9 ARTI HIDUP YANG SESUNGGUHNYA

2 minggu kemudian

Hari pernikahan

"Sayang, setelah Papa melepaskan tangan Papa dan menyerahkanmu pada Dev, kau seutuhnya miliknya. Apa kau sudah siap untuk itu?"

"Pa, aku tau Papa mengkhawatirkanku. Tapi, bukankah ini hal baik, karena Kak Dev yang akan menjagaku, dia tahu kondisiku. Bukankah begitu?"

"Maafkan Papa, Papa terlalu sibuk hingga sering mengabaikanmu. Dan sekarang pun, Papa masih tidak percaya kau sudah dewasa dan berdiri dengan gaun putih ini."

"Aku sendiri tidak menyadari diriku Pa, yang aku tahu, aku hanya ingin menghabiskan sisa umurku dengan Kak Dev. Dan aku senang karena Papa dan Mama mendukungku." Daisy tersenyum lembut, dia tahu, Papa dan Mama sulit melepasnya, tapi, mereka menyadari kalau waktunya bersama Daisy banyak yang telah terbuang, mereka hanya menginginkan kebahagiaan Daisy saja saat ini.

"dimana pun kau akan tinggal, dan kau akan bersama, yang perlu kau tahu, Papa dan Mama sangat-sangat menyayangimu. Di mata kami, kau selalu menjadi puteri kecil kesayangan. Ingat itu ya sayang,"

"Pasti. Pa, jangan membuatku meneteskan air mata. Hiks" Daisy benar-benar tidak tahan, dia ingin menangis dan memeluk Papa, tapi sebentar lagi dia akan memasuki altar.

Di dunia ini tidak ada kata 'seharusnya' apa kau tahu? Jika dua orang memang sudah ditakdirkan bersatu, maka tidak ada tempat bagi orang lain untuk mengatakan 'seharusnya'. Seperti hari ini 'Seharusnya Bella yang berdiri mendampingi Dev saat ini, dengan gaun putih dan mengucap sumpah dihdapan Tuhan.' Tidak bisa, tidak boleh mengatakan hal tersebut, karena tempat itu pada dasarnya adalah milik Daisy, hanya saja butuh proses untuk sampai ke sana.

"Sekarang kalian telah resmi menjadi suami istri." Setelah pendeta mengatakan itu, semua orang bertepuk tangan dan merasa senang.

Daisy menatap Kak Dev-nya, dan saat itu juga pendeta mempersilahkan mempelai pria untuk mencium mempelai wanitanya. Wajah Daisy langsung memerah. Dia tidak pernah membayangkan bibirnya akan dicium orang lain. Kak Dev tampak diam sejenak, kemudian dia mendekat pada Daisy, Daisy mencoba menahan ekspresinya, tangannya menggenggam kuat. Dia memejamkan matanya, dan ternyata Kak Dev mencium kening Daisy. Meski begitu Daisy tetap merasa seperti terbang ke awan, dia benar-benar tidak menyangka kalau hari ini akan tiba. Dia sudah resmi menjadi istri sesorang, dan pria itu benar-benar Kak Dev.

'Ya Tuhan, terima kasih- aku benar-benar aku jadi Hamba yang berbakti mulai sekarang.'

Sampailah pada acara makan-makan, Daisy duduk dengan Naomi dan Chika, karena hanya mereka berdua yang diundang. Daisy tidak meminta pesta mewah, dia hanya meminta pernikahannya diadakan di aula rumah sakit. Bukankah itu aneh? Tidak itu bukan tanpa alasan. Tapi Daisy mengatakan, jika pertemuannya dengan Kak Dev terjadi di rumah sakit, jika bukan karena itu, dia tidak mungkin bisa sampai sekarang.

"Gila. Kau menikah mendadak, di rumah sakit, dan apa ini? Tau-tau kau sudah jadi istri orang. Padahal minggu kemaren kau masih jomblo." Daisy baru saja duduk di ruang istirahat, Naomi sudah menodongnya dengan ocehan.

"Husss jangan keras-keras." Daisy membungkam mulut Naomi.

"berapa banyak hati laki-laki kampus yang kau buat patah hati jika mengetahui ini. Hiksss." Naomi mulai dramastis.

"Tapi gila. Kau tidak salah pilih suami." Naomi mengacungkan jempolnya. "Ganteng parah" Daisy berdecak, bukankah dia haters Kak Dev? Kenapa memujinya tampan sekarang.

Tapi memang benar, jika diceritakan prosesnya memang singkat. 3 minggu yang lalu, Daisy ulang tahun, dan melamar Kak Dev. Lalu beberapa hari kemudian Kak Dev setuju. Setelah itu mereka meyakinkan kedua orang tua masing-masing, meski Mama dan Papa menasehati Daisy agar tidak mengesampingkan pendidikannya dan dia setuju. Setelah itu mereka mengurus dokumen-dokumen pernikahan. Setelah itu memilih cincin dan gaun dalam waktu singkat, barulah mereka menikah 3 hari kemudian. Bukankah cepat? Langsung menikah tanpa bertunangan.

"Setelah ini apa yang akan kau lakukan?"

"Tidur. Aku capek sekali astaga."

"Dasar bodoh. Lalu tujuanmu untuk menikah itu apa?"

"Menemani Kak Dev."

"Bukan, tentu saja kau harus membuat keturunan dengannya."

"Hah? Yaaa Naomi kenapa kau mesum begitu." Daisy menjauhkan bibir Naomi dari telinganya.

"Benarkan, sesuai dugaanku. Gadis polos ini menikah hanya modal cinta tapi tidak pengalaman."

Dia tidak bodoh. Hanya saja, Daisy ingin Kak Dev mencintainya terlebih dahulu. Karena sekarang, dia masih mengaggap Daisy seorang adik kecil yang perlu dijaga. Daisy harus meyakinkan Kak Dev terlebih dahulu, kalau dia sudah benar-benar mampu menjadi istri yang baik. Baru setelah itu, dia bisa melangkah kedepan, memikirkan anak-anak mereka kelak.

"Makanya, kau cobalah menonton film blue,"

"Blue?" Daisy tidak mengerti.

"Haduhhh." Naomi menepuk dahinya. Tapi kali ini Daisy benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Naomi.

"Apa itu sejenis avatar berwarna biru?"

"Sudahlah lupakan."

"Daisy sayang," Panggil Bibi Anna

"Bibi Anna,"

"Aku juga Ibumu sekarang, panggil saja Mama Anna."

"Eumm." Daisy mengangguk.

"Eh, kalau begitu kami keluar dulu ya, permisi," Naomi dan Chika memutuskan menunggu di luar.

"Sayang, terima kasih ya," Ucap Bibi Anna lembut seraya mengelus rambut Daisy.

"Untuk apa Ma?"

"Karena kamu hadir dalam kehidupan Devian, karena kamu berani mengatakan didepan semua orang kau ingin bersama Devian. Mama benar-benar bersyukur,"

"Ma, aku akan berusaha, agar tidak mengecewakan Mama dan Kak Dev, aku benar-benar menyayangi Kak Dev."

"Mama tahu, dan Mama yakin, suatu saat Dev juga akan mencintaimu sebagai seorang wanita, satu-satunya wanita. Mama yakin itu,"

"Euum. Terima kasih sudah percaya padaku," Daisy memeluk Bibi Anna hangat, sekarang, awal dari kehidupan yang sebenarnya baru saja dimulai. Dan gadis itu sudah menyiapkan mentalnya dengan baik.

***

avataravatar
Next chapter