7 LAMARAN SEPERTI PETIR

-Hari ulang tahun Daisy-

Daisy tampak begitu anggun dengan balutan dress berwana peach dengan hiasan bunga persik di rambutnya yang honey blonde, puteri tunggal keluarga Aliston itu sangat cantik.

Di pesta ulang tahun ini, sesuai permintaan Daisy, dia hanya mengundang orang-orang terdekat saja untuk dinner bersama, dan tentunya dengan kue ulang tahun. Termasuk keluarga Devian akan datang. Itulah rencana awalnya.

"Paman, Bibi! Kalian sudah datang." Wajah Daisy tampak berbinar melihat Paman Ben dan Bibi Anna datang. Tapi dia tidak melihat Devian di sana.

"Cantik sekali puteriku malam ini, Selamat ulang tahun ya cantik," Puji Paman Ben

"Terima Kasih Paman," Daisy memeluk Paman Ben yang sudah seperti Ayahnya sendiri.

"Selamat ulang tahun ya sayang," Ucap Bibi Anna, dia mencgecup sayang pipi Daisy.

"Terima kasih bibi,"

"Eh ngomong-ngomong, apa Kak Dev tidak ikut?"

"Oh dia datang, tadi kusuruh dia memarkir mobil." Jawab Paman Ben.

"Ah syukurlah, ayo silahkan Paman Bibi duduk terlebih dahulu."

"Ahahha kau sopan sekali nak."

Hufft, Daisy merasa lega karena Kak Dev datang, jika tidak rencananya akan gagal, karena mala mini adalah puncak dari keinginannya. Dia benar-benar menginginkan sesuatu dan hanya Kak Dev yang bisa mengabulkannya.

"Maaf aku terlambat." Kak Dev akhirnya sampai juga, dia tersenyum ramah pada semuanya, termasuk pada Daisy. Dia benar-benar tampan dan tampak berwibawa dengan setelan jas abu-abu itu.

Daisy menepuk-nepuk kursi di sampingnya mengisyaratkan agar Dev duduk di sampingnya. Pria itu mengerti dan langsung duduk.

"Selamat ulang tahun, Daisy kecil."

"Aku sudah besar Kak." Daisy menegaskan, pria itu selalu saja mengucapkan kalimat yang sama setiap tahun. 'Daisy kecil' kalau kecil terus, kapan Daisy akan tumbuh besar? Sontak Devian terkekeh, dia senang sekali menggoda Daisy.

"Daisy sayang, apa harapan terbesarmu saat ini?" Tanya Papa, dia baru saja kembali kemarin.

"Harapan terbesarku, semoga aku bisa bersama-sama dengan kalian semua selamanya."

"Lihat, harapannya saja masih begitu polos."

"Kak Dev!" Daisy menatap Dev tajam, pria itu malah semakin gemas menggodanya.

"Ehehehee. Amin, aku berharap harapanmu terkabul."

"Ingat Kak Dev masih berhutang hadiah padaku!"

"Baik katakan!"

"Nanti, setelah aku meniup lilinnya. Boleh kutiup sekarang?"

"Tentu saja sayang," Jawab Mama,

Daisy menutup matanya, dia dengan sungguh-sungguh berdoa 'aku berharap pilihanku kali ini adalah yang terbaik, aku hanya ingin berada di samping orang ku cintai, maafkan aku Tuhan jika aku terkesan egois, tapi kali ini, kabulkan keinginanku.'

Daisy meniup lilinnya, saat itulah tepat pukul 00.00, satu menit lagi, usianya tepat 20 tahun. Dia telah menjadi gadis yang lebih dewasa dimata keluarganya, dia gadis yang kuat, meski menderita sakit sejak kecil, tak sekalipun Daisy mengeluhkan keadaannya, dia berusaha baik-baik saja agar orang tuanya tidak cemas padanya. Begitulah Daisy.

"Boleh kukatakan apa keinginanku sekarang?"

"Tentu katakanlah."

