19 Menjauh

Hai malam?. Kau tau?. Kamu adalah teman ku. Teman tidurku. Teman sedihku. Saksi doaku. saksi betapa aku mensyukuri hari-hari indah yang berlalu. Dan kamu juga menjadi saksi renunganku tentang hari-hari terburukku.

Kita hanya saling berdiam diri. Mengabaikan satu sama lain. Namun selalu bersama ketika matahari telah pergi. Kita tak saling bicara namun kamu tau segalanya tentang suka dan duka ku. Terkadang aku lupa bahwa di pagi hari kamu telah pergi. Sehingga aku membawa kegelapan itu di sepenuh hari ku. Sampai dia datang memberitahukan pada ku bahwa. Malam telah berlalu. Dan bahwa gelap telah berganti menjadi terang.

Alina menghentikan tarian penanya di atas putih. Berganti dengan air mata yang menandai kertas itu. Matanya kabur. Di penuhi oleh genangan unsur mangan. Hidungnya memerah dan giginya mengggigit bibirnya pelan. Menekan emosi yang meluap. Sampai tubuhnya bergetar untuk tetap bertahan.

' seharusnya alin gak berharap. Maaf alina berlaku egois bun' pikir alina kembali meneteskan air matanya.

Ia tau cepat atau lambat damara pasti akan pergi. Karena ia hanya manusia biasa. Itu salahnya karena sempat menganggap damara berbeda. Itu salahnya yang telah berani untuk berharap. Dan itu adalah hukumannya.

" dia akan pergi seperti bunda, leo dan rara. Pada akhirnya semuanya akan pergi. Seharusnya lo enggak melupakan itu al" gumam alina pada dirinya sendiri. Alina terduduk menunduk mengangkat kakinya dan menekuknya di kursi. Kemudian menyembunyikan wajahnya di sana dengan tangan yang memeluk kedua kakinya itu.

" lo sendiri. Cuma lo sendiri yang bisa bertahan. Lo sendiri" gumam alina berulang kali di dalam posisinya. Tangannya tak henti untuk mengepal kuat. Sesekali menahan nyeri di dada yang berseling di antara kalimat yang ia lontarkan.

~

" al..lo mau ke kantin ?" alina berpapas dengan damara di koridor. Menuju kantin

" hai ra.. " jawab alina singkat. Kemudian lewati damara begitu saja. Ia muak, bermain peran pengganti untuk damara. Dan ia muak melihat wajah meigna

" kok lo jutek gitu sih sama damara al " tutur lili. Kepada alina

" enggak li, gue biasa aja kok. Perasaan lo aja kali. DAN!!! Daniel!!! Di sini " alina meneriakkan nama daniel sedikit kencang karena jarak di antara mereka lumayan jauh. Daniel yang mendengar teriakan alina itu pun menghentikan langkahnya bersama mano. Lalu berjalan mendekat ke arah alina yang juga berjalan ke arah mereka.

" lo mau ke kantin kan?" tanya alina menghampiri mereka

" iya.. lo juga kan?, yuk kita bareng" usul mano

" gue gak pingin ke kantin. Oh ya gue nitip lili ya. Gue gak bisa ninggalin dia sendiri jadi gue titip di elo" ucap alina santai

" eh?, lo mau ke mana?" tanya daniel

" gue mau ke atap, udah lama gue gak ke sana. Kangen " ucap alina tersenyum tipis

" gue ikut ya " tutur daniel bersikeras

" gue lagi pingin sendiri. Lo mending temenin lili aja ya dan " alina sedikit mendorong tubuh lili agar mendekat ke arah daniel. Kemudian melambaikan tangannya. Sebagai ucapan perpisahan. Daniel yang melihat alina sudah menjauh, menepis lili yang ada di dekatnya. Dan gendak menyusul alina. Namun lili yang peka akan itu menahan daniel agar ia tak pergi dari sana.

" jangan. Biarin dia sendiri" ucap lili menahan tangan daniel ketika ia ingin menyusul alina.

Lili menatap damara dengan mata yang sendu. Daniel membalasnya denan tatapan pasrah.

