4 4. Lea Bodoh

"Saturnus mau nanya apa?" tanya Lea pada Saturnus dari seberang sana.

"Lo beneran pernah kesurupan?" tanya Saturnus pada Lea dengan polosnya.

"Ha?" tanya Lea melongo dengan tampang cengo-nya di tempat yang berbeda di seberang sana.

"Kata lo tadi, lo sering kesurupan. Memangnya benar?" tanya Saturnus lagi masih sedikit kepo. Entah kenapa ia merasa nyaman mengobrol dengan Lea pada pagi - pagi buta begini. Entah untuk menghilangkan rasa bosan atau benar - benar senang? Saturnus tidak tahu pasti alasannya.

"Oh itu... Iya lumayan sih. Iya pernah... Eh... Enggak juga..." sahut Lea dengan jawaban berubah - ubah. Tidak, nyatanya Lea belum pernah merasakan kesurupan. Yang tadi itu hanya sebuah perumpamaan saja. Ia tak menyangka Saturnus menganggap itu serius.

"Ah? Gimana sih? Jadi pernah atau enggak? Kok jawabannya tidak tetap pendirian gitu?" tanya Saturnus tidak paham dengan jawaban yang Lea berikan. Lagian kenapa ia se-ingin tahu begini terhadap urusan Lea? Bukannya biasanya ia tidak pernah peduli dan menggubris apapun tentang Lea? Kenapa sekarang ia berubah? Apakah hatinya sudah mulai terbuka untuk Lea? Tidak! Ini tidak boleh dibiarkan. Saturnus belum siap untuk membuka hatinya.

"Kalau kesurupan beneran enggak pernah sih Saturnus, kalau bohongan... sering sih." sahut Lea dengan nada berpikir. Kenapa terkesan ambigu apa yang dikatakannya ini... Memangnya ada ya kesurupan beneran dan kesurupan bohongan? Ah! Sepertinya ia mulai sedikit tidak waras karena kegirangan tadi. Saturnus memang selalu bisa membuatnya bahagia. Walaupun Saturnus tak pernah menerimanya, setidaknya Saturnus mau meresponnya untuk sekedar mengobrol kecil. Itu saja sudah lebih dari cukup baginya.

"Aih? Memangnya ada kesurupan bohongan? Seperti apa itu contohnya Lea?" tanya Saturnus sedikit tidak paham dengan maksud Lea. Lea selalu saja memiliki kata-kata yang sulit di mengerti olehnya. Padahal sebenarnya ia sedikit lebih cerdas dari Lea. Tapi tetap saja ia selalu merasa bodoh jika di depan Lea. Lea multi talenta. Lea selalu bisa apapun yang kadang ia tidak bisa. Jujur saja ia merasa salut dengan kecerdasan Lea. Namun Lea bodoh, banyak laki-laki yang mengejarnya namun tak satupun ia respon, Lea malah mengejarnya tanpa menyerah.

"Hmm... Kalau Lea bilang sama Saturnus, Saturnus marah gak?" tanya Lea sedikit ragu, sangat terdengar dari nada bicaranya yang menimang-nimang. Benar saja ia merasa ragu, ia takut salah bicara jika sudah bicara dengan Saturnus, ia hanya takut jika Saturnus marah padanya. Saturnus tidak pernah marah padanya, biasanya hanya tidak meresponnya sama sekali. Saturnus laki-laki yang sempurna di matanya, baginya hanya Saturnus yang pantas ia perjuangkan mati-matian, tidak yang lain.

"Tergantung..." sahut Saturnus singkat. Ia tampak berpikir sejenak. Kenapa kedengarannya Lea sangat ragu mengatakannya? Apakah ini akan membuatnya marah pada Lea? Tapi Saturnus tidak pernah marah dengan siapapun, bukan, lebih tepatnya ia tidak terlalu peduli. Jadinya tidak ada rasa marah di hatinya karena ketidakpeduliannya itu. Saturnus cenderung tak suka mengurus hidup orang lain, Saturnus tak suka menggubris apa kata orang tentang dirinya. Baginya ini adalah hidupnya, dirinya yang menentukan hidupnya bukan orang lain. Untuk apa peduli kata orang? Toh ia yang menjalaninya. Namanya hidup di dunia, kita tak akan bisa memaksa semua orang agar menyukai kita kan?

