16 Pengakuan

Di markas rascal. Tengah ramai dengan anggota rascal lainnya. Mereka berkumpul di sekitaran sofa untuk membahas. Tantangan dari genk lucifer. Untuk ajang perlombaan balap liar yang akan di adakan oleh genk lucifer.

" jadi, lo mau nerima tantangan genk lucifer?" tanya alga pada darian

" menurut lo penolakan berlaku disini?, lo pikir ini pasar, kita bisa nawar?" ucap darian.

" ya ini bahaya. Lo tau kan ajang perlombaan yang di adain genk lucifer itu gak pernah aman?, tahun lalu seluruh pesertanya gugur karena kecelakaan" timpal alex

" bang lo gak harus, ikut. Biar gue yang handle" ucap daniel

" pemimpin gak harus turun tangan lah bang" celetuk mano

" gue ngerti lo semua khawatir. Tapi ini bukan saatnya kita lengah. Rencana harus di susun rapi di sini" ucap darian serius

" biar gue yang handle itu, lo gak usah ikut kak. Lo baca kondisi aja. Kalo ada apa-apa gak ada yang lebih cerdas ngadepin itu dari pada lo " ucap damara

" gue percaya sama lo ra. Lomba terakhir kali juga, kita selesai dengan damai karena rencana lo" ucap brent

" kali ini lomba tim 5 putaran dengan 3 peserta. Lo harus pikirin hati-hati kemungkinan kejadian  yang akan terjadi di lintasan " celetuk daniel

" gue bisa handle mereka kalo lo. Perlu bantuan gue." Celetuk reygan

" gak. Lo lebih ahli di tarung ring. Kalau lo ikut lomba kali ini. Lo bakalan jadi sasaran dan langkah selanjutnya pasti tarung ring dengan taruhan yang gak masuk akal. Dan kita udah pasti kalah telak" peringat damara pada reygan

" damara bener. Kita gak boleh gegabah disini. Dan lengah setelahnya. Ini bukan masalah balap liar doang" ucap kriss

" persetan tuh genk lucifer perlu di basmi sampek akar" kesal ferdi

" gak mudah hancurin genk lucifer backing mereka kuat" ucap brent

" zeon ayah deon itu mafia. Dia keluar masuk negeri. Penyelundup senjata. Genk itu ada untuk kedok mereka. Mereka bukan amatir jadi lo gak bisa semudah itu buat ancurin genk lucifer" jelas alga

" tau tuh, yang ada lo di libas duluan sebelum bertindak" celetuk alex

" genk lucifer itu isinya anak buah zeon semua. Yang dari luar itu bisa di itung pakek jari. Mereka di sana buat jagain deon. Lo tau kan arti dari anak mafia itu di incar mulu" jelas darian

" jadi lawan kita kali ini yang kayak gitu?" tutur ferdi frustasi

" kalau rencana kita Matang kita bisa menang " ucap damara

" gue percaya sama lo ra" celetuk alga

Rapat mendadak itu telah berakhir. Bermula dari darian yang di cegat dan di tantang secara langsung oleh damian. Itu membuat suasana antar genk yang sebelumnya tegang semakin memanas

" gue pergi dulu ya, ada urusan" daniel mengambil helm nya. Hendak pergi dari markas

" mau kemana lo?" celetuk ferdi

" ada urusan" ucap daniel singkat

" lo kok mencurigakan sih?" ucap kriss

" emank adek gue perlu laporan dulu ama lo pada kalo mau pergi?" sinis reygan membela daniel

" kagak usah ngegas juga rey, gue jadi tambah curiga kan sama adik lo" ceteluk alga

" tau tu, lo gak mau ngapel kan dan?" ucap alex

" lah emank daniel mau ngapel kemana?, gebetan juga gak punya " canda mano

" bacot lo pada. Dah lah gua pergi dulu" daniel tak menanggapin kicauan teman-temannya dan segera meninggalkan markas. Sedangkan damara yang sedari tadi diam memperhatikan gerak-gerik daniel menysul daniel ke luar markas

" mau kemana lo?" tanya damara berdiri di sisi tembok dekat dengan motor daniel

" udah gue bilang gue ada urusan" tutur daniel

" gue suka alina gue harap lo gak ada niat buat halangin gue" tutur damara

" gue gak niat ngehalangin lo. Gue Cuma ngelakuin yang gue bisa. Kalau Menurut lo itu ngehalangin itu berarti usaha lo kurang buat ngeyakinin alina. Itu bukan salah gue" tutur daniel menaiki motornya

" jadi. lo mau ke cafe alina?" tanya damara

" kalo iya kenapa?" daniel tersenyum miring sebelum menutup kaca helmnya dan menarik gas motornya untuk pergi dari sana.

