5 KENCAN DITENGAH SKANDAL (2)

*Pukul 19.00—setelah pulang dari makan ramen.*

"Kak Dev,"

"Euum?" Devian tidak bicara sepanjang perjalanan, tatapannya lurus kedepan. Biasanya dia selalu memancing Daisy untuk bercerita, atau dia akan menyalakan musik agar Daisy bisa bersenandung.

"Kita berhenti di sana." Daisy menunjuk sebuah Gedung yang memiliki rooftop terbuka dan ada sebuah taman di sana, taman itu benar-benar terlihat dari jalanan. Sepertinya itu tempat yang bagus untuk mengulur waktu.

"Hey, kau mau apa?"

"Lihatlah! Taman itu kerlap kerlip, aku mau melihat-lihat dulu."

"Dasar bocah, kau mudah sekali tertarik pada sesuatu."

"Cepatlah parkir mobilmu."

"Baiklah."

Mereka menaikki lift untuk naik ke rooftop itu, dan benar saja, rooftop itu benar-benar cantik, pemandangannya luas, hampir menjangkau semua bangunan di kota, benar-benar tempat yang sangat indah. Dia menyesal baru menemukan tempat itu.

"Kak dev,"

"Eumm."

"Kau yang bilang padaku kalau bintang itu banyak, kita tidak bisa hanya terpaku pada satu bintang, artinya, kita memiliki begitu banyak kesempatan dalam hidup. Benar bukan?"

"Benar."

"Kalau begitu, kenapa Kak Dev hanya terpaku pada satu orang, kenapa tidak membuka kesempatan untuk orang lain?" Ucap Daisy, kali ini dia benar-benar menatap mata Devian.

"Maksudmu?"

Daisy menunjuk hatinya, "hatiku sangat kuat, seperti Kata Kak Dev. Tapi aku juga tidak akan tahan kalau terus menerus disakiti, apa Kak Dev akan tahan?"

"…" Dev hanya diam.

"Kak Dev, aku belum pernah pacaran sebelumnya. Tapi aku tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang dan rasa sakitnya ketika orang yang kita cintai menyakiti kita."

"Apa kau pernah mencintai seseorang."

"Tentu saja. Bahkan sekarang pun masih." Jawab Daisy mantap.

"Astaga, adikku benar-benar sudah tau cinta-cintaan rupanya." Kak Dev mengacak rambut Daisy.

"Hisss jangan mengalihkan pembicaraan dulu. Kak Dev, benar-benar baik-baik saja?"

"Memangnya aku terlihat tidak baik-baik saja?"

"Benar. Jangan lupa aku calon psikolog. Kau tidak bisa berbohong padaku."

Dev kembali diam, dia menatap langit yang hanya ada sedikit bintang di sana, dan separuh bulan yang hampir tertutup awan.

"Kau tahu itu hanya skandal."

"Ketiga kalinya." Daisy menegaskan, seolah-olah dia tidak pernah lupa apa yang disebut dengan skandal.

"Kau tahu, kalau hubungan di dasarkan pada kepercayaan?"

"Aku tahu. Tapi,"

"Daisy, aku tahu, aku tidak bodoh, aku tahu aku selalu memberinya kesempatan, tapi kau tahu melepaskan jauh lebih sulit daripada mempertahankan? Aku benar-benar sedang berpikir, bagaimana aku menghadapinya, aku tahu."

"Kak Dev sangat mencintainya." Batin Daisy, dia tahu, sangat sulit bagi Kak Dev untuk memutuskan, karena bagi Kak Dev, Bella bagian penting dalam hidupnya, dia sangat mencintai wanita itu. Sama seperti Daisy yang mencintai Dev, itu sebabnya, dia marah, tapi tidak semudah itu untuk melupakannya.

"Kenapa menangis?" Dev melihat Daisy yang tiba-tiba terisak.

"Hiksss. Kenapa aku menangis?" Daisy malah balik bertanya.

"Astaga, apa kau sakit?"

Daisy menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar merasa cemburu dengan Bella, kenapa dia bisa menyia-nyiakan pria sebaik Kak Dev. Jika itu dirinya dia tidak akan peduli pada popularitas ataupun nama, selama bisa bersama Kak Dev, Daisy akan memberikan apa pun.

"Lihat. Bahkan bulan menghilang butuh proses, aku juga butuh proses. Jadi kau tidak perlu khawatir aku akan sedih, mengerti kan?" Dev lagi-lagi mengelus puncak kepala Daisy. Daisy hanya bisa mengangguk meng'iya'kan.