Di atap. Alina mendapati aldo yang lebih dulu ada di sana. Ini pertama kalinya alina melihat pria itu di sana. Dan itu sedikit aneh menurut alina

" Hai do.." tutur alina ketika sampai di pagar pembatas atap.

" Hai al.. Tumben lo ke sini" tutur aldo menyadari kehadiran alina.

" pingin aja. Udah lama gue gak ke sini, jadi kangen aja " ucap alina sedikit berbohong.

" terus lo ngapain ke sini? " sambung alina

" gue juga kangen. " balas aldo singkat

" oh..." balas alina lagi seadanya. Ia sedang tidak fokus dan tak ingin bercanda, alina pun memiliki masalahnya sendiri

" ternyata lo beneran ke sini" suara damara mengalihkan perhatian alina. Ia menghembuskan nafas nya kasar. Kemudian memutar tubuhnya menghadap damara ynag baru saja memasuki atap

" lo ngapain ke sini?" tutur alina ketus

" gue Cuma. Kepikiran lo aja " ucap damara polos

" gue harus turun. Lili nyariin gue " dalih alina.

" lo kenapa?" damara menahan tangan alina

" gue kenapa?" tanya alina balik

" lo aneh dari kemarin. Lo juga gak bales chat gue " ucap damara

" perasaan lo doang kali. Gue turun dulu ya" alina menghempas lemah tangan damara kemudian meninggalkan pria itu di sana bersama aldo.

" alina kenapa?" damara menghampiri aldo di sana. Terlarut dalam pikirannya

" mana gue tau. Lo punya salah apa sama alina?" ucap aldo acuh. Menanggapi pertanyaan damara

~

Ini waktunya untuk bekerja. Waktu telah menunjukkan pukul 1 siang. Alina telah menyelesaikan jam belajarnya di sekolah. Kini ia harus berpindha tempat dan mulai bekerja.

Di perjalanan menuju gerbang sekolahnya alina bertemu denan daniel. Dan juga mano. Namun mereka terpisah dengan mano karena ia harus mengikuti kelas tambahan akibat remed di ulangan matematikanya.

" al.. gue ke cafe lo boleh ya?" tanya daniel di tengah perjalanan mereka

" boleh. Kan cafe gue terbuka buat siapa aja. Masa lo mau ke cafe lo izin dulu" tutur alina

" bukan itu. Magsud gue, gue mau bantu-bantu di cafe lo" ucap daniel lagi. Alina sedikit memikirkannya sebentar

" perasaan bunda annya enggak nyari pegawai baru deh dan" tutur alina menolak secara halus sekaligus mengejek daniel

" enggak gitu al.. Gue mau main ke sana boleh ya" jelas daniel dengan ekspresi imutnya.

" dan.. Kalo lo mau main mending je dufan. Ngapain ke cafe gue. " ucap alina lagi. Daniel tak dapat mengatakan apapun lagi. Alina sangat tegas menolaknya. Tidak ada celah untuk daniel. Sisa perjalanan mereka pun sempat membisu. Sampai daniel mengucapkan perpisahan ketika ia berbelok menuju lapangan parkir. Sedangkan alina berjalan lurus menuju gerbang depan.

Seakan harinya memang di takdirkan untuk di penuhi rintangan dan cobaan, alina bertemu damara di depan sekolah tengah bersender di motor miliknya. Dari kejauhan alina menyadari itu. Ia hendak memutar arah. Namun damara telah menangkap keberadaan alina dan menyambutnya dengan senyum sumringah. Alina tak dapat menghindarinya.

" hai.. al" ucap damara menyapa alina dengan suara yang keras. Karena jarak mereka yang terbilang Cukup jauh. Alina hanya membalasnya dengan senyum manis miliknya

" hai, ra. Lo kenapa belum pulang?" tanya alina

" gue nungguin lo" ucap damara mengahampiri alina. Alina memundurkan tubuhnya karena damara yang berdiri terlalu dekat.