Damara menatap kepergian daniel dengan tatapan sinis. Langkah kakinya berbalik memasuki markas. Dan berjalan cepat

" kak der gue pinjem mobil lu ya" ucap damara mengambil kunci mobil darian di meja kecil dekat sofa

" eh!!, mau kemana lo bocah. Lo kan belum punya sim " teriak darian

" gampang sama gue mah. Aman mobil lo" ucap damara

~

Damara melajukan mobilnya. Ke arah cafe tempat alina berkerja paruh waktu. Ia memarkirkan, mobilnya tepat di depan cafe milik alina. Dari sana damara dapat melihat dengan jelas aktivitas yang terjadi di dalam cafe.

" rencana lo tersusun rapi dan. Dan keliatan banget tujuan lo itu apa" ucap damara melihat intraksi antara 2 orang yang tengah bekerja di cafe itu

" apa yang lo pikirin al?, lo pasti tau magsud di balik tindakan daniel" gumam damara lagi. Alina termasuk orang yang peka. Ia bahkan bisa menerka niatan orang yang baru di kenalnya. Dan damara yakin 100% alina mengetahui tujuan daniel

" apa tujuan lo?" damara terlarut dalam pemikiran dan kecemburuannya. Yah dia menyukai alina. Ia menyukai gadis itu karena memiliki pendiriannya sendiri. Dan berjiwa bebas. Ia bebas dalam sangkarnya. Alina tak pernah berada di lingkup yang luas. Namun gadis itu menikmati ruangnya dengan begitu nyaman. Ada kalanya damara merasa prihatin karena gadis itu bernasib sama dengan meida. Mereka sama-sama anak haram dari ibunya. Dan mereka mendapatkan ketidak adilan di rumah mereka sendiri. Namun bedanya alina begitu tegar. Dan meida sangat terpuruk karenanya.

" bentar lagi jam 8" damara telah menghabiskan waktunya untuk menunggu alina selesai bekerja.

Beberapa saat kemudian damara melihat alina yang keluar dari cafe itu di susul oleh daniel. Terlihat di sana daniel menahan tangan alina mencegah alina pergi.

Melihat itu damara segera turun dari mobilnya dan menghampiri alina.

" dia pulang sama gue" ucap damara mendekat ke arah 2 orang yang tengah berdebat itu

" lo ngapain di sini?" tanya daniel yang terkejut dengan kehadiaran damara

" gue udah bilang alina pulang sama gue. Ya gue di sini mau jemput dia lah" tegas damara. Menarik tangan alina ke sisinya

" lo beneran pulang sama damara al?" tanya daniel. Alina yang kebingungan dengan situasi saat itu hannya terdiam.

" kenapa diem?" suara dmara menghancurkan lamunan alina

" iya, gue sama damara" ucap alina cepat

" gue makasi banget karena lo udah bantuin gue. Tapi gue gak bisa nerima kebaikan lo lagi. Lo udah cukup repot bantuin di cafe sekarang mendinan lo pulang awal dan" alina menolak ajakan daniel dengan lembut.

" udah kan?, gue cabut dulu" damara menarik tangan alina menjauh dari sana membawanya memasuki mobil yang ia bawa

" lo bisa bawa mobil?" tanya alina

" bisa!, kalo enggak ya mana mungkin gue bawa mobil buat jemput lo" ucap damara berjalan ke pintu satunya untuk duduk di kursi pengemudi

" tapi lo baru kelas 2 SMP " ucap alina

" terus apa masalahnya?" jawab damara santai. Melajukan mobilnya.

Beberapa saat mengemudi mobil itu berhenti. Namun Tempat perhentian mereka bukan di rumah alina melainkan di suatu taman yang telah sepi pengunjung. Ya iyalah sepi kan udah malem.

" ngapain ke sini?" tanya alina kebingungan

" turun aj dulu. Liat bintang " ucap damara turun dari mobilnya

" duduk sini" ucap damara saat, alina keluar dari mobilnya.

" mau ngapain?"

" is,, sini duduk dulu " damara menarik tangan alina agar gadis itu duduk di sebelahnya

" liat tuh langitnya cantik " damara menunjukkan langit hitam kebiruan. Terlihat cerah

" gak ada bintangnya " ucap alina

" ya karena kota ini terlalu terang" ucap damara

" tadi katanya mau liat bintang " cibir alina

" ya mau gimana lagi?, tapi langitnya cantik"

" kalau kita hidup di tempat yang terlalu terang. Kita bahkan tidak dapat menampakkan sinar kita sendiri" ucap alina melihat ke atas langit

" lo suka banget ya liatin langit?" tanya damara mamandangi alina

" gue iri. Gue iri karena langit bisa sebebas itu membentang kemana aja. Dia tau banyak tempat yang menyenangkan. Dia bisa berubah-ubah sesuai keinginannya. Walaupun mendung walaupun terik. Walaupun di hujat tapi tidak ada yang membenci langit. Semua menganggapnya indah " tutur alina

" kalau lo gak bahagia di dunia lo, lo cukup menciptakan dunia lo sendiri. Dunia dimana lo nyaman ketika berada di dalamnya" ucap damara

" itu yang kita lakukan. Baik lo maupun gue" ucap alina. Damara terdiam. Alina dapat dengan mudah menangkap magsud dari ucapannya.

