17 Antara alvaro dan effrant

Di sebuah ruangan di gedung pencakar langit. Alvaro tengah terduduk di kursi kebanggannya. Wajahnya mengerut memegang telfon di telinganya

" bagaimana keadaan damara?" begitu suara di sebrang sana terdengar lirih dan putus asa

"dia bukan lagi tanggung jawab mu" balas alvaro sinis

" beritahu saya keadaanyya. Untuk kali ini saja" pinta seseorang di seberang sana

" saya memberikan kesempatan terakhir padamu bukan untuk membiarkanmu kembali pada damara. Jadi pergilah sejauh mungkin seperti tidak pernah ada" alvaro menutup telfon itu dengan kasar. Segera memasukkan ponselnya ke dalam saku.

" maaf membuat anda menunggu begitu lama" seorang pria lainnya baru saja memasuki ruangan bertepatan dengan alvaro yang baru saja mengakhiri telfonnya.

" ah... itu bukan masalah besar. Jadi bisa kita perjelas persyaratan kontrak tersebut?" tegas alvaro mempersilakan pria itu duduk

" tentu. Kontrak ini sangat berarti bagi saya. Dengan ini perusahaan saya dapat terselamatkan" ucap pria itu

" effrant company, tidak akan hancur semudah itu. Sebaiknya kamu harus bisa mengontrol istrimu itu" tutur alvaro menasehati effrant

" emmy sebelumnya tinggal di keluarga kurang berada. Ia hannya tak tau harus bertindak seperti apa" balas effrant merendah

" angela adalah sosok istri yang sangat baik. Sungguh di sayangkan ia meninggalkan dunia ini terlalu cepat" ucap alvaro

" maaf sebelumnya bisa kita mulai membicarakan mengenai kontrak itu?"

" saya akan memberikan dukungan penuh kepada rencana pembukaan cabang luar negri. Namun saya perlu jaminan untuk memastikan. Uang saya kembali berkali-kali lipat"

" saya rasa anda dapat mempercayai kami. Karena sebelumnya kami tidak pernah gagal di proyek apapun. Dan pembukaan cabang ini pun di latarbelakangi bisnis baru kami yang menargetkan pasar luar negri. Saya menjamin anda tidak akan merugi"

Ucap effrant penuh kenyakinan.

" jika seperti itu bukankah kamu tidak akan susah mendapatkan investor?, tidak peduli sekuat apapun effrant company. Kemungkinan gagal itu ada setidaknya 1-5%. Jika kamu sepercaya itu. Namun kemungkinannya masih ada. Ini hanya untuk berjaga-jaga"

Balas alvaro dingin

" lalu apa persyaratan yang perlu saya pertimbangkan" effrant sedikit goyah dengan ketegasan alvaro.

" itu tidak sulit. Cukup turun tangan secara langsung untuk menangani proyek itu"

" tapi, saya memiliki seorang anak gadis di sini. Saya tidak bisa meninggalkannya" ucap effrant ragu

" anak gadis yang mana?, oh apakah anak tak kasat mata yang tinggal di istana keluarga effrant?, yang bahkan datang dan pergi sekolah dengan mandiri tanpa bantuan keluarganya?" alvaro menopang dagunya di atas tangan yang ia tautkan dan menatap effrant dengan mata tajam khas alvaro.

" walau begitu saya tetap tidak bisa meninggalkannya"

" kenapa?, bukankah dia juga bukan anak kandung mu lalu apa pedulimu?" ucap alvaro

" itu..."

" apa karena gadis itu begitu mirib dengan angela?, sehingga kamu tak mampu melepaskannya walaupun kamu begitu membencinya?"

" angela begitu melindungi anak itu. Saya tidak bisa membuangnya" suara itu terdengar murung.

" cukup tinggalkan dia di sini. Saya akan mengawasinya. Lagi pula adik iparmu itu juga dapat di andalkan untuk menjaga anak itu dengan baik" tutur alvaro

" apakah ada alasan tertentu sehingga saya harus turun tangan secara langsung?"