" ngapain nungguin gue?" tanya alina kebingungan

" pulang bareng yuk" seru damara

" tapi gue mau kerja"

" ya udah gue anter" ucap damara. Alina melebarkan matanya ketika mendengar kalimat itu meluncur dari mulut damara. Istilah dimana kita berniat menjauhi sseorang maka orang itu akan semakin mendekat. Itu benar. Dan itulah yang alina rasakan saat ini.

" hmmm, tapi..... Oh,, DANiel!!!" kalimat alina terpotong oleh nama daniel yang ia teriakkan. Sedangkan pria yang ia panggil itu berhenti mendadak tak jauh dari posisinya.

" sorry ra.. gue udah janji mau pulang bareng daniel. Gue duluan ya ra. Bye " akhirnya itulah pilihan alina. Pergi meninggalkan damara di sana dan menghampiri daniel.

" gue ikut lo ya " bisik alina saat sampai di dekat daniel

" ogah, tadi katanya gak boleh main ke cafe lo " ucap daniel bersikap seperti seseorang yang tengah kesal.

" isss... gak usah protes. Gue ikut lo pokoknya " geram alina pada daniel. Daniel hannya tersenyum kecil melihat ekspresi alina. Kemudian memasangkan helm di kepala alina. Tentu ia tak bisa meneruskan akting ngambeknya jika sudah melihat alina dengan ekspresi kesal tapi tak bisa maran itu. Adegan itu terlihat romantis dan berhasil membuat hati-hati mendamba yang menyaksikan itu memanas.

Tak terkecuali damara. Ia Berdiri kaku di tempatnya dengan tangan yang mengepal. Dan tatapan sinis ia tujukan pada daniel yang sudah berlalu. Tangannya memukul jok motornya dengan amarah yang tak dapat ia pendam lagi.

" katanya gak ada hubungan apa-apa"

Di sisi lain ada 2 pasang mata lagi yang diam-diam memperhatikan adegan dramatis itu.

" manusia itu penuh teka-teki. Lo salah kalau lo mengaku tau segalanya. Dan lo bodoh kalau percaya pada satu pengakuan implusif"

~

" thanks buat tumpangannya" alina turun dari, motor daniel dan mengucapkan rasa terimaksih.

" its oke. Kapanpun gue akan selalu bisa nganterin lo kemana aja" balas daniel ikut turun dari motornya

" enggak makasih. Gue masih bisa pulang pergi sendiri " ucap alina sambil memberikan helm milik daniel

" tapi kan bisa hemat ongkos al " ucap daniel dengan canda tawanya

" ya udah sekarang lo boleh balik" tutur alina mempersilakan daniel untuk pulang

" nanggung. Udah disini gue mau mampir dulu" daniel mengabaikan perkataan alina dan melewati gadis itu menuju cafenya

" eh???... kan bukan gitu konsepnya" alina mengejar daniel dari belakang berusaha untuk menahan pria itu

" tunggu!" ucapan alina terpotong ketika wajahnya menabrak punggung daniel yang terhenti ketika ia baru memasuki cafe itu.

" eh.. ada nak daniel. " sapa tante anya

" halo tante. Hari ini cafe rame ya. Mumpung daniel disini daniel bantuin ya" ucap daniel denan cepat

" sebenarnya tante agak sungkan tapi hari ini cafe lagi ramai banget " keluh annya berharap bantuan dari daniel

" gak usah sungkan tante. Daniel malah seneng kok bantuin tante" ucap daniel lagi dengan senyum ramahnya. Annya hanya menanggapi ucapan daniel dengan senyuman terimakasihnya kemudian segera menghampiri pelanggan lagi.

" eh!. Tapi kan lo seharusnya pulang" keluh alina. Mengikuti langkah daniel ke bagian dalam cafe untuk mengganti seragamnya.

" ssstttss. Lo tega biarin tante annya kecapean?" daniel meletakkan telunjuknya di bibir alina dan berbisik di telinga alinad dengan sedikit menunduk

" ihh.. apaa sih jauh-jauh sana" reflek alina mendorong tubuh daniel

" udah nih. Ganti pakai ini" ucap daniel memberikan celemek khas cafe itu pada alina. kemudian di ambil alih oleh alina dengan kasar sambil cemberut.