" kenapa lo gak pernah ingin tau tentang gue?" pertanyaan itu muncul secara random dari mulut damara.

" hmmm, gue lebih milih menunggu lo untuk bilang sendiri" balas alina setelah berfikir sejenak.

" tapi lo tau kan kalo lo nanya pasti gue cerita ?" ucap damara melirik alina

" lo bisa cerita kalau lo mau cerita. Kalau gue tanya dulu mungkin lo gak nyaman karena itu" balaa alina melirik damara. Sambil menaikkan 1 alisnya.

" lo tau gak kalimat lo itu ambigu buat gue. gue bisa aja salah paham kalo lo gak mau denger cerita gue" tutur damara lagi.

" gue gak pernah bilang enggak mau denger tuh " balas alina tersenyum tipis

" tapi lo juga gak pernah bilang lo mau denger" ucap damra sedikit ketus.

" gue cuma gak mau karena pertanyaan konyol gue itu membawa luka yang telah lama terkubur muncul lagi " alina menghela nafasnya dan kembali menatap langit. Mengabaikan tatapan mata damara yang terlihat sedikit kecewa.

" gue kabur dari bokap gue. Gue gak mau hidup di rumah yang Cuma memanfaatkan ke adaan gue. Dulu gue pernah punya adik " ungkap damara.

" pernah?" tanya alina melirik damara sekilas. Lelaki itu menatap langit... Matanya terlihat tulus dan sedih.

" sekarang dia udah gak ada. Dia bunuh diri karena gak tahan sama perlakuan bokap gue" ucap damara sendu

" lo masih merasa bersalah karena itu?" balas alina. Penasaran

" gue ngerasa gue gak becus jadi kakak" sesal damara yang ia ungkapkan di hadapan alina

" terus apa rencana lo ?" matanya melirik mata sendu damara yang tengah menatap langit.

" apa yang bisa gue lakuin?, dia udah gak ada" ucap damara tersenyum tipis melihat langit indah malam itu.

" balas dendam contohnya?" tutur alina mengangkat bahunya.

" awalnya gue berniat untuk balas dendam. Tapi gue gak cukup punya kuasa untuk balas dendam " balas damara lagi kini membalas tatapan alina. Dengan senyumannya

" balas dendam materi itu di luar janggkauan lo. Lo Cuma harus balas dendam sesuai kapasitas lo"

" gue lagi nyusun rencana. Tapi gue sempet lupa kalau gue lagi di dekat LO"

" kenapa?" tanya alina kebingungan

" karena lo hidup nyaman tanpa balas dendam. Jadi gue pikir kalau gue iklasin itu gue juga bisa hidup nyaman" damara meraih tangan alina. Mengelusnya lembut.

" gue kayak gitu?"

" yah... lo selalu tenang setiap saat" balas damara. Membawa tangan itu ke bibirnya.

" dulu bunda bilang. Ayah itu menyayangi gue. Cuma dia perlu waktu. Dulu bunda selalu ada di sisi ayah padahal dia bisa aja pergi. Bunda punya usaha, bunda punya tante annya yang dukung dia. Dan bunda punya keluarga yang mau ngerangkul dia. Tapi bunda tetap tinggal bersama ayah. Karena ayah sendiri tidak memiliki siapa-siapa. Bunda bilang ayah pernah dihianati. Hingga ia memiliki trauma oleh itu. Tanpa bunda ayah akan hilang arah dan akan sendiri. Jadi setelah bunda pergi. Gue menggantikan itu. Walaupun akhirnya ayah menjalin hubungan dengan wnaita lain. Gue bisa aja pergi. Tapi gue gak mau menurut gue. Bunda juga gak pingin gue pergi"

" kalau lo mau kabur. Kasi tau gue. Kita kabur sama-sama" damara menarik tangan alina agar posisinya lebih dekat. Kemudian membawa kepala gadis itu untuk bersandar di bahunya.

" gue gak ada niat buat kabur dari rumah itu " ucap alina di bahu damara.

" lo gak bisa terus-terusan kayak gitu. Di titik lo lelah akan semuanya. Lo bisa datang. Kapanpun gue bakalan genggam tangan lo kayak gini" damara menggenggam tangan alina semakin erat.

💗

" ma... Mei... Mau pulang"

" mei... Kamu belum bisa pulang sayang. Kamu sabar dulu ya"

" mei kangen... Kakak"

" ssstssss kakak kamu baik-baik aja kok. Papa kan sayang sama kakak"

" tapi kenapa papa gak sayang sama kita?. Kenapa papa selalu nyakitin kita ma?"

" kamu gak boleh ngomong gitu syang. Bagaimana pun dia tetap papa kamu"

~

avataravatar
Next chapter