" di depanmu itu ada sebuah dokumen. Saya ingin kamu mengawasi mereka untuk saya. Sebagai gantinya saya akan mengawasi anakmu" ucap alvaro

" siapa mereka?" tanya effrant melihat 2 foto wanita di sana beserta biodatanya

" kamu tidak perlu tau lebih dalam. Kamu hanya perlu mengawasi mereka" ucap alvaro memutar kursinya memunggungi effrant

" bukankah koneksi anda cukup untuk mengawasinya tanpa perlu bantuan dari saya?"

" apakah jika itu berhasil. Saya akan meminta bantuan darimu?" ucap alvaro terdengar dingin

" apakah ini permintaan?" tanya effrant

" ini perintah" ucap alvaro tegas

" berikan saya waktu untuk mempersiapkan segalanya" ucap effrant memasukkan kembali dokument itu ke dalam map

" gunakan waktumu dengan baik. Akan saya kabari mengenai jadwalnya"

" baiklah. Kalau begitu saya mohon undur diri" effrant berdiri dari duduknya sedikit membungkukkan badannya saat memberi salam pada alvaro sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.

" wanita itu begitu pintar. Hingga ia tau utusan yang dikirim adalah milik saya" gumam alvaro membalikkan kursinya ketika mendengar suara pintu yang tertutup

~

Di kediaman effrent. Pria itu baru saja menginjakkan kakinya setelah perjalanan panjang. Dari kantor menuju rumah. Effrant menemui istrinya yang baru saja datang dari berbelanja.

" dari mana saja kamu?" tanya effrant

" oh?, sayang kamu sudah Pulang kerja?" emmy yang menyadari suaminya baru saja datang. Itu berlari ke arah effrant dengan kantong belanjaan penuh di tangannya

" aku, tadi habis shopping ada banyak sekali barang bagus. Jadi aku mengambil semuanya karena tidak bisa memilih" ucap emmy sangat bahagia

" apakah kamu sesenang itu" ucap effrant tersenyum tipis melihat reaksi emmy yang sangat bahagia menceriatakan harinya. Wanita itu penuh warna dan ekspresi di mata effrant. Dan itu adalah nilai lebih yang membuat effrant menikahi wanita itu.

" tentu!. Dulu saya tidak berani untuk menginginkan barang-barang branded. Karena untuk kebutuhan sehari-hari saja saya masih kurang" ucap emmy. Murung kembali

" sekarang kamu tidak perlu menahan diri" effrant merangkul wanita itu. Berbagi belas kasih. Di antara mereka

" oh ya saya. Membelikan kemeja untuk kamu. Saya harap kamu menyukainya" gumam emmy di pelukan effrant

" saya akan menyukainya karena kamu yang membelinya. Oh ya apakah alina sudah pulang?" tanya effrant. Emmy yang tadinya menikmati hangatnya tubuh effrant kini. Membuka matanya melirik ekspresi effrant

" saya pikir dia belum kembali. Gadis itu pulang larut malam akhir-akhir ini" ucap emmy bersedih. Yang di buat-buat

" terimakasih kamu telah memperhatikan anak itu menggantikan saya" tutur effrant lagi

" itu memang tugas saya. Sebagai ganti ibu untuknya" ucap emmy. Lemah.

Tak lama kemudian terdengar suara derum motor di dekat rumah itu. Di susul degan kedatangan alina beberapa menit kemudian dengan berjalan kaki.

" siapa yang mengantar mu?" tanya effrant begitu alina memasuki halaman rumah itu. Sedangkan alina hanya bisa diam kebingungan. Ini Pertama kalinya ia melihat effrant baru pulang kerja di jam itu.

" cepat jawab!" effrant membentak alina

" hari ini saya pulang terlambat. Dan tertinggal bus. Maka dari itu saya memesan gojep" tutur alina berusaha terlihat santai

" apakah kamu tau pulang malam dengan gojep itu berbahaya?, bisa saja itu orang jahat. Kenapa kamu membuat saya selalu merasa bersalah?" bentak effrant lagi

" belakangan ini gojep terkenal aman karena di pesan memalui aplikasi dan mereka adalah kariawan suatu perusahaan yang menjamin keamanan penumpang" balas alina yakin dan menekankan nada tegas di setiap kata-katanya.