" lucu banget sih" gumam daniel setelah alina pergi meninggalkannya di sana untuk meletakkan tasnya.

" halo selamat datang" daniel dengan cekatan menyambut tamu yang baru datang. Dan dengan tekun membantu di cafe itu.

" halo.. apakah sudah siap untuk memesan?" tak lama alina pun ikut menyusul.

" silakan pesanan anda" dava pun ikut membantu mengantarkan di kala senggangnya. Di cafe alina memanglah tidak ada pegawai lain selain dava dan egar yang bertugas di bar counter. Sedangkan servicenya hanya ada. Bunda anya saja. Cafe itu sepi jika pagi hari dan mulai ramai di jam makan siang. Sehingga annya merasa tidak perlu merekrut pegawai lagi.

" dava tolong. Bersihkan meja di ujung sana juga ya" ucap anya kepada dava yang sedang kosong

" maaf saya terlambat" dari pintu masuk terlihat egar yang terlihat ngos-ngosan

" egar cepat kamu ganti baju. Kamu terlambat 1 jam. Kita kekurangan tenaga" ucap anya yang tengah sibuk melayani pelanggan nya

Beberapa saat kemudian cafe mulai terasang lenggang. Tidak seramai sebelumnya. Akhirnya mereka dapat bernafas dengan lega

" gila kaki gue mau copot rasanya" keluh egar

" gue apa lagi" ucap dava yang tengah duduk tak bernyawa di kursi

" apaan lo balik cuti udah ngeluh. Gue udah kayak mau mati gantiin lo kerja sampek lembur-lembur " balas egar

" kamu kan lembur saya gaji" timpal anya

" kerjanya banting jiwa kak" keluh egar lagi.

" dan. Lo mau gue buatin minum?" alina memperhatikan daniel yang juga terduduk lemas di kursi pelanggan. Dia terlihat sangat letih

" boleh al. Tulang gue rasanya lepas dari tempatnya semua deh " ucap daniel lemah

" biar gue yang buatin al" ucap egar

" daniel maaf ya tante ngerepotin kamu yang baru aja sampai tadi "

" gak apa-apa tante daniel memang berniat mau bantuin kok tadi "

" terimakasih ya nak. Kamu baik sekali"

" sama-sama tante "

" bunda. Apa gak sebaiknya bunda memikirkan untuk coba merekrut 1 kariawan lagi?" tanya alina

" bunda sudah memikirkannya al. Bunda juga ingin menambah 1 kariawan lagi untuk di bar counter " ucap annya lagi

~

" tante, daniel pamit pulang ya." Daniel menghampiri annya untuk berpamitan

" alina juga ya bun" ucap alina menyusul

" terimaksih untuk kerja keras kalian. Al kamu hati-hati di jalan ya. Daniel kamu sini bentar ikut tante"

" saya?, ada apa tante"

" sudah kemari sebentar ada yang ingin tante sampaikan"

" gue duluan ya dan. Tante alina pulang dulu ya"

" kamu hati-hati al"

Alina meninggalkan daniel di sana. Berjalan menuju teras depan cafenya. Alina berdiri sebentar di sana. Seolah menunggu seseorang datang.

" hei" damara menepuk punggung alina dari belakang

" lo nunggu siapa?" tanya daniel

" oh?? Gue.... gue nungguin lo" ucap alina asal terkejut denan eberadaan daniel di sana

' bodoh ngapain juga gue nungguin dia' pikir alina dalam hati

" gue anter pulang ya" tawar daniel

" oke deh. Bayaran karena udah bantuin gue tadi. Lo boleh nganterin gue" ucap alina bercanda gurau

" yes dapet kesempatan nganterin cewe cantik pulang" balas daniel sumringah. Yang hanya di tanggapi tawa kecil oleh alina

💗

" re... Lo jangan sampai ketahuan damara"

" damara gak selevel sama gue tentang itu mei"

" lagian cewe gila mana yang berani nampar adik gue. Karena dia sudah berani. Dia harus tau rasanya di terror"

~

avataravatar
Next chapter