yang tak asing, dengan seorang pria yang juga teman genk damara sedang berbincang dengan riang di sebrang sana.

Damara telah duduk dengan tenang di meja sana membaca bukunya, sedangkan meigna baru saja mendatangai damara dengan senyum sumringahnya. Namun senyum itu menghilang ketika matanya melihat pemandangan yang mengganggu di dekat damara. Tak jauh dari tempat damara membaca buku terdapat 2 orang tadi.

" maaf aku lama, tadi aku kebetulan nemun buku lain" ucap meigna mengambil alih perhatian damara yang ia curahkan ke buku di tangannya.

" oh ya,, gak masalah, aku udah nyisain tempat buat kamu " tutur damara tersenyum kepada meigna

" thank you" balas meigna kemudian duduk berhadapan dengan damara. Sedangkan tak jauh dari nya alina tengah membaca bukunya dengan seksama. Bersama daniel yang duduk di depan alina

" oh ya, rara tau gak?, kemarin si ferdi berantem sama devon " tutur meigna memulai percakapannya

" devon?, yang katanya selingkuhan pacarnya ferdi?" balas damara memusatkan perhatiannya pada meigna

" iya,, jadi kemarin itu ferdi dateng ke kelas aku, dateng-dateng langsung di banting si devon, jadi dia di banting ke meja aku, aku kaget dong " tutur meigna lagi

" seriusan?, tapi kamu gak apa-apa kan ?" balas damara terkejut dan khawatir

" kayak yang kamu liat aku gak apa-apa" balas meigna dengan senyumnya

" syukur deh, kalo gitu" damara mengulurkan tangannya mengelus rambut meigna, alina yang berada tak jauh di sana mengawasi mereka melalui ekor matanya. Walaupun ekpresi alina tak menunjukkan apapun, bisa di lihat kini buku yang alina pegang tak lagi mulus oleh ulahnya.

" lo baca apa sih,, kok serius gitu al" mata daniel sangat jeli. Setiap perubahan ekspresi dan gerak gerik alina. Selalu terbaca oleh daniel.

" ini buku kesukaan gue dan. Lagian perpustakaan tempat baca buku. Bukannya tempat main-main jadi wajar dong kalo gue bacanya serius " tutur alina melirk ke arah damara dan memutar bola matanya ketika pandangan mereka bertemu.

" sesuka itu ya? " tutur daniel mencoba menyentuh kepala alina. Karena gemas

" ngapain? " tutur alina menatap tangan daniel yang mengarah padanya

" mau ngelus? Gak boleh? Abis lo imut kalo lagi serius " balas daniel tertawa kecil.

" gak boleh lah. Inu kan tempat umum" seru alina. Berusaha mengabaikan candaan daniel

" berarti kalo sepi boleh dong?" canda daniel. Tersenyum pada alina

" ya enggak gitu juga... " sangkal alina, kalimatnya menggantung karena tangan nakal daniel yang berhasil mencubit pipi alina.

" dan!!!, lo apaan sih " alina menatap daniel sinis karena tingkah daniel sebelunya.

" hehe... Sorry, gue gak ganggu lagi " ucap daniel mengulurkan tangannya lagi hendak menyentuh kepala alina

" katanya gak mau ganggu lagi? " ketus alina menatap daniel datar

" ini yang terakhir " daniel menyelipkan anak rambut alina ke belakang telingan alina agar gadis itu lebih nyaman membaca bukunya.

" awas ganggu lagi. Gue iket tangan lo"  ancam alina. Yang hanya di tanggapi tawa kecil oleh daniel.

Damara melirik intrasksi 2 orang itu dari jauh dengan ekpresi tak suka. Kejadian itu meigna lihat sendiri dengan mata kepalanya. Damara tiba-tiba berubah semenjak ia bertemu gadis itu, waktu damara untuk meigna semakin sedikit dan damara mulai memperlakukan alina sama dengan dirinya. Ini sedikit membuat meigna khawatir. Karena damara bukanlah seseorang yang mudah dekat dengan wanita yang baru ia kenal. Meigan merasa posisinya kian hari semakin bergeser oleh pendatang baru.

~

" mei ? Kamu kenapa? Bengong mulu dari tadi " markas genk lucifer. Yah meigna kini telah berkumpul di markas itu bersama anggota genk lainnya

" emang gue keliatan bengong dari tadi?" tanya meigna. Melirik ke arah deon yang berada di sampingnya.

" mei.. Udah aku bilang kamu jangan pakek gue elo kalo lagi sama aku " peringat deon

" maaf. Lagian kamu udah kayak saudara aku. Jadi aku kebawa santai" balas meigna

" ssstss. Kita bukan saudara. Buat aku kamu adalah orang paling special. Jadi aku mau memperlakukan kamu sehalus mungkin. Jadi jangan bikin aku kasar sama kamu oke?" tutur deon manis pada meigna

" menurut kamu seperti itu?, jika seseorang menganggap kita spesial maka dia akan bersikap sopan dan lembut pada kita?" tanya meigna antusias

" tentu. Karena kamu orang spesial. Kamu pantas mendapat perlakuan spesial " balas deon menyandarkan kepalanya pada meigna.

Meigna tersenyun sumringah di posisinya. Di sisinya ada deon. Namun  pikiran alina terbang jauh dari posisinya. Mendengar kalimat yang di ucapkan deon membuat segala kegelisahan meigna memudar.

💗

" bagaimana keadaan damara?"

" dia bukan lagi tanggung jawab mu"

" beritahu saya keadaannya. Untuk kali ini saja"

" saya memberikan kesempatan terakhir padamu bukan untuk membiarkanmu kembali pada damara. Jadi pergilah sejauh mungkin seperti tidak pernah ada" alvaro menutup sambungan telfon itu dengan kasar. Segera memasukkan ponselnya ke dalam saku.

" maaf, telah membuat anda menunggu begitu lama" seorang pria lainnya. Memasuki ruangan itu menyambut tamunya

" ah.. Itu bukan masalah besar. Jadi bisa kita perjelas persyaratan kontrak tersebut?"

~

avataravatar
Next chapter