8 Harapan

" tapi...."

" damara... gue gak suka di paksa menjadi orang lain. Dan gue gak mau maksa orang lain buat baik sama gue, karena gue gak pernah memikirkan orang lain jadi gue membebaskan mereka untuk datang atau pergi, ini cara gue buat menghormati mereka" alina memotong kalimat damara. Ia harus memberikan penjelasannya dulu agar damara lebih mengerti.

" kenapa?, lo berhak punya temen, kenapa lo nyakiti diri lo sendiri?, kenapa lo biarin mereka datang dan pergi sesukanya?" balas alina tak menyetujui pandangan alina.

" karena gue gak pernah membutuhkan mereka di hidup gue" tutur alina sendu

" termasuk gue juga ? " tanya damara

" iya"

" walaupun lo gak, membutuhkan teman. gue tetap mau disini, gue mau nemenin lo" kekeh damara

" terserah" ucap alina menyerah dengan kekeras kepalaan damara.

" al,,, lo udah makan?"

" belum"

" makan yuk, lo bawa bekal kan?"

~

Sesuai janji yang damara berikan, ia selalu ada untuk alina, entah di sebut apa hubungan mereka namun. Damara benar-benar menemani alina di saat jam istirahat. Yah hannya untuk jam istirahat. Dan mereka hanya bertemu di atap sekolah saja.

" lo sebenarnya cuma mau ngincer makanan geratis kan dari gue?" cibir alina menatap damara yang tengah lahap memakan bekal miliknya Dengan rakus

" lo gak di kasi makan berapa hari sih?" tegur alina lagi, karena damara mengabaikan pertanyaan sebelumnya.

" gue gak pernah makan masakan. Rumahan" tutur damara menghentikan gerakannya

" terus lo makan apa?" tanya alina lagi dengan wajah jengkel

" gue tinggal sendiri di apartemen, kak darian. Sejak tahun lalu, jadi kalo gak beli gue cuma makan makanan instant " tutur damara, melanjutkan aksi makannya

" kenapa kalian gak tinggal bareng di situ kan kak der bisa sekalian ngurusin lo " cibir alina

" katanya sih, kasian kalo apartementnya satu lagi di kosongin" balas damara

" kak der orang kaya?" tanya alina kagum

" itu hasil dia dari balap liar sama boxing illegal, hidup mereka keras" lanjut damara

" enak dong, Cuma balap liar doang sama boxing terus bisa punya 2 apartmen" tutur alina gamblang

" itu gak mudah. Nyawa lo di pertaruhkan di setiap pertandingan, dunia itu di penuhi manusia licik dan tanpa aturan. Bahkan jika salah satu meninggalpun bukan masalah, kecuali lo siap masuk penjara lo bisa laporin kecurangan itu ke polisi" penjelasan damara membuat alina tercengang

" kenapa?"

" karena lo, ikut serta di dalamnya. Makanya di dunia itu gak ada yang namanya keadilan. Di sana yang kuat memangsa yang lemah, di sana kapan aja lo bisa celaka, di sana permusuhan akan selalu ada dan kekerasan adalah jalannya " tutur damara serius

" gue baru tau " gumam alina lemah. baru saja alina menyadari tindakannya saat itu benar-benar berbahya. Ia termasuk beruntung karena bertemu dengan damara juga darian.

" makanya lo jangan gampang percaya sama orang, apalagi minta ikut sama orang yang baru lo kenal" sindir damara. Aliran darah alina seperti berhenti disana ketika mendengar sindiran itu. Ia melirik ke arah damara yang tengah menatapnya serius.

" iya gue tau,, gue salah" tutur alina memasang wajah santai yang kaku di depan damara

Perhatian alina dan damara tertuju pada pintu masuk atap yang menampakkan sekelompok pria yang memasuki area atap.

" owh!!!, ternyata lo beberapa hari ini kaga ke kanti, lo di kasi makan di sini toh" seru ferdi saat melihat damara yang tengah memegang kotak bekal alina.

" gue kira kenapa lo selalu ogah kalo ke kanti, ternyata lo malak makanan di sini" tambah mano yang ikut-ikutan mencibir damara

" eh,, lo??, lo bukannya cewek kurang ajar yang waktu itu ya?" seru reygan menyadari keberadaan alina di sana. Mendengar itu jantung alina berdetang kencang seketika. takut ia akan di jadikan objek bully oleh anggota genk rascal. Ia tak tau ternyata, mereka berada di satu sekolah yang sama dengan dirinya. Ia kira hanya kebetulan ia bertemu dengan damara di sekolahnya. Ternyata sekolahnya adalah sarang dari genk itu.

" eh,, dia kan cewek aneh waktu itu" seru anton menanggapin seruan reygan

" enak ya lo dapet makanan geratis " seru kriss

"apa-apaan sih lo pada, dateng-dateng bikin ribut" cibir damara menanggapi kicauan jahanam teman-temannya

" lo juga fer,, lo udah baikan sama si aldo?" tanya damara pada ferdi yang paling besar mulutnya di sana

" udah noh.. lo kaga liat gue rangkul si aldo" tunjuk ferdi mengeratkan rangkulannya hingga membuat aldo tercekik, karna kesal aldo akhirnya menyiku ferdi kesal.

