9 9. Jangan Habiskan Semuanya Untuk Gue, Lea

"Maksud Saturnus? Kok jadi kesana pembicaraannya? Saturnus sengaja ya ngalihin pembicaraan? Iya kan?" tanya Lea curiga. Andai saja Saturnus ada di depannya sekarang, pasti Lea sudah menatap Saturnus penuh kecurigaan. Sayangnya hanya suara Saturnus yang dapat ia dengar, padahal Lea sangat merindukan Saturnus dan ingin sekali melihat Saturnus yang sangat tampan itu di matanya... Ralat, bukan di matanya saja, tapi di setiap mata semua perempuan di sekolahnya.

"Enggak gitu Lea. Gue hanya ingin tanya, jadi bahagianya Lea sesederhana itu? Hanya dengan teleponan sama gue atau ketemu gue, sudah mampu buat Lea bahagia? Begitu? Benar begitukah?" tanya Saturnus sekali lagi. Apakah ia benar-benar bisa mewujudkan keinginan Lea dan membuat Lea bahagia tanpa harus menjadikan Lea kekasihnya? Saturnus hanya tak ingin berkomitmen, ia belum siap.

"Iya Saturnus, benar, benar sekali." sahut Lea dari seberang telepon dengan suara yang terdengar bingung. Tentu saja Lea bingung, bagaimana tidak? Saturnus tiba-tiba bertanya tentang hal itu? Memangnya apa yang akan Saturnus lakukan? Tidak Lea, jangan berharap terlalu banyak. Saturnus tidak menyukaimu, ingat itu! Maki Lea dalam hatinya. Ia memang tak boleh terlalu berharap banyak pada Saturnus, sudah jelas-jelas Saturnus menolaknya mentah-mentah. Mungkin Saturnus menanyakan itu hanya sekedar ingin tahu saja...

"Oke, gue akan lakukan itu." sahut Saturnus mengiyakannya dan tak lupa refleks ia mengangguk, walaupun Lea tak melihatnya. Tapi ia tahu, pasti Lea akan sangat senang ketika mendengar responnya ini. Bagaimana tidak senang? Bukankah segala perhatian dari Saturnus yang Lea inginkan terus? Saturnus akan berkorban untuk membuat orang yang mencintainya bahagia, walaupun ia tak cinta dengan Lea, tapi ia harus menghargai perasaan Lea. Karena dihargai adalah hal yang menyenangkan bukan?

"Hah? Maksudnya Saturnus? Maaf Lea gagal paham." ucap Lea setengah tak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang. Benarkah tadi itu Saturnus yang berbicara begitu padanya? Sangat sulit dipercaya! Ini bukan mimpi kan? Tidak. Ia ingat sekali bahwa ini bukanlah mimpi. Lalu bagaimana laki-laki sedingin Saturnus mau melakukan itu untuknya? Dirinya bukanlah orang yang spesial untuk Saturnus, bukan sama sekali. Namun kenapa Saturnus mau melakukan itu untuknya?

"Gak paham dimananya Lea?" tanya Saturnus dengan sabar. Apanya yang Lea tidak paham? Bukankah pernyataannya sudah cukup jelas? Lalu apalagi? Jujur saja, Saturnus merasa geli sendiri dengan apa yang ia katakan barusan. Baru kali ini ia bersikap manis pada perempuan. Biasanya ia tak akan peduli pada perempuan manapun. Saturnus belum memiliki ketertarikan untuk menjalin sebuah hubungan istimewa, ia sendiri tak tahu kenapa, yang jelas hanya tak ingin saja...

"Itu yang tadi Saturnus katakan itu... Lakukan itu, apa maksudnya? Lakukan apa Saturnus?" tanya Lea menahan nafasnya. Ia tak sanggup, ia ingin pingsan sekarang juga. Ia tak siap mendengar jawaban Saturnus yang dipastikan mampu membuatnya merasa terbang melayang di udara. Tuhan! Tolong Lea! Lea gak mau pingsan. Oh Saturnus... Kenapa sih selalu bisa buat Lea berbunga-bunga. Lama-lama Lea bisa gila sendiri nih kalau gini terus. Saturnus bertingkah seakan-akan tak peduli padanya, tapi nyatanya Saturnus sangat memperdulikannya... secata diam-diam.

"Buat lo bahagia. Kenapa? Apa gue salah?" tanya Saturnus kembali berbicara dengan nada cueknya. Tapi ketahuilah, Saturnus mati-matian menahan degupan jantungnya agar ia tidak jantungan. Tidak! Ini bahaya untuk kesehatan jantunganya. Tidak boleh begini lagi, tidak boleh. Arghhh! Bodoh banget sih Saturnus, bodoh banget. Kenapa ia bertindak seperti orang konyol seperti ini? Hanya karena seorang Lea? Tidak. Sepertinya Dunia memang akan benar-benar kiamat besok.

