4 Kabur..

Satu bulan setelah pertangkaran terakhir alina dan effrant dan begitu pula lamanya alina tinggal bersama calon istri ayahnya itu. Alina yang  anak tak kasat mata hanya bisa berpura-pura tak ada di rumah itu seperti permintaan ayahnya. walaupun ia kesal, walaupun ia marah di perlakukan seperti pembantu, di anggap tiada oleh ayahnya. Namun alina tetap memilih untuk tetap tinggal, itu adalah pilihannya, hingga kini tiba pada hari peresmian wanita bernama emmy sebagi istri dari pengusaha besar effrant surya darmawan.

" saya harap kamu tidak membuat keributan, bertindaklah selayaknya anak seorang pengusaha besar, bukan anak seorang jalang" effrant yang mengunjungi ruang pengantin untuk melihat calon istrinya itu bahkan tak melewatkan satu kesempatan pun untuk menghina alina, setelah mengatakan itu effrant berlalu begitu saja menghampiri emmy, dengan senyum yang sangat lebar dan tanpa rasa bersalah. Upacara pernikahan berlangsung dengan lancar. Sampai pada adegan ketika alina melihat ayahnya menggandeng wanita asing dan mengucapkan janji suci di altar suci, alina hanya bisa menahan air matanya di saat kedua matanya mulai memanas melihat effrant mencium kening wanita itu.

Dan kini alina tengah berperan sebagai putri yang bahagia, bersama keluarga barunya, ia memasang senyum manisnya menyambut para tamu yang datang dan mengucapkan selamat. Ia benar-benar muak harus berakting sebagai putri yang bahagia akan pernikahan ayahnya. Seluruh tamu yang datang untuk mengucapkan selamat selalu memuji alina dan bertanya mengenai pendidikannya, kesempatan itu pun tak di sia-siakan effrant untuk menyombongkan dirinya di depan rekan lainnya.

" owh!! Nak? Apakah kamu tidak apa-apa?, wajah mu terlihat muram" hanya dengan satu kalimat itu effrant yang sebelumnya tersenyum ramah langsung menatap alina dengan tajam

" ahh,, alina memang sedikit tidak enak badan sejak tadi pagi, namun ia memaksakan dirinya. Agar tidak membuat ayahnya malu, dia sunggguh anak yang baik " bela emmy memerankan peran ibu tiri yang baik hati, emmy menopang tubuh alina, seolah ia khawatir dengan keadaan alina.

" benarkah??, maaf saya tidak mengetahuinya, lebih baik kamu istirahat nak" tutur wanita tua itu lagi, ia merupakan istri dari rekan kerja effrant

" beruntungnya kamu kini memiliki seorang ibu yang dapat merawat mu dengan tulus seperti itu" sanjung darrel yang merupakan suami dari wanita tua itu.

" ah,, tentu saya sangat bersyukur" tutur alina memaksakan senyumnya.

" sebaiknya kamu membiarkan anakmu untuk beristirahat frant " saran pria tadi pada ayah alina

" ahh tentu saja, ia sudah sangat berkerja keras hari ini, emmy sebaiknya kamu antar dia" perintah effrant.

" terimakasih atas pengertian ayah. Kalau begitu saya permisi undur diri tuan darrel dan nyonya darrel" tutur alina lembut, sebelum pergi di tuntun emmy meninggalkan ball room.

" apakah kamu kehilangan akal?, untung situasinya dapat terkendali! Jika tidak siapa yang akan malu akibat kecerobohan mu itu?" bentak emmy pada alina ketika telah sampai di ruang make up pengantin.

" maafkan saya, saya hannya lelah" ucap alina menundukkan kepalanya

" benarkah karena lelah, atau kamu tidak menyukai saya yang akan menggantikan posisi ibumu yang jalang itu?" cibir emmy, merendahkan alina.

" saya memang salah, tapi jangan hina ibu saya" geram alina mengepalkan tangannya.

" itu bukan hak mu untuk mengatur saya, duduk diam di sini dengan tenang jangan membuat keributan" peringat emmy keluar dari ruangan itu dengan membanting pintu.