Daisy diam sejenak, dia menatap orang tuanya, dan Paman juga Bibi bergantian. 'Tuhan, kumohon jangan salahkan aku karena meminta ini, tapi aku berjanji aku akan mempertanggung jawabkan apapun yang kuminta, aku tidak akan menjadi gadis yang egois lagi setelah ini, jadi tolong sukseskanlah!'

"Katakan saja Daisy, kenapa kau ragu-ragu begitu."

"Kak Dev. Kau berjanji akan menurutinya? Ingat ya."

"Iya. Tunggu-kau tidak akan meminta hal aneh kan- kenapa ekspresimu serius se-

"Aku ingin Kak Dev menikah denganku."

Deggg. Apa ini, semua menjadi hening. Hening. Hening. Daisy bahkan tidak berani menegakkan kepala dan menatap ekspresi orang-orang. Apa dia akan dihabisi mala mini?

"Da-isy, sayang? Apa yang kau katakan?" Suara lembut Mama, dan tangannya yang hangat menyentuh pundak Daisy.

'Benar. Aku baru saja mengatakannya, jadi aku tidak boleh ragu dan lanjutkan.'

"Kak Dev sudah berjanji padaku bukan? Apa kali ini tidak mau?"

"Daisy, kau mengerti makna dibalik kata menikah?" Kali ini Papa yang bersuara.

"Aku tahu."

Daisy menatap Kak Dev, dan pria itu lagi-lagi tanpa ekspresi.

"Aku tahu, dan aku sadar. Aku hanya ingin berada di samping Kak Dev. Kak Dev percayalah padaku,"

"Daisy- kenapa kau ingin menikah denganku?" Tatap Devian.

"Karena aku menyukai Kakak." Daisy berkata dengan serius.

"Dev, jangan dengarkan dia, sepertinya Daisy masih pubertas." Mama mencoba menyadarkan Daisy.

"Tidak Mama! Aku benar-benar serius."

"Daisy, aku tidak bisa menikah denganmu. Kau kan tahu, aku sudah punya kekasih."

"Siapa? Wanita yang sudah membohongimu itu?"

"Daisy-"

"Apa karena kau menganggapku sebagai adikmu? Memangnya kenapa? Toh kita tidak memiliki hubungan darah." Daisy memotong ucapan Dev.

"Daisy. Aku tidak bisa"

"Mama setuju." Tiba-tiba suara Bibi Anna membuat semua orang menoleh.

"Ma."

"Mama mengenal Daisy dengan baik, kau juga mengenal Daisy dengan baik. Mama yakin, dia benar-benar tulus padamu Nak, Daisy mungkin masih kecil di matamu. Tapi lihatlah, dia wanita dewasa sekarang, kau tidak bisa terus melihatnya sebagai gadis kecil. Mama bisa merasakan, kalau hanya Daisy yang bisa menjagamu dengan baik. Kalian itu cocok dan serasi." Bibi Anna tersenyum pada Daisy.

Daisy senang, ternyata Bibi Anna menyukainya, dia benar-benar mendukungnya. Dan dia juga tahu, Kak Dev akan menolaknya lebih dulu. Tapi dia akan tetap kekeuh pada pendiriannya. Kali ini Daisy tidak akan memberikan Kak Dev pada wanita rubah itu lagi.

"Dev cobalah pertimbangkan." Nasihat bibi Anna.

"Aku permisi." Devian meninggalkan meja makan. Dia sepertinya benar-benar kacau karena permintaan Daisy barusan.

Daisy tahu, dia mengacaukan suasana, dia membuat semua orang tertegun dengan ucapannya. Dan malam ulang tahunnya yang seharusnya penuh kebahagiaan, berakhir dengan tanda tanya. Apakah Kak Dev akan mengabulkan keinginannya, atau dia melepas janjinya itu. Dari dua kemungkinan itu, Daisy yakin, dia dan Kak Dev tidak akan sama seperti sebelumnya.

***

avataravatar
Next chapter