" mulai besok kamu tidak di izinkan pulang malam" ucap effrant lagi meninggalkan alina di luar rumah sendirian

" sayang!. Kamu harus mengerti. Alina juga terpaksa melakukan itu" bela emmy

" jadi magsud kamu dia terpaksa bekerja karena uang yang saya berikan kurang?" bentak effrant menentang perkataan emmy

" kenapa anda begitu mempedulikan saya sekarang?. Bukankah waktu itu anda mengatakan dengan mulut anda sendiri bahwa anda menolak untuk ikut campur dengan segala sesuatu yang bersangkutan dengan saya?" ucap alina setengah berteriak dari tempatnya menyusul effrant kedalam rumah

" sebelumnya saya cukup menghormati anda sebagai ayah. Kemudian saya kehilangan sisa rasa hormat saya. Dan dengan ini, saya semakin membenci anda. Saya benci setiap kali saya membenci anda. Semakin saya menyadari saya tidak dapat meninggalkan anda sendiri. Jadi bisakah anda membiarkan saya begini. Membiarkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan?" sentak alina marah dengan mata yang menyalang merah penuh amarah dan kecewa.

" kamu jangan salah paham!. Saya memang tidak berniat untuk ikut campur dalam hidup kamu. Tapi kamu tetap tanggung jawab saya. Jika terjadi sesuatu saya lah yang akan di salahkan" tutur effrant membelakangi alina.

" bukankah jika saya menghilang. Anda dapat melakukan semuanya sebebas anda?. Satu-satunya penghambat anda. Tidak akan lagi membatasi langkah anda. Apakah anda ingin saya beri saran?. Anda bisa saja menarik perhatian publik atas dasar simpati karena effrant pemilik effrant company kehilangan putri satu-satunya yang sangat ia sayangi" tutur alina tersenyum sinis.

" hentikan! Apa yang kamu katakan?. Itu tidak pantas di katakan seorang anak pada ayahnya" sentak emmy mengkritis kata-kata alina sebelumnya.

" saya tidak ingin menghambat langkahnya ibu. Saya berjanji tidak akan melakukan hal yang dapat merugikan dia. Namun sebagai gantinya apakah dia bisa memberikan saya kebebasan ? Tolong sampaikan pesan saya" tutur alina menatap effrant yang masih membelakanginya dengan angkuh. Ait matanya menggenang, namun terlalu enggak untuk menunjukkan dirinya.

" lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Dan jangan pernah kembali dengan tangan kotor" pada akhirnya hanya itulah kalimat yang alina dapatkan sebelum effrant memasuki kamarnya dan meninggalkan alina sendiri di sana.

Alina berdiri sendiri di ruang tengah menatap pintu kamar effrant yang baru saja tertutup.

" seharusnya kamu tidak memancing emosinya" tutur emmy kecewa pada alina kemudian menyusul pria itu memasuki kamar mereka.

Alina hanya bisa menggigit bibirnya. Menyesali perkataannya tadi. Ia tau ayahnya memang kejam namun ia tak seharusnya ikut bersikap keras untuk melawan ayahnya.

Tidak ada lagi hal yang bisa alina lakukan untuk memperbaiki hubungannya di antara ayahnya. Alina melangkahkan kakinya memasuki ke dalam kamar. Memeriksa ponselnya yang sedari tadi bergetar.

Damara.

Lo udah di rumah kan?

Damara

hei?, al,,, lo mengabaikan pesan gue lagi?

Damara

Al ? Apakah terjadi sesuatu?

Alina

Semuanya baik-baik saja

Damara

Jika tidak terjadi sesuatu kenapa lo memilih membalas pertanyaan yang itu?

Alina

Karena lo sendiri yang bertanya

Damara

Lo punya 3 pertanyaan dari gue al

Alina

Berhenti membahas hal yang tidak penting

Damara

Apa perlu gue menyelinap ke sana?