' menyebalkan!' pikir alina menatap pintu yang di lalui emmy dengan penuh amarah. Alina menutup matanya erat untuk meredakan amarah itu tanpa terkendali memori menyesakkan yang telah berlalu kini memenuhi kepala alina, tangannya bergetar ingin sekali ia merusak semua perabotan yang ada di ruangan itu. Namun alina tak dapat bertindak gegabah untuk itu.

Dengan gelisah alina membuka jendela cukup kasar, hilir angin yang menerpa tubuhnya membuat alina sedikit lebih tenang, tangannya yang sebelumnya mengepal erat kini telah terbuka, air mata alina menetes, sebagai ganti amarahnya airmata alina menetes karena menahan amarah terhadap wanita yang telah menghina ibunya.

" hah!!!,, betapa menyenangkannya jika dapat keluar dari sini" gumam alina melihat, jalan raya yang ramai dan beberapa orang yang berjalan saling melewati di trotoar

" tunggu!, bukankah jika aku pergi sekarang, tidak akan ada yang tau? Aku hanya perlu meninggalkan pesan bahwa aku pulang lebih dulu" gumam alina sambil tersenyum, ia pun bergegas keluar dari ruangan itu mencari pulpen dan kertas, kemudian meninggalkan pesan di meja rias.

~

Dan kini alina telah berada di jalanan dengan mengenakan gaun sederhananya itu. Ia berjalan menelusuri trotoar di malam hari dan sendirian

" huh,,, dingin" gumam alina sembari mengusap-usap lengannya yang terekspos.

TIN,,,TINN,,,

Terdengar suara klakson motor mendekat di belakang alina, menyadari itu alina reflek berjalan cepat, ia bergidik ngeri ketika suara pelan motor mengikutinya di belakang tubuhnya. Alina tak berani menoleh dan hanya bisa terus berjalan cepat, namun suara motor tadi kini berganti dengan suara langkah kaki yang kian mendekat menyelaraskan langkahnya dengan alina. Alina yang merasakan ancaman di belakangnya mulai berlari, untuk menghindari sosok yang mengikutinya Dengan tergesa-gesa tanpa sempat menoleh kebelakang.

"aaaaa!!!!" teriak alina saat tangannya

di cengkram oleh seseorang yang tak ia kenal.

" eh!!,, lo ngapain malem-malem gini kliaran di jalan?" pria  yang tadi mencengkram tangan alina mulai membuka suaranya, alina yang menundukkan kepalanya dengan menutup matanya erat itu pun mulai perlahan membuka mata dan menatap pria tadi.

" damara??" gumam alina terdiam di tempatanya, dan sesaat kemudian ia mulai tertawa mengingat tingkah bodohnya tadi.

" eh?,, lo kenapa ketawa?" heran damara melihat alina yang tertawa setelah menyebutkan namanya

" bisa lo lepasin dulu ?" tanya alina mengangkat sebelah tangannya yang masih di genggam oleh damara

" ohh,, sorry " sontak damara melepaskan genggamannya. Alina yang melihat itu tersenyum tipis megelus pergelangannya tadi, kemudian menunjukkannya pada damara

" kalau kita bertemu lagi, boleh gue minta pertanggung jawaban? " tanya alina menatap damara dengan alis mata yang terangkat. Dan menggoyang-goyangkan tangannya sehingga damara yang merasa kebingungan itupun menatap kearah pergelangan tangan alina.

" kok tangan lo merah?" tanya damara yang mulai menyadari magsud dari perkataan alina sebelumnya

" kenapa tanya ke gue? " jawab alina menatap damara dengan wajah datarnya.

" ya,, sorry, eh! Lo ngapain jam segini kliaran di jalan?, kaga takut di culik lo?" tutur damara mengubah topik pembicaraan

" lagi kabur" jawab alina singkat membalikan badannya dan mulai melangkah kedepan

" kabur ?" tanya damara mengikuti alina di belakangnya

" iya,, lo mau tau kenapa?" tanya alina lagi

" eh ! enggak, gue gak peduli sama lo, mau lo kabur kek,ilang kek, di culik orang kek, itu bukan urusan gue" celetuk damara terdengar dingin

" terus nagapain lo ngikutin gue?" alina menghentikan langkah kakinya dan memutar tubuhnya menghadap damara, damara yang tadinya mengikuti alina tepat di belakang alina terkejut dan hampir menabrak tubuh alina yang tiba-tiba berhenti di depannya

" it,,,itu karena....."