"Tergantung apa Saturnus? Kok jawabannya tergantung sih? Kan harusnya Saturnus itu jawab Iya atau Tidak, bukan tergantung." sahut Lea dengan wajah yang sengaja di cemberutkan. Ia tahu Saturnus tak dapat melihat raut wajahnya yang sedang cemberut sekarang. Tapi setidaknya Saturnus dapat mengenali perubahan nada bicaranya. Tentu saja Saturnus dapat mengenali bahwa dirinya sedang kesal. Kenapa? Karena Saturnus sudah hafal dengan sifat dirinya. Bagaimana tidak? Kan dirinya selalu mengganggu Saturnus setiap saat. Saturnus risih? Tentu saja. Tapi Saturnus diam karena Saturnus menghargainya.

"Harus banget jawabnya Iya atau Tidak?" tanya Saturnus lagi dengan senyum yang tertahan. Saturnus sudah gila! Pagi ini sudah berapa kali Lea membuatnya tersenyum? Tidak! Ini tidak mungkin. Saturnus tidak mungkin luluh oleh Lea. Saturnus tidak boleh luluh. Sejak awal Lea bukanlah tipenya. Mana mungkin ia bisa menyukai perempuan yang bukan tipenya? Tapi tak bisa dibantah lagi, kenyataannya adalah lama-kelamaan Lea membuatnya salut ketika melihat perjuangan perempuan ini mengejarnya tanpa pernah menyerah sama sekali.

"Harus Saturnus!" ucap Lea dengan suara yang menggebu-gebu. Tentu saja. Ia hanya mau menerima jawaban Iya atau Tidak, karena hanya jawaban itulah yang meyakinkan. Sedangkan tergantung adalah jawaban yang tidak pasti kebenarannya. Dan Lea tidak mau dipusingkan dengan jawaban yang tidak pasti itu, Lea hanya mau yang pasti-pasti saja. Tapi tunggu sebentar, bukankah hubungannya dengan Saturnus ini tidak pasti? Ah sudahlah! Ingat Lea, Saturnus gak bakalan pernah mungkin suka balik sama lo, jadi jangan terlalu banyak berharap, tapi lo juga gak boleh menyerah Lea, gak boleh. Dalam kamus Lea tidak ada kata menyerah. SEMANGAT!

"Kenapa harus?" tanya Saturnus lagi masih iseng menggoda Lea. Kita lihat saja sampai seberapa sabarnya Lea menghadapinya. Jujur saja Saturnus tidak suka dikejar oleh perempuan. Saturnus cenderung suka mengejar perempuan. Namun sampai saat ini belum ada perempuan beruntung yang mendapatkan kesempatan untuk bisa dikejar oleh Saturnus. Karena Saturnus belum tertarik oleh perempuan manapun. Saturnus masih ingin fokus belajar mengejar cita-citanya agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

"Ih! Sejak kapan seorang Saturnus bisa berubah menjadi banyak bicara seperti ini? Bukannya Saturnus adalah sosok laki-laki yang dingin dan tidak peduli dengan siapapun yang mengusiknya, termasuk aku?" tanya Lea dengan suara memelan. Ia merutuki mulutnya yang dengan lancang berbicara begitu pada Saturnus. Ia memang sedang mencari mati. Bodoh banget sih Lea, bodoh banget! Kenapa bisa sampai kelepasan ngomongnya? Sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah, pasrah jika Saturnus benar-benar akan marah, tidak memperdulikannya dan semakin menjauh darinya.

"Kenapa gue harus peduli sama lo? Lo siapa gue?" tanya Saturnus dengan nada suara yang dingin. Entah kenapa ia merasa kesal dengan kata-kata Lea. Ia bukannya tersinggung dengan kata-kata Lea, ia hanya tidak suka saja Lea berbicara begitu padanya. Karena Lea selalu lembut jika berbicara padanya, ia tidak marah, hanya saja ia menolak jika sikap Lea padanya harus berubah. Ia tidak dapat memungkiri lagi bahwa ia tidak mau Lea berubah. Akhir-akhir ini ia merasa lebih senang ketika ada Lea di hidupnya, ia merasa nyaman. Hanya saja ia masih terus menolak keras bahwa ia menyukai Lea, ia tidak mau mengakui itu. Ia yakin itu hanya perasaan nyaman sebagai teman saja, tidak lebih.

Lea bungkam dan merasa bingung harus menjawab apa. Ia sangat merasa bahwa dirinya memanglah sangat salah, karena tak sepantasnya ia berbicara begitu pada Saturnus. Ia ingin meminta maaf namun tidak berani. Ia merasa gugup, namun tak mungkin ia tidak menjawab perkataan Saturnus. Ia tidak mau Saturnus semakin marah lagi padanya, Lea tak mampu jika harus menerima bahwa Saturnus semakin menjauhinya.

avataravatar
Next chapter