"Ah? Apa Saturnus? Enggak Saturnus! Saturnus gak salah sama sekali kok. Lea senang banget dengarnya. Makasih Saturnus, sudah buat Lea bahagia. Makasih Saturnus, hanya dengan kata-kata sederhana Saturnus saja mampu buat Lea ngerasa tenang banget." sahut Lea dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca, ia ingin menangis. Bukan, bukan tangis kesedihan, tapi tangis kebahagiaan. Lea masih tak percaya ini, semuanya benar-benar sulit dipercaya, semuanya seperti mimpi. Mimpi sangat indah yang menjadi kenyataan. Tolong... Jika ini benar mimpi, Lea tak ingin bangun dari mimpi indah ini.

"Bagus kalau begitu, memang itu tujuan gue." sahut Saturnus dari seberang telepon dengan nada cuek yang sama dan berdeham pelan. Saturnus merasa dirinya kembali ingin tidur. Namun tak mungkin, jika ia tidur kembali. peluangnya terlambat ke sekolah bisa mencapai 90%. Ia tak mau mempermalukan dirinya di hari pertama menginjakkan kaki di kelas XI. Bisa-bisa hilang kharismanya sebagai Ketua OSIS jika ia sampai terlambat.

"Makasih Saturnus, Makasih banyak. Lea jadi semakin sayang deh sama Saturnus." ucap Lea dengan semangat menggebu-gebu. Suasana hatinya sedang sangat baik sekarang, berkat satu orang yang dicintainya. Siapa lagi jika bukan seorang Saturnus Alexius Gyama? Hanya nama itu yang terukir manis di hatinya. Nama yang tak pernah tergantikan dengan siapapun. Nama yang selalu ia rindukan setiap malam. Nama yang selalu ada di setiap doanya. Lea hanya bisa berdoa supaya hati Saturnus sedikit mencair untuknya, karena tak ada yang bisa ia lakukan untuk mencairkan hati Saturnus, hanya Tuhan yang mampu mencairkannya, jadi ia hanya memohon pada Tuhan agar segala usaha dan perjuangannya tidak sia-sia.

"Jangan! Jangan semakin sayang sama gue. Gue gak bisa balas perasaan lo Lea. Gue bilang mau bahagiain lo itu bukan berarti gue nerima lo sebagai pacar gue, kita cukup dekat sebagai teman, seperti permintaan lo, gak lebih. Jadi jangan terlalu banyak menaruh harapan ke gue, Lea. Jangan buat gue merasa semakin bersalah. Jangan buat gue merasa jahat sama lo. Gue hanya berusaha untuk menghargai lo dan ingin buat lo sedikit bahagia. Itu saja." sahut Saturnus dengan suara yang tak menunjukkan kelembutan sama sekali, lebih terkesan dingin. Saturnus hanya ingin tegas. Saturnus berusaha mengelak dan membuang jauh-jauh perasaannya yang sudah mulai nyaman pada Lea.

"Iya Saturnus, Lea ngerti kok. Lea tahu, Lea paham, Lea sadar. Tapi Lea hanya ingin menghabiskan seluruh rasa suka, rasa sayang dan rasa cinta Lea untuk Saturnus saja, agar tak ada yang tersisa lagi. Karena Lea... Lea gak ingin mencintai laki-laki lain selain Saturnus. Sampai kapan pun hanya Saturnus yang Lea suka. Lea akan terus ngejar Saturnus, sampai Saturnus mau noleh ke Lea." ucap Lea dengan suara yang bergetar. Baru saja Saturnus menerbangkannya ke langit dengan sangat manis, tiba-tiba Saturnus langsung menghempaskannya ke tanah dengan sangat keras. Sakit. Sangat sakit. Tapi Lea bisa apa? Ia sudah tahu resiko ini sejak awal jika ia memilih memperjuangkan laki-laki dingin seperti Saturnus. Ia pikir tak akan sesakit ini...

"Jangan habiskan semuanya untuk gue Lea. Semakin dalam lo mencintai seseorang, lo akan semakin sakit karena tingkahnya yang tidak sesuai harapan lo. Kadang apa yang kita harapkan memang tak sesuai keinginan kita. Gue hanya gak mau lo semakin terluka karena gue Lea. Jangan buat gue terus ngerasa jahat Lea." ucap Saturnus dengan suara yang terdengar sedikit memohon. Saturnus benar-benar tak paham lagi, kenapa ia bisa dicintai oleh perempuan sampai sedalam ini?

avataravatar
Next chapter