Drrt drrrt drttt ddrtrrrt

Kalimat damar terpotong oleh suara panggilan masuk di ponselnya, damara yang tadinya kebingungan menjawab pertanyaan alina itu mengalihkan perhatinnya pada panggilan masuk terebut

" kenapa lex,,?" tutur damara menempelkan benda kotak persegi itu di telinganya

" apa??, brent di tahan? Kirim lokasi gue ke sana sekarang" damara segera mengakhiri panggilannya dan segera meninggalkan alina begitu saja

" lo ikut gue! " seru damara meraih pergelangan tangan alina dan menyeretnya menuju motor milik damara. Yang terparkir tak jauh darinya

" eh! Lo mau kemana?" panggil alina brrusaha menyelaraskan langkah kakinya dengan damara

" gue ada urusan. Dan gue gak bisa ninggalin lo sendirian di jalanan" tutur damara melepaskan tangannya dan memberikan helem kepada alina

" trus ngapain lo nyeret gue juga " tutur alina dengan bola mata tajam tak suka dengan prilaku damara

" kenapa? Lo takut?" tutur damara menyeringai

" bukan, gue lebih penasaran kenapa lo peduli sama gue" tanya alina lagi, menatap damara heran.

" aahhhh,, lama naik lo!" perintah damara yang terganggu dengan kalimat alina tadi, alina yang mendengar itu pun tersenyum kemenngan dan menaiki motor damara. Ia sedikit banyak dapat menerka pikiran damara.

~

Di sisi lain seluruh anggota genk rascal telah tiba di tempat yang di janjikan.

Darian turun memimpin anggotanya untuk menghindari pertikaian yang tak perlu,

" dimana brent?" tutur darian tegas ketika mendekat ke arah kumpulan genk lucifer.

" ohh,, wow sabar bro, kita di sini gak mau ribut" ucap salah satu anggota genk lucier yang bernama damian

" brengsek stop basa-basi cepet bilang, apa yang lo mau?" bentak alga yang berada di samping darian

" gue mau nantang damara tanding satu lawan satu barter partner sistem " tantang deon, yang tadinya berada di belakang anggotanya kini telah menunjukkan taring miliknya.

" gue yang akan jadi lawan lo, sekarang juga kita tanding" ketus darian, menatap deon, kemudian beralih menatap meigna yang kini tengah berada di pelukan deon. Meigna yang di tatap tak bersahabat oleh darian pun merasa takut dan menundukkan pandangannya.

" gue gak terima penawaran, yang akan jadi lawan gue kali ini adalah damara" sinis deon tak terbantahkan.

" tapi der,, kita kan gak ada anggota cewek?, mau cari dimana patner balapan?" bisik alex gelisah

Tak lama dari itu suara motor damara terdengar semakin keras membuat 2 kubu yang tengah berseturu itu memusatkan perhatian mereka pada damara yang baru saja datang.

Damara menghentikan motornya tepat di antara kedua kubu, turun dari motornya dan berjalan mendekat kearah deon

" gue terima tantangan lo" sinis damara di depan mata deon.

~

" heh,,, bocah lo ngapain disini?" tanya alex yang menyadari keberadaan alina bersamaan dengan kedatangan damara. Sontak ia pun menatik alina agar menjauh dari pandangan genk lucifer.

" ketemu di jalan tadi " tutur alina berbisik pada alex

" kayaknya udah jadi kebiasaan lo ya, sembarangan ikut orang yang baru lo kenal" cibir darian menatap alina sinis. Menyadari penolakan dari darian alina merasa bersalah, dan takut untuk menatap darian saat itu, terakhir kali alina berhasil mendapatkan simpati dari darian dan kini ia rasa simpatinya itu tak berfungsi dengan benar.