Alina

jangan bercanda !!!

tidak ada balasan dari damara. Mungkin ia telah tertidur. Pikir alina. Setelah pertengkaran kecil sebelumnya alina merebahkan tubuhnya di kasur. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Sambil membisikkan. Kata-kata positif pada dirinya sendiri. Alina berhasil menenangkan dirinya.

TAK..

Terdengar suara berisik di jendela alina. Itu seperti ada yang melempar batu ke arah jendelanya.

Alina tengah berganti pakaian dan tidak mempedulikan suara itu

TAK...

Suara itu terdengar lagi. Alina menatap sebentar ke arah jendelanya dengan gorden terbuka.

" mungkin hanya ranting pohon" gumam alina. Ia tak terlalu mempedulikannya. Hingga deringan dari ponsel alina terderngar di telinganya. Alina yang baru saja berganti pakaian. Melihat nama yang muncul di ponselnya itu. Nama damara terpampang di sana.

" ada apa?" tanya alina

" lihat keluar! " pinta damara di semberang sana

" Enggak! gue mau tidur." Ucap alina malas

" sebentar saja" bujuk damara. Dengan malas alina melangkahkan kakinya menuju jendela besar di kamar alina. Kemudian Menuju balkon kecil di kamarnya

" sudah. Lalu apa lagi?" tanya alina malas ketika ia sudah berada di balkon

" gue di bawah." Ucap damara. Sontak membuat alina mengerutkan keningnya. Ia melihat sekeliling sampai ia menemukan seorang pria yang sedang melambaikan tangannya pada alina di bawah lampu jalanan yang menguning ia duduk santai di atas motornya.

" lo ngapain di situ? " tanya alina

" gue cuma khawatir, karena lo gak bales chat gue " ucap damara sambil menatap alina dari kejauhan

" Bodoh " ucap alina sambil tersenyum

" gue peduli sama lo na " balas damara

" apa lo bilang tadi?"

" gue peduli sama lo "

" bukan !!"

" apa?, na?. Nana?"

" lo tau dari mana?"

" kenapa?"

" itu nama kecil gue"

" oh ya?, gue pikir itu cantik jadi gue pingin panggil lo nana"

" gue gak suka. Panggil kayak biasa aja" balas alina datar

" loh kenapa?"

" ya gak suka aja. Gue gak mau denger nama itu lagi " tutur alina berbarik menyenderkan punggungnya di pagar balkon

" oh.. oke" ucap damara kecewa

" kalau begitu boleh gue panggil honey?" gurau damara

" lo mau mati?" sinis alina menanggapi gurauan damara yang ia anggap menjengkelkan.

" al... Kabur yuk" ucap damara sontak membuat alina membeku di tempatnya setelah mendengarkan kalimat itu

" apaan sih lo ra... Ngajakin anak orang kabur. Emanf lo mau tanggung jawab? Atas resikonya" tutur alina dengan nada mengejek

" gue janji bakalan jagain lo. Gue janji bakalan bahagiain lo" ucap damara yakin. Alina membalikkan tubuhnya. Menatap damara yang berada di bawah sana. Tatapannya tak tergoyahkan. Tatapan damara benar-benar serius

" gue gak bisa kabur sekalipun gue mau " tutur alina dengan senyum teduhnya. Menatap tatapan serius  damara

" lo tau kan gue akan selalu siap kalau lo tiba-tiba berubah pikiran" lanjut damara dengan optimis

" apaan sih lo. Udh malem pulang sana. Jangan kayak penguntit yang lagi ngawasin targetnya " cibir alina. Menutup telfon nya di sana. Kemudian melambaikan tangannya ke arah damara. Sebelum ia masuk kedalam kamar miliknya.

💗

" Jantung gue " gumam alina

~

" kita pulang sayang " dea

" ma... Apa kakak masih mengingat ku?"

" tentu saja... Kakak mu pasti senang melihat kamu lagi" dea

" mas kamu jagain mei dulu ya. Saya mau ke apotek ambil obatnya" dea

" iya... Kamu pergi aja. Biar mas jagain dea " arhan

~

avataravatar
Next chapter