9 Dia lagi

Daniel.

al... besok gue boleh ke atap ya?

Alina.

Boleh,,, sama siapa aja?

Daniel.

Gue sendiri...

Alina.

Oke.

" udah gitu aja?" gumam daniel, menatap layar ponselnya itu. Ia terlihat murung. Dan tidak bersemangat. Sejak ia bertukar id line dengan alina ia selalu berusaha agar dapat mengobrol dengan alina lebih panjang. Namun alina selalu membalas pesannya secara singkat jika topik pembicaraan itu sudah menemukan akhirnya. Daniel tau alina itu memliki pribadi yang keras dan dingin, namun ia ingin sedikit lebih berusaha agar bisa meluluhkan pertahanan alina. Walaupun itu tidak mudah.

" lo kenapa muka di tekuk gitu?" tegur reygan yang baru saja datang dari lantai atas

" enggak, gue cuma capek aja" dalih daniel

" gak usah boong, lo pasti di cueki lagi kan?" tebak reygan

" hmmm" daniel hannya bisa menghela napas panjang untuk menanggapi tebakan reygan

" lagian, lo bego, udah tau cewenya gak respek gitu, masih aja lo usahain" cibir reygan menuju dapur mengambil 2 gelas dan menuangkan jus

" kalo gue gak usaha gue gak tau hasilnya gimana" balas daniel sendu.

~

Alina meletakkan ponselnya di kantong hoodie miliknya dan, menggantinya dengan celemek khas cafe itu

" al,, tente annya lagi keluar katanya kalo lo, dateng suruh beresin meja dulu aja" tutur egar menyampaikan pesan annya pada dirinya.

" makasi kak, " balas alina singkat, kemudian mengerjakan tugasnya

" lo mau gue buatin minum dulu gak?, lo kan abis sekolah langsung ke sini" tawar egar

" enggak deh, kak gue bawa minum sendiri kok " tolak alina, membawa gelas kotor ke counter bar

" atau mau gue bantuin?, gue gak ada kerjaan juga" tutur egar

" mending kakak, cuci aja gelasnya nih, banyak tuh gelas kotornya " tutur alina menunjuk ke arah meja-meja yang penuh dengan gelas kosong

" huh,,, iyaa juga tadi lumayan rame, ini baru aja sepi " tutur egar menyerah. Pada alina. Alina tersenyum melihat itu. Bukan sekali dua kali ia menerima ucapan manis dari egar. Namun ia tau itu hannya seperti lebah yang mengambil madu pada bunga.

Lonceng yang tergantung di di pintu masuk cafe itu berbunyi alina pun mengalihkan matanya pada pintu utama

" kak reygan?" gumam alina ketika melihat reygan yang berdiri di sana

" kakak ngapain kesini?" tanya alina menghampiri reygan

" beli minum lah, lo pikir gue mau ngegym ke cafe!" ketus reygan

" oh,,, oke! Silakan duduk dulu kak" alina menuntun reygan ke salah satu meja kosong di sana

" kakak mau langsung pesan sekarang?" tanya alina

" lo gimana sih?, menu aja gak ada gimana gue mau mesen" ketus reygan sinis pada alina

" oh,,, iya maaf kak tunggu dulu ya" tutur alina pergi meninggalkan reygan di sana. Dan mengambil menu

" silakan menunya kak, kalau udah mau pesan, angkat tangan aja kak"

" enggak-enggak, mending lo diem di sini. Enak aja angkat tangan di kira mau jawab soal " gerutu reygan. Alina pun mengikuti perintah itu dan berdiam diri di sana. Menunggu reygan untuk memesan

" gue mau,, "

" iya?" seru alina menanggapi perkataan reygan

" gue mau minta maaf" ucap reygan cepat

" apa?" seru alina kaget

" lo budeg ya ?, gue bilang gue minta maaf !" sentak reygan dengan nada sinis

" eh!!, iya tapi gak usah ngegas juga" gumam alina kesal pada sikap reygan

" apa lo bilang ?" sentak reygan mendengar gumaman alina

" enggak gitu. Magsudnya kalo kakak mau minta maaf jangan ketus gitu juga " tegas alina pada reygan, reygan yang mendngar itu menatap alina terkejut. Ia tak menyangka alina dapat berbicara seperti itu