" lo gila ya ra?, gimana lo bisa nerima tantangan itu, lo tau sendiri kita gak punya anggota cewek yang bisa jadi patner lo" alga sibuk megejar langkah damara yang berjalan tergesa-gesa ke arah alina, tak memperdulikan omelan alga, damara berjalan cepat dengan tatapan dingin menghampiri alina ynag tengah terintimidasi oleh darian

" lo harus jadi patner gue" tutur damara pada alina dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi

" dia gak ada hubungannya sama kita damara, lo gak bisa seenaknya merintah dia kayak gitu" bantah darian

" kita gak ada pilihan lain kak, lo tau sikap deon. Dia gak akan dapat dinkendalikan oleh sebuah penawaran, kelemahan kita di tangan dia dan dia gak akan nyia-nyiain itu untuk keuntungan dirinya sendiri" tutur damara berargumen menatap darian marah

" apa tujuan lo?, lo pikir kalau lo nolak tantangan deon berarti lo kalah? " tutur darian menatap damara intents

" lo lupa brent ada di tangan mereka ?" sinis damara

" lo bisa aja negosiasi masalah barter patner ra, lo yakin ngelakuin ini semua demi brent? Lo yakin bukan karena hal lain ?" seakan sebuah panah yang menusuk tpat di dadanya damara tak dapat membalas perkataan darian, damara membeku di tempatnya tanpa membantah

" gak ada peraturan patner kita harus cewe, tapi karena deon pasti akan menggunkan meigna, setelah melihat kehadiran alina, deon gak akan membuang kesempatan sebagus itu " tutur ferdi di tengah pertengkaran mereka

" sebab itu dia harus bertanggung jawab, karena telah melibatkan melibatkan diri " sinis damara lagi pada alina. Alina yang tak mengerti situasi saat ini hanya bisa kebingungan. Itu memang salahnya masuk sendiri ke lingkaran mereka namun kali ini bukan salahnya karena muncul d saat yang tidak tepat.

" lo lupa siapa yang bawa gue kesini?" sinis alina menjawab, lontaran kalimat yang menyakitkan oleh damara.

" lo bisa aja menolak, tapi lo dengan senang hati mau ikut" kecam damara lagi

" gue disini karena gue percaya sama lo, tapi sekarang gue tau orang-orang seperti apa yang ada di sekeliling gue. Kalian  memanfaatkan seseorang seenak kalian! " sinis alina menatap seluruh mata yang ada di sana dengan pandangan kecewa

" jaga mulut lo ya! " bentak ferdi tak terima dengan apa yang alina ucapkan

" apa?? Gue salah?" tantang alina menatap ferdi sinis

" lo salah paham,," tutur kriss yang juga ada di sana

" salah paham?, yah,, gue salah paham  karena pernah menganggap kalian baik" tutur alina tersenyum miring

" apaan sih lo dateng-dateng merusak suasana banget" kesal mano, tersinggung dengan kalimat alina

" sorry kalau kehadiran gue merusak suasana, tapi gue gak sepengecut itu untuk kabur dari maslah yang gue ciptain. Anggap ini permintaan maaf gue karena tak sengaja mengusik kalian " sudah cukup alina melihat pertengkaran itu, alina tau ia salah karena hadir di sana, ia tau posisinya tidak tepat, dari awal ini adalah konsekuensinya sejak ia meminta damara membawanya saat itu. Maka dari itu dia akan, bertanggung jawab dan ini akan menjadi yang terakhir. Setelah menyuarakan pendapatnya. Alina segera meninggalkan tempat itu dan pergi menuju tempat perlombaan, di mana genk lawan telah bersiap di sana

" gue harap lo gak menyesal sama keputusan lo" tutur damara melewati, alina ketika menysulnya menuju tempat perlombaan. Alina yang mendengar itu hanya bisa menahan amarahnya tangannya mengepal, kuat dengan wajah yang sudah merah padam.

💗

" apa kita pernah bertemu?"

" sebenarnya aku, ragu untuk mengatakannya. Namun aku ingin mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkan ku di perlombaan itu "

" apa???, jadi kamu gadis itu?, meigna? Namamu kan?"

" kamu masih mengingatnya?,, terimakasih"

" bukan masalah, aku hanya teringat seseorang ketika melihat mu"

" damara?, boleh aku memanggil namamu?"

" tentu!"

' aku melakukannya karna ini sebuah tugas, namun jika kamu sebaik ini aku mungkin dalam masalah' - meigna

' dia benar-benar seperti terlahir kembali ' - damara

~

avataravatar
Next chapter