" sakit bego!" seru ferdi, kesakitan

" gue kecekik anjing" geram aldo membalas pekik an ferdi

" lo pada baru juga akur udah, tengkar lagi heran gue" kini giliran kriss yang angkat bicara

" diam lo pada!, nih gue mau nanya lo ngapain di sini sama cewek kurang ajar itu?" seketika suasana menjadi tegang tidak ada yang berani membuka suaranya dan seluruh mata menatap ke arah reygan takut. Sedangkan alina hanya bisa berdiam diri kebingungan di tempatnya

" slow,, kak, ini bukan salah dia. Emang lo denger yang di jelasin sama kak der? Yang lain aja pada biasa aj, masa lo doang yang belum terima " bela damara

" iya bang, dia itu gak sengaja keseret ke sana karena damara yang ngajak waktu itu, dan wajar dong dia marah waktu itu, soalnya dia gak tau apa-apa malah di jadiin bahan taruhan" seru mano menjelaskan apa yang ia ketahui, mengenai kejadian itu

" emang dia gak liat damara juga celaka waktu itu, eh malah di kata-katain" kesal reygan lagi, ia menatap alina tak bersahabat

" gue minta maaf kalau perkataan gue waktu itu, nyakitin perasaan lo" ungkap alina, pada reygan yang kini masih menatap alina seperti menatap penjahat yang akan di eksekusi mati

" tuh,, dia juga udah minta maaf, dia juga udah maafin damara sampek mau ngasi makan damara. Padahal kan yang di maanfaatin dia bang. Lo gak usah sensitif gini lah" belas kriss lagi

" lo pikir gue ternak. Di kasi makan" kesal damara dengan ucapan kriss yang tidak berbobot

" mirib lah, lo kayak kucing yang minta makan sama majikannya" seru daniel yang sedari tadi terdiam

" anjirr di bilang kucing, kebagusan kali dan " timpal ferdi

" eh lo,, udah makan? Lo kan ngasi makanan lo ke damara terus lo sendiri udah makan belum?" tanya aldo pada alina yang sedari tadi terdiam kaku

" udah, gue bawa bekalnya dua " jawab alina menatap aldo

" lo semua duduk gih, jangan berdiri" ucap alina bangkit dari duduknya di kursi panjang tadi kini ia duduk di bawah bersama yang lainnya.

" eh lo kok pindah ke bawah, duduk situ aja lebih enak kan" seru mano mengikuti perintah alina.

" biar, samaan duduknya di bawah" tutur alina tersenyum

" anjir senyumnya manis banget" bisik anton pada aldi

" gue denger ya" seru daniel

" lah terus apa urusannya sama lo?, dia pacar lo? bukan kan! " cibir anton

" rey,, lo ngapain berdiri? Duduk, gak enak liat lo berdiri terus " seru daniel lagi

" ogah, gue mau balik ke kelas aja" tolak reygan pergi meninggalkan atap

" sorry ya al, dia emang sedikit keras kepala" tutur mano kepada alina

" gak apa-apa justru gue yang harus minta maaf ke kalian karena udah bersikap kasar waktu itu" ucap alina menatap seluruh mata yang melihat kearahnya bergantian

" kita juga minta maaf al, tentang yang waktu itu" kali ini giliran kriss yang meminta maaf

" ini kenapa jadi pada minta maaf sih, di kira lebaran apa yak" celetuk ferdi di tengah suasana damai itu

" bacot lo kak" seru damara

" lo kenapa sih maunya ribut terus sama gue, herman gue" balas ferdi, lelah menanggapi sikap sinis damara padanya

" oh ya al,, lo pasti belum kenal kita semua ya, kenalin gue daniel, temen damara. Gue di tingkat 2 kelas 2c " tutur daniel memperkenalkan diri

" kalo gue mano, kita sempet ketemu kan waktu itu, gue satu kelas sama daniel di kelas 2c. Tentang yang waktu itu gue minta maaf ya" ucap mano tersenyum pada alina.

" gue kriss, gue kakak kelas lo, gue sekelas sama reygan, kita juga udah pernah ketemu " lanjut kriss

" nah kalo gue ferdi, kita udah ketemu 2 kali, yang ini kali ketiga, berarti kita jodoh. Lo mau gak nyoba jadi pacar gue ?" celetuk ferdi tanpa berfikir

" lo mau nyari masalah sama gue?" ancam damara

" lah apa urusannya sama lo?, lo kan udah punya meigna. Jangan maruk lo ra" cibir ferdi menatap damara jengkel

" sorry kak lo bukan tipe gue" balas alina dengan cepat

" anjir langsung di tolak!" seru mano tertawa keras

" padahal, bisa di pikirin dulu, ini malah langsung di tolak" timpal anton ikut tertawa

" ngemeng kaga ngotak sih " cibir aldo kali ini

" otaknya kan ketinggalan" timpal kriss, ikut serta mencibir ferdi

" sialan lo semua,, lo gak suka gue al?" tutur ferdi kepada alina

" bukan gitu, kalau untuk jadi cewe lo rasanya terlalu gegabah. lo gak bisa seenaknya ngajak orang pacaran terus nantinya kalo lo keganggu sama sifat pasangan yang lo gak suka, lo malah ninggalin dia padahal pasangan lo udah mulai suka sama lo. Dan menurut gue gak ada gunanya di pikirin dulu karena itu cuma bakalan, memberi kesan kalo gue ngasi harapa ke lo " jelas alina terus terang, walaupun kalimatnya menusuk ferdi telak.