" apa lo bilang?, lo berani sama gue?" ancam reygan

" apa tujuan lo minta maaf sekarang?, kalau lo minta maaf dengan cara yang menyinggung, terus lo minta maaf buat yang mana? Gue sopan kalau sama orang sopan, gue baik kalau sama orang baik. Kalo lo kayak gini gimana gue bisa jaga bicara gue ?" sinis alina. Bersyukur kondsi sedang sepi pelanggan di cafe itu sehingga tidak menimbulkan keresahan tamu lainnya

" oke gue minta maaf, gue minta maaf atas semua kesalahan gue" tutur reygan sedikit merendahkan dirinya

" oke,, sekarang kakak jadi mau pesen?" tanya alina lembut

" eh??, iya gue pesen avogado" tutur reygan terbata

" oke satu avogado tunggu di sini kak ya" ucap alina lagi memasang senyum ramahnya

' gue gak tau dia bisa senyum seramah itu' pikir reygan tertegun melihat senyum alina

Tak lama alina kembali membawa pesanan reygan dan sepotong red velved cake. Untuk reygan

" gue gak pesen ini" tolak reygan

" service dari gue" balas alina duduk di depan reygan

" eh!,, gak usah nanti lo di marahin bos lo" tolak reygan lagi

" udah gue bilang gak apa-apa, makan aja" pinta alina pada reygan

" tapi lo ngapain duduk di sini?" tanya reygan lagi bingung dengan sikap alina padanya yang berubah daripada tadi di saat alina bersikap dingin pada reygan

" nemenin lo " jawab alina menopang kepalanya dengan kedua tangan di depan reygan

" eh!!, emank lo gak ada kerjaan lain?, ngapain malah di sini"

" lo liat sendiri cafe lagi sepi kak" balas alina dengan senyumnya menunjukkan sekeliling cafe itu

" jadi...? siapa yang nyuruh lo minta maaf?" tanya alina yang sontak membuat reygan terkejut

" gak usah kaget, seorang reygan yang arogant bahkan di genknya sendiri, pentolan kedua setelah kak darian ngapai tiba-tiba minta maaf ke gue?, setau gue kalopun gue benci lo itu gak ada pengaruhnya" ungkap alina gamblang

" lo sebenernya siapa sih?, kok lo tau semua itu?" tutur reygan menyerah. Tentu keluhan reygan hanya di tanggapi senyuman oleh alina

" gue di bully, gara-gara gue sendiri yang sensitif sama lo" ungkap reygan dengan ekspresi canggungnya

" lo yang pentolan ke 2 di genk di bully?" tanya alina menahan tawanya

" mereka di lindungin darian, gue bisa apa, sedangkan darian juga ikut mojokin gue" lanjut reygan

" lucu banget sih lo kak" tutur alina tertawa lepas, ia tak takut lagi mengekpresikan dirinya di depan reygan

" lo cantik kalau ketawa" reygan menatap alina tepat di matanya

" eh???" alina terheran dengan ungkapan yang hampir tak mungkin keluar dari mulut reygan

" gue bilang lo cantik kalo senyum, ini pertama kalinya gue liat lo ketawa dengan tulus. Walaupun gue gak terlalu suka sama lo tapi waktu di atap saat lo senyum saat lo tertawa kecil, gue sama sekali gak bisa liat kebahagiaan di tawa lo, sebaliknya senyum lo itu terlihat miris" seketika suasan menjadi dingin, tawa alina terhenti oleh badai kenyataan yang di ungkapkan reygan. Alina mulai berfikir apakah ia telah merasa bahagia barusan?. Apakah benar ia seperti itu?. Alina terhenti di dalam dunianya. Hanya karena opini reygan yang bahkan bisa saja alina bantah. Namun ia tak sanggup untuk membantahnya.

" gue punya alasannya" yah,, itulah jawaban yang alina berikan. Bukannya sebuah penyangkalan. Namun ia dengan gamblang mengakui itu

" ya,, gue tau lo pasti punya alsannya. Kalo lo perlu sesuatu lo bisa hubungin gue, sekarang gue harus pergi daniel nunggu gue di luar" pamit reygan seketika. Hingga membuat alina terkejut

" eh??, daniel d luar?, kenapa dia gak masuk juga?" tanya alina

" katanya biar gue minta maaf nya tulus" ucap reygan tersenyum. Itu adalah senyum pertama yang reygan berika pada alina.

" ada-ada aja, ya udah lo hati-hati kak, gue juga titip salam buat daniel" pesan alina. Yang hannya di tanggapi dengan kode oke dengan jari oleh reygan kemudian pria itu pun, pergi meninggalkan cafe itu.

~

" al!!"

