14 Jealous

Tak terasa banyak hal yang berubah belakangan ini. Banyak hal yang terjadi belakangn ini. Dunia alina mulai bergeser. Entah kenapa ia merasa teragedi yang menimpanya selama ini menguap. Entah kenapa ia bisa mulai menikmati hidupnya. Seperti memiliki teman. Seperti makan siang bersama teman. Berkumpul di kanting dengan teman. Alina tak tau hal yang sederhana itu terbilang cukup menyenangkan untuknya.

Ia tau harinya tak di penuhi dengan tawa. Bahkan kian hari berganti tatapan benci iri dan tak suka datang pada alina. Hubungan baru terbentuk membawa bayangan. Jika ada yang menyukaimu pasti ada yang membencimu. Jika ada yang mendekat pasti ada yang berusaha memisahkan. Siklus manusia tak jauh-jauh dari rasa benci dengki dan iri hati.

Banyak siswa dan siswi yang menganggap alina wanita caper atau gampangan hanya karena ia dekat denan genk rascal. Begitu pun lili yang turut menerima dampaknya. Kecaman dari fara dan teman-temannya tak henti-henti mendatangi lili. Dan alina berperan sebagi pelindungnya. Mungkin sedikit berlebihan. Namun alina adalah sandaran lili. Ia adalah tujuan kaburnya lili dari masalah-masalah itu

" lo gak apa-apa?" lili tak terlihat sejak jam pelajaran pertama. Dan kini alina menemukannya terkunci di toilet degan baju yang basah.

" al!!" Lirih lili ketika alina membuka pintu toilet itu

" gue anter ke uks?, atau lo mau langsung pulang?" tanya alina menghampiri lili kemudian membantu gadis itu untuk bangkit.

" ke uks aja" tutur lili lemah

Alina menemani lili di uks, tubuhnya menggigil kedinginan dan wajahnya terlihat pucat. Di tambah bekas kemerahan di pipi kiri lili

" ada maslah apa lagi?, bukannya lo udah bukan bagian dari mereka lalu kenapa?" tanya alina di tempatnya mengawasi lili yang tengah terbaring di ranjang uks

" karena kak reygan. Fara suka sama kak reygan. Tapi dia gak pernah bisa deket sama dia. Fara minta gue bantuin dia, tapi gue gak mau " jelas lili

" gue gak bisa bantu lo lebih dari ini. Gue gak mau ikut campur. Tapi lo boleh bersembunyi di balik badan gue" balas alina mendengar penjelasan lili

" gue tau, gue juga gak mau lo terlibat lebih jauh " lili tersenyum mengerti keadaan alina.

" lo kenapa gak lawan aja?" terdengar suara lelaki di samping ranjang lili yang sepertinya ia mendengar percakapan mereka sebelumnya

" dia sendiri mereka berame. Lo kira gimana mau ngelawan?, lagian lo siapa?" ketus alina menyahuti orang itu

" sorry ikut campur, abis gue denger nama kakak gue di sebut-sebut" daniel menyingkap tirai penghalang di antara mereka, menampakkan daniel yang juga tengah berbaring di ranjang uks

" daniel?, lo lagi sakit juga?" tanya alina

" lo kenapa ?, sakit?, dimana? " tutur lili khawatir pada daniel

" gue gak sakit. Gue Cuma lagi bolos aja" balas daniel sambil tersenyum

" jadi, lo di gangguin sama fara cewe kelas 2 a yang kecentilan itu, gara-gara lo sering kumpul sama kita?" tanya daniel

" iya garis besarnya seperti itu. Tapi itu bukan salah kalian. Please jangan usir gue" lili menyatukan tangannya di dekatkan di depan wajahnya ketika memohon pada daniel untuk tidak menjauhi lili

" pffftt,, lo apaan sih, ya enggak lah masa gara-gara gitu doang kita ngejauhin lo. Lagian lo temennya alina yang berarti lo temen kita juga" daniel mengambil duduk di sisi ranjang menghadap lili dan alina.

" kalo dia berani ngusir lo. Berarti mereka ngusir gue juga" timpal alina datar

" ya makanya enggak akan " balas daniel menatap dalam mata alina. Sedangkan yang di tatap hanya terdiam tanpa mengubah ekspresinya. Lili yang melihat itu membuat senyumnya menguap. Hatinya mulai gelisah.

" lagian, yang namanya fara itu. Ngeganggu banget, kak reygan ampek pusing sendiri tuh" canda daniel

" eh,, tunggu! Lo sama reygan kakak adik?" tanya lili terkejut

" emank disini gak ada yang percaya karena kita gak mirib sama sekali. Tapi nyatanya kita saudara" jelas daniel

" oh,, gue baru tau " gumam lili

" its oke sekarang lo tau, nah selama lo ada di antara kita lo gak perlu khawatir. lo aman" daniel menepuk-nepuk kepala lili seperti adiknya sendiri

" singkirin tangan lo. Lo kira dia anak anjing" ketus alina

" abis lucu. Kayak anak anjing beneran" canda daniel semakin menepuk-nepuk kepala lili

" gue bilang singkirin" ketus alina meninggikan suaranya

" gue suka!, rasanya kayak di sayang" tutur lili kecil mengintrupsi kalimat alina

" singkirin tangan lo!" alina menarik tangan daniel untuk menjauh. Kemudian meletakkan tangannya di sana menggantikan tangan daniel

" kalo lo suka, bilang aja sama gue, kalo lo lagi sedih" tutur alina lembut pada lili

" thank u" ucap lili sedikit canggung. Yah,, magsud dari perkataannya sebelumnya itu memiliki arti berbeda dari yang di artikan alina dan daniel. Itu hannya lili yang tau.