"Tapi, aku ingin tahu, apa yang membuat Kak Dev sangat mencintai dan percaya pada wanita itu?"

"Karena dia cinta pertamaku." Daisy langsung speechless dengan jawaban itu. Cinta pertama? Apa rasanya seperti perasan Daisy terhadap Kak Devian?

"Apa hanya karena itu?" Daisy masih penasaran

"Sebenarnya, dulu saat SMA, Bella satu-satunya gadis yang kukagumi. Dia optimis, pemberani, penuh mimpi, rendah hati, dan ramah, kau tahu? Saat itu dimataku dia benar-benar berbeda. Aku hanya melihat sisi sederhananya, dia- menarik perhatianku."

"Tapi aku tidak tahu- ternyata waktu bisa mengubah seseorang. Saat aku bertemu lagi dengannya 2 tahun lalu, aku masih memendam perasaan itu, aku beranikan diriku untuk menyatakan padanya. Tapi siapa sangka, dia sudah banyak berubah. Dia-bukan wanita yang sama seperti 13 tahun silam."

Daisy menepuk pundak Kak Dev dan tersenyum. "Aku tidak akan pernah berubah, aku akan tetap sama di mata Kak Devian. Benarkan?"

"Ahahaha. Benar kau masih bocah" Daisy langsung cemberut.

"Baiklah. Ayo kita pulang, kau akan masuk angin kalau terlalu lama di sini."

"Euum."

'Tidak apa kak Dev, selama kamu baik-baik saja, aku akan baik-baik saja. Tapi, aku benar-benar tidak bisa membiarkan wanita itu memiliki Kak Dev. Dia tidak pantas. Sangat tidak pantas.' Ucap Daisy dalam hatinya.

***

"Benarkan apa kubilang! Dia itu memang suka sekali mencari sensasi. Bahkan demi popularitas dia memilih jalan dengan pria lain." Naomi langsung berarugumen setelah mendengar cerita Daisy.

"Benar." Chika lagi-lagi menjadi tim pendukung.

"Nih coba kau pikir pakai logika, kalau dia benar-benar mencintai Kak Dev-mu itu, dia pasti tidak akan ragu untuk memberitahu hubungannya pada public. Kenapa mereka pacaran diam-diam selama dua tahun, tapi dia malah memilih mengekspos model pria untuk di jadikan pacarnya."

"Karena model menaikkan popularitas. Padahal uang dokter jauh lebih banyak dari model." Chika menyahuti.

"Padahal Kak Devian jauh lebih tampan daripada model apa pun. Dan dia lebih kaya, ayahnya direktur rumah sakit." Daisy malah berbicara sendiri.

"Husss kembali lagi ke permasalahan." Naomi memarahi Daisy.

"Kak Devianmu itu benar-benar sudah terbutakan oleh Bella." Naomi lagi-lagi menyudutkan Kak Dev.

"Memangnya wanita itu keunggulannya apa sih? Karena dia cantik?"

"Bukan." Jawab Daisy tegas.

"Karena dia popular?"

"Kau pikir Kak Dev orang seperti itu? dia tidak mencari kepopuleran tau."

"Lalu karena apa? Kau tahu tidak?" Naomi penasaran.

"Karena Kak Bella adalah cinta pertama Kak Dev saat SMA." Jawab Daisy.

"What?!" Naomi tampak terkejut.

"Kau tidak percaya?"

"Bukan itu. Maksudnya, mereka itu dulu saling kenal, lalu bertemu lagi?" Naomi menelan ludah.

"Benar."

"Aahhhh pantas saja, karena cinta pertama itu memang susah sekali dilupakan." Chika menimpali.

"Ya sudahlah, biarkan Kak Dev-mu saja yang memutuskan, kita ini hanya bisa menjadi penonton. Benar kan?" Naomi beranjak dari bangkunya, sepertinya dia kehabisan topik untuk menghujat.

"kenapa kau langsung berubah pikiran begitu?" Daisy merasa aneh, Naomi tampak tidak bersemangat seperti sebelumnya.

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, lagipula kau kan bukan istrinya, biarkan saja dia mengurus urusannya sendiri." Naomi pergi meninggalkan Daisy.

"Istri?" Gumam Daisy. 'benar, aku kan bukan istrinya. Tapi aku kan peduli padanya.'

"Huffft, yang sabar ya Daisy." Chika menepuk bahu Daisy. Setelah itu pergi mengikuti Naomi. Kini tinggalah Daisy sendirian di kamar, dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Karena tiba-tiba terbesit sebuah ide di kepala Daisy. Ide yang bisa membuat Kak Deviannya menjauh dari wanita itu.

***

avataravatar
Next chapter