Alina menghentikan langkahnya menaiki tangga dan menolehkan kepalanya guna melihat sipa yang memanggil nama alina

" hei!!" balas alina melambaikan tangannya

"lo hari ini bawa apa?" tanya daniel

" sandwich isi bacon" balas alina memberlihatkan isi kantong yang ia bawa

" kok ada dua?" tanya daniel saat melihat isi kantong itu

" oh,, itu satunya buat damara. Katanya dia gak pernah makan masakan rumahan jadi gue bawain bekal. Abis kasian" tutur alina melanjutkan langkahnya menuju rooftop

" damara gak bakalan dateng" tutur daniel. Alina menghentikan langkahnya menatap daniel yang masih berada di belakangnya

" kenapa?" tanya daniel

" meigna, sakit jadi dia nemenin meigna di UKS " tutur daniel. Daniel memperhatikan raut wajah alina yang berubah muram.

" ada gue! lo gak sendiri" tutur daniel meraih tangan alina menuntunnya menaiki tangga.

" lo bawa bekal juga?" alina melihat daniel membawa kantong bekal juga. Itu sebabnya alina bertanya

" hmm, nanti kita makan bareng" balas daniel

Sesampainya di rooftop daniel mengeluarkan, semua isi kantong yang ia bawa. Pertama ia mengeluarkan alas untuk duduk di bawah. Kemudian daniel mengeluarkan botol air dan kotak bekal miliknya

" gimana ?,, temanya piknik, judulnya piknik di atap sekolah" canda daniel menarik tangan alina agar duduk di sebelahnya

" ide dari mana sih" tutur alina tertawa melihat persiapan daniel yang terkesan manis

" gak tau, pas gue inget lo, jadi kepikiran aja" jawab daniel bercanda gurau. Walaupun alina sedikit kecewa karena damara tak hadir di sana namun alina cukup senang dengan keberadaan daniel.

~

Di kantin, ferdi dan reygan menghampiri meja yang sudah di penuhi oleh teman-temannya

" eh,, si kutu kupret damara mana?" tanya ferdi pada teman-teman lainnya

" di uks nemenin meigna katanya sakit " ujar mano

" dasar,, bucin akut tuh bocah" cibir ferdi mengambil tempat duduk di sisi kriss

" yang lain pada kemana?" tanya reygan yang hannya melihat, anton, mano, ferdi dan kriss di sana

" tau, tuh daniel sama aldi ngilang kagak tau kemana" cetus anton yang tersesat di antara para serigala sekolahnya

" lah iya,, lo nyasar sendiri" cibir ferdi menyadari anton yang sendirian di antara mereka.

Di sisi lain damara tengah, duduk dengan gelisah di sisi ranjang meigna yang tengah tertidur, ia terus menerus melirik jam tangan yang melingkar di tangnnya. Kakinya tak henti menghentak seolah ia ingin segera pergi dari sana.

Sementara itu alina tengah menikmati makan siang yang menyenangkan di atap bersama daniel. Dengan gurauan yang daniel lontarkan mampu membuat alina melupakan tentang damara untuk sejenak

" sialan!, Dia lagi!" seseorang tengah berdiri di balik pintu menuju atap. Ia mengintip dari sela pintu yang terbuka. Enggan untuk melangkahkan kakinya masuk. Yang ia lakukan hannya mengawasi kedamain alina dan daniel siang itu.

💗

"al,, kamu tinggal sama tante aja ya" hari itu hari pemakaman angela bunda alina. Kini pemakaman telah usai dan alina masih saja berdiri di depan makam angela

" engggak! Bagaimana alin bisa pergi ninggalin kenangan bunda disana?" ucap alina sendu

" sayang,, kamu lebih baik tinggal sama tante aja. Sehingga kamu bisa perlahan melupakan ini semua" bujuk annya lagi

" bagaimana alina harus melupakan bunda?. Kata ayah alina penyebab bunda pergi. Jadi bagaimana alin bisa kabur dan hidup bahagia dengan melupakan bunda?" tutur alina terisak

"kamu berhak untuk bahagia al. Ini bukan salah kamu" annya memeluk tubuh alina yang tengah terisak

" alina ingin tetap tinggal di sana. Sejak dulu bunda mengorbankan kebahagiaannya demi alin. Dan sekarang alin akan membalas itu semua" gumam alina dalam pelukan annya

" baiklah. Tante mengerti. Tante akan selalu ada untuk kamu sayang. Kamu bisa datang kapan saja. Mulai sekarang anggap tante bunda kamu. Kamu harus ingat tante akan selalu di sini " tutur annya menghibur alina.

~

avataravatar
Next chapter