~

Akhirnya alina membolos jam pelajaran karena. Menemani lili di uks. Kini jam makan siang telah tiba. Namun alina masih setia di sana menunggu lili yang tengah tertidur sedangkan daniel telah pergi untuk mengisi perutnya.

" yo!, al! " suara mano membuat alina menatap mata itu sinis. Mendapat tatapan membunuh itu dari alina mano pun menutup mulutnya.

" HELLO,, MY...mmmphh" ferdi yang hendak menyapa alina dengan suara nada tinggi itu gagal oleh bekapan tangan mano

" anjir tangan lo bau!" kesal ferdi melepaskan tangan mano dari mulutnya.

" ssstttss, lo gak liat tuh tatapannya alina kayak udah mau nerkam kita semua" bisik mano pada ferdi

" mau dong gue di terkam sama si alin" canda ferdi menganggap peringatan mano hannya angin lalu

" bacot lo jangan ngaco!" bela reygan. Memukul kepala ferdi agak keras

" aw!!, sakit anjing" kesal ferdi pada reygan

" lo semua kalo mau ribut mending di luar aja deh" ketus alina menatap segerombolan pria yang memenuhi pintu uks

" tuh denger!, keluar lo semua!" ejek damara membelah jalan untuknya dan mendekat ke arah alina

" lo juga kalo mau ribut mending di luar aja. Lo gak liat temen gue lagi tidur?" tanpa pengecualian, damara pun ikut terkena amarah alina

" kita gak akan ribut kok, oh ya nih gue bawa roti buat lo. Gue denger lo dari pagi di sini dan belum makan" aldo menyerahkan kantong belanjaan yang ia bawa kepada alina

" nih!, gue juga bawa minum buat lo" ucap damara menyerahkan minum yang ada di tangannya

" nih gue ada hoodie buat temen lo. Biar gak kedinginan" ucap kriss menyerahkan hoodie miliknya

" eitsss apa-apaan nih?" goda ferdi

" temen lo gak apa-apa?, katany gara-gara gue dia jadi di bully" tanya reygan.

" hmmm... al??" suara serak khas bangun tidur terdengar dari mulut lili. Perlahan matanya mulai terbuka. Menyapa cahaya lampu uks.

" anjir suaranya bikin. Sesat" gumam ferdi. Yang langsung di hadiahi injakan kaki oleh kriss. Dengan nilai plus tatapan tajam dari semua teman-temnnya yang ada di sana terutama alina. Yang sudah menatap ferdi seperti akan membunuhnya.

" Hii.... Serem" ferdi bergidik.  Setelah menyadari tatapan dari alina.

" loh??, kok rame?" tanya lili melihat di sekelilingnya di penuhi oleh genk rascal, aldo dan anton.

" lo gak apa-apa?" tanya anton

" mereka kesini mau jengukin lo" jawab alina

" sini. lo gue bantu buat duduk. Mereka bawa makanan, lo makan dulu ya" tutur alina membantu lili

" sorry gara-gara gue lo jadi kena masalah" tutur reygan

" its oke kak. Lagian bukan salah lo juga" bela lili

" al, lo juga makan " tutur damara ketika alina membukakan bungkus roti untuk lili

" gue bisa nanti. Kak kriss tolong ambilin obat penurun panas dong " pinta alina

" makasi buat kalian semua yang udah jengukin gue, padahal gak usah repot-repot juga" ucap lili tersenyum tulus pada semua orang yang ada di sana.

" lo kan temennya alina. Dan kita juga udah sering kumpul di kantin jadi wajar lah jengukin temen" timpal mano

' jadi ini cuma karena gue temennya alina? ' pikir lili sedikit sendu.

BRAKKK

Suasana yang tadinya begitu hangat dan harmonis berubah menjadi mencekam ketika seluruh mata di sana menatap mata milik meigna yang baru saja memasuki uks. Meigna berdiri di tempatnya. Sebelum berlari ke arah damara

" damara!, kamu gak apa-apa kan? " nadanya begitu khawatir sembari menangkup wajah damara dan memeriksanya. Ia meletakkan telapak tangannya di dahi dan pipi damara untuk memeriksa suhunya

" kamu ngapain di sini?" tanya damara meraih tangan meigna untuk menghentikan sentuhnnya

" daniel bilang kamu lagi di uks, jadi aku buru-buru kesini aku kira kamu sakit" jawab meigna polos.