" tuh dengerin" timpal daniel menyetujui opini alina

" mampus lo" seru damara lagi

" udah lah,  nah sekarang giliran gue, gue anton temen sekelasnya damara kelas 2b" seru anton menyudahi olok-olokan teman-temannya pada ferdi

" gue aldo, temen sekelas damara juga. Kita di kelas 2b, kalo lo di kelas 2a kan?" seru aldo menatap alina dengan senyum tipisnya

" eh??,, lo tau gue ?" jawab alina terkejut dengan ucapan aldo

" pernah liat aja " jawab aldo santai

" oh ya lo berdua anggota genk rascal juga?, gue belum pernah liat lo selain waktu di cafe itu" tutur alina penasaran

" bukan, kita Cuma temen nya damara" jawab aldo medengar itu alina pun hannya mengangguk-anggukan kepalanya

" udahkan kenalannya, sekarang lo semua pergi gih " usir damara pada teman-temannya

" dih,, apaan lo main ngusir seenaknya emank kita laler" kesal ferdi

" semenjak lo kagak ke kantin lagi, si meigna nanya-nanyain lo mulu gue jadi risih. Jadi lain kali kita juga mau ke sini lagi, boleh ya al?" seru daniel meminta izinnya pada alina

" ehh enak aja lo" seru damara memotong kalimat yang hendak alina lontarkan

" alina aja belum ngomong apa-apa ra" bela aldo

" boleh,, tapi bilang dulu sama gue, nanti kalo gue izinin kalian boleh dateng deh" tutur alina tersenyum. Ia hampir lupa bahwa ia pernah menyendiri di tempat itu, ia lupa bahwa ia pernah menangis histeris di sana. Ia lupa bahwa tempat itu tempatnya untuk menyendiri. Namun semenjak kehadiran damara dan teman-temannya. Alina mulai melupakan jati dirinya. Apakah ia boleh berharap untuk kali ini?. Apakah boleh ia melepaskan masa lalu itu dengan tenang?. Jika bahagia adalah dosa untuk alina, yang ia janjikan pada bundanya. Apakah boleh ia berbahagia di sini dan menerima hukumannya di rumah. 'Pada akhirnya alina egois bun' pikir alina dalam hati.

" kalo gitu boleh gue tau id line lo?" tanya daniel

" kasi ke gue aja dulu al, nanti gue terusin. Takutnya nih serangga pada gangguin lo" potong damara mendahului daniel

" ya udah, mana sini hp nya " pinta alina pada damara. Damara dengan cepat menyerahkan ponselnya pada alina. Kemudian mengambilnya lagi setelah selesai langsung memasukkannya ke dalam saku. Teman-temannya yang lain telah menatap damara riang, namun damara mengabaikan tatapan teman-temannya itu.

" gue udah punya kok, kalo damara pelit minta ke gue aja ya" seru daniel yang di tanggapi tatapan terkejut oleh damara

" lo... sejak kapan?" seru damara

" kok lo bisa punya id line nya dan?" seru aldi

" waktu itu gue gak sengaja ketemu alina di cafe, dia kerja di sana jadi gue minta id line nya " tutur daniel

" kok lo gak bilang-bilang sama gue?" seru damara lagi

" sejak kapan hidup gue jadi urusan lo?" cibir daniel

" lo, sengaja kan minta id line gue tadi, biar bisa pamer ke yang lain?" seru alina tertawa kecil oleh ekspresi terkejut seluruh manusia yang ada di sana

" you know me a lot !" canda daniel mengerlingkan matanya

" tapi gue gak tau lo, sekolah di sini" ucap daniel

" karna lo gak pernah nanya" tutur alina santai

" anjir,, apa-apaan nih" seru anton

" nyamuk kita" timpal ferdi

" jodoh nih ceritanya" tutur kriss

" gue gak tau, lo bisa sedeket itu sama orang lain" gumam aldo

" gue keduluan " canda mano menimpali gurauan teman-temannya .

💗

" apa yang Ayah Lakukan!" damara memaksa masuk, kedalam kamar yang sebelumnya di tutup rapat

" damara!,,, ini gak yang kayak kamu lihat" dalih alvaro

" mei,,, meigna! Bangun! " damara mengguncang tubuh meigna yang tergeletak di lantai dengan obat tidur yang berserakan di sana

" Apa Ayah benar-benar ingin membunuhnya?. Cepat panggil ambulan" teriak damara pada ayahnya

~

avataravatar
Next chapter