" bukan dia yang sakit. Temen gue yang sakit" ketus alina

" oh,,, syukur deh kalau kamu gak apa-apa" meigna meilirik sekilas ke arah alina kemudian kembali memfokuskan dirinya pada damara

" kita bicara di luar ya" damara meraih tangan meigna menariknya keluar uks. Di pintu masuk damara berpapasan dengan daniel yang baru saja memasuki ruangan itu. Matanya menatap mata daniel sinis.

" kenapa?" tanya daniel kebingungan karena teman-temannya yang menatap daniel seperti ialah pelaku dari kekacauan itu

" lo ngapain ngadu ke meigna kalo damara lagi di uks sih?" ketus kriss

" dia nanya. gue Cuma jawab doang" balas daniel santai. Matanya beralih pada alina. Hembusan nafas kecil terlepas dari hidung daniel. Wajah alina mungkin tak berkata apa-apa tapi jelas di mata daniel lirikan mata alina menuju pintu keluar yang di lalui damara sebelumnya.

" al,, gue bawa bekal lo. Tadi gue ke kelas lo buat ambil ini. Lo makan dulu gih" daniel menepuk pundak alina hingga membangunkan alina dari lamunannya

" oh!!, thank u" ucap reflek alina terkejut dengan tepukan di bahunya. Alina mengambil alih kantong yang ada di tangan daniel. Melirik daniel sekilas sambil tersenyum. Sedangkan daniel tak melepaskan tatapan khawatir nya pada alina.

Roti yang tersisa di tangan lii kini tak berbentuk. Entah kenapa ketika tatapan daniel hanya tertuju pada alina, itu membuat hati lili terasa panas. Di sisi lain ada mata lain yang terlihat sendu melihat tatapan cemburu di mata lili. Dan ada juga mata yang berbinar melihat kesempatan yang tengah menunjukkan diri di depan matanya.

" kamu kenapa ra?" meigna mengintrupsi langkah kaki damara yang telah membawanya jauh dari uks

" justru aku tanya itu ke kamu. Kamu kenapa?" ucap damara

" kenapa?, aku Cuma khawatir sama kamu!, itu wajar kita teman dekat, apakah salah ketika aku mengkhawatir kan kamu?" protes meigna membantah pertanyaan damara. Damar terdiam, ia tak memiliki jawabannya

" seharusnya aku yang tanya ke kamu. Kenapa kamu membawa aku keluar dari sana? "tanya meigna lagi

" itu,,, itu karena di sana ada anggota genk lainnya"

" Bukankah biasanya, kamu tidak masalah jika aku berada di sekitar teman-temanmu?" balas meigna. Kecewa dengan jawaban damara.

" aku pikir kamu tidak nyaman karena alina juga ada di sana" tutur damara sendu. Sedangkan meigna terdiam sejenak menatap mata damara yang terus saja melarikan diri dari manik mata meigna.

" makasi udah mikirin aku" tutur meigna lemah. Ingatannya kembali membawa meigna ke kejadian ketika damara menolak sentuhannya. Dan tak henti melirik ke arah alina. Seakan ia tak ingin wanita itu salah paham. Meigna tak tau mana yang harus ia percaya. Ucapan damara atau apa yang ia lihat.

' tidak, damara tidak mungkin berbohong' pikir meigna gelisah.

~

" gak apa-apa ini bukan salah lo. Lo Cuma mengulurkan tangan lo saat dia di jauhi" daniel mengulurkan tangannya membawa kepala alina untuk bersandar di bahunya. Kini mereka tengah bersandar di tembok di luar uks.

" kalau gue gak ajak dia kumpul sama kalian dia gak bakalan makin di jahili" tutur alina sendu

" lo bisa lindungin dia. Lo gak bisa ngelawan mereka. Tapi lo bisa ngulurin tangan lo. Bayangin kalo lo gak ada, gimana nasib lili?, mungkin di abakalan kekunci sampek pulang sekolah?" tutur daniel memberikan kenyakinan untuk alina

" boleh gue pinjem bahu lo lebih lama?, gue bingung " gumam alina

" kapan aja lo boleh dateng buat minjem bahu gue" balas daniel.

Di sisi lain damara yang ingin kembali ke uks untuk menemui alina mengurungkan niatnya. Ketika melihat 2 orang yang tengah saling bersandar. Di depan uks dengan mesranya.

💗

" bagaimana keadaannya?"

" anak ini selamat dari bahaya. Namun kini keadaannya sedang kritis" balas dokter yang bertanggung jawab

" kamu sungguh menyusahkan" gumam alvaro menatap tubuh lemah yang di lengkapi peralatan medis itu terbaring di atas ranjang rumah sakit.

" jika anak itu tau keadaanya sekarang. Apa yang akan ia lakukan?"

Alvaro mengambil ponselnya dan mendekatkannya ke telinga kanannya setelah menetak nomor yang akan ia hubungi

" siapkan segala dokumen yang di perlukan. Dan hubungi wanita itu " ucap alvaro singkat kemudian menutup telfonnya begitu saja.

Kakinya keluar dari ruangan sebelumnya. Dan mulai memasuki ruangan selanjutnya.

" anak lemah" gumam alvaro ketika melihat tubuh anaknya yang tertidur karena syok.

~

avataravatar
Next chapter