12 12. Gue Bingung Lea

"Makasih Lea. Makasih banyak lo udah ngertiin gue. Gue... Setidaknya gue sedikit lebih lega karena ada yang bisa ngertiin gue. Setidaknya lo gak maksa-maksa gue. Gue cuma belum siap buat berkomitmen Lea. Gue rasa gue belum bisa buat pacar gue bahagia nantinya. Dan gue juga mikir kalau lo bukan tipe yang gue suka. Gue minta maaf Lea, gue cuma gak mau bohongin lo dan perasaan gue sendiri." ucap Saturnus dengan nada menyesal. Ia merasa bahwa dirinya sangat jahat telah berbicara begitu. Namun jika tidak, Lea akan terus mengharapkannya.

"Iya Saturnus, Lea ikhlas kok... Lea gak maksa Saturnus buat mau jadi pacar Lea. Lea tahu kalau Lea bukan tipe perempuan yang Saturnus suka. Beruntung banget yang jadi tipe Saturnus ya? Andai aja Lea bisa dapat kesempatan. Lea... Lea cuma pengen tahu gimana tipe yang Saturnus suka... Apa Saturnus gak mau kasih tahu Lea?" sahut Lea dari seberang telepon dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca. Ia sedih... Ia mati-matian mengejar Saturnus, tapi Saturnus tak pernah melihatnya. Dan satu hal yang makin membuatnya sakit adalah dirinya bukan tipe perempuan yang Saturnus suka.

"Gue bukannya gak mau kasih tahu Lea. Gue... Gue cuma... Gue cuma bingung Lea. Gue juga gak tahu, tipe perempuan yang gue suka kaya gimana. Gue belum mikir kesana. Gue masih ingin fokus sekolah, biar bisa keterima di kampus yang gue mau nanti. Gue pengen sukses pakai usaha gue sendiri, bukan karena orang tua gue. Gue ingin bahagiakan mereka dulu. Gue belum mikirin pacaran. Gue... Gue minta maaf Lea, udah sakitin lo berkali-kali." ucap Saturnus tak tahu lagi harus bagaimana. Menyakiti Lea rasanya ia menyakiti dirinya sendiri. Lea terlalu baik untuknya. Lea pantas mendapatkan yang lebih baik darinya, namun Lea tak mau berhenti mengejarnya, tak mau pergi...

"Gak apa-apa Saturnus. Lea ngerti kok, kalau memang itu cita-cita yang mau Saturnus wujudin, Lea dukung banget. Semoga saja Saturnus bisa wujudin apa yang Saturnus impikan ya? Lea bakal bahagia banget kalau Saturnus udah sukses nanti. Beda banget sama Lea, yang belum tahu mau ngapain nanti setelah lulus SMA. Padahal kita SMA tinggal 1 tahun lagi, 1 tahun itu cepat Saturnus. Gak kerasa bagi Lea." sahut Lea dengan tatapan menerawang. Ia tak tahu.. Kenapa ia merasa semuanya berjalan begitu cepat, sedangkan ia belum tahu mau lanjut kemana nantinya. Apakah Lea tak akan kuliah?Lalu jika tidak kuliah, apa yang bisa Lea lakukan?

"Iya Lea, mungkin bagi lo 1 tahun itu cepat. Tapi bagi gue rasanya lama banget, karena gue selalu nunggu moment itu. Gue udah pengen cepat-cepat lulus. Gue ingin suasana baru. Gue bosan belajar pelajaran SMA. Gue ingin cepat kuliah dan lulus, lalu kerja sampai gue sukses. Gue hanya ingin bahagiain orang tua gue, itu aja... Gue belum mikirin gimana diri gue kedepannya soal percintaan gue. Gue gak tahu Lea, bingung gue." ucap Saturnus dari seberang telepon dengan bersungguh-sungguh. Nyatanya Saturnus tidak berbohong dengan apa yang diungkapkannya. Ia sudah jujur. Lebih baik dari sekarang ia jujur pada Lea, karena ia baru punya kesempatan dekat dengan Lea, jadi ia bisa memberitahu Lea semuanya.

"Iya Saturnus, niat Saturnus itu bagus kok. Lea salut banget sama Saturnus, Saturnus memang hebat banget. Gak salah Lea suka sama Saturnus, hehehe... Oh iya Lea ngerasa 1 tahun itu cepat karena Saturnus loh, kan Lea ngejar Saturnus tiap hari sampai Saturnus mau respon Lea kaya sekarang. Jadi bagi Lea, Saturnus yang buat hari-hari Lea jadi menyenangkan dan semuanya terasa cepat." ucap Lea dengan suara yang terdengar senang. Ya, Lea sangat antusias. Bagaimana tidak? Saturnus sangat baik padanya. Saturnus tak menolaknya lagi, Saturnus mengizinkannya untuk mengejarnya lagi. Itu saja sudah cukup baginya dan mampu membuatnya sangat bahagia.

"Jadi lo ngerasa 1 tahun itu cepat karena gue?" tanya Saturnus sedikit tercengang dengan pengakuan Lea. Sungguh Saturnus sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiran Lea. Kenapa sampai segitunya Lea mencintainya? Padahal ia sama sekali tak ada berbuat apapun yang bisa membuat Lea menyukainya. Namun Lea menyukainya dengan sendirinya. Apa yang Lea lihat dari dirinya? Dirinya hanya lali-laki dingin dan cuek yang dikenal orang-orang. Walaupun ia berprestasi dan menjadi Ketua OSIS, tapi tetap saja bagi orang-orang ia sangatlah menyebalkan.

"Iya Saturnus. Tentu saja itu karena Saturnus. Saturnus adalah semangatnya Lea. Karena Saturnus Lea bisa selalu ceria. Makasih ya Saturnus, sudah menjadi sosok hebat di hidup Lea." ucap Lea dengan suara tak sesenang tadi. Mendadak hatinya merasa tidak enak. Mendadak hatinya sedikit merasa sedih ketika membicarakan ini. Ia takut jika Saturnus marah dan membencinya. Ia tak mau itu terjadi, sangat susah membuat Saturnus luluh dan mau meresponnya. Tak mungkin ia diam begitu saja jika Saturnus menjauhinya, namun tak mungkin juga ia memaksa Saturnus agar mau kembali meresponnya lagi kan?

"Sebenarnya semua bukan karena gue Lea. Sebenarnya itu karena diri lo sendiri. Lo berusaha untuk ceria ngejalanin hari-hari lo, itu sudah bagus. Mungkin gue hanya bagian dari cerita hidup lo. Bukan gue pemeran utamanya, tapi lo Lea. Lo harus hargai diri lo sendiri dulu, agar lo bisa lebih menghargai orang lain. Semangat Lea. Gue yakin lo bisa." ucap Saturnus mengingatkan Lea akan hal ini. Lea selalu menganggap dirinya yang terpenting, padahal sesungguhnya diri Lea sendiri yang terpenting. Saturnus tak ada melakukan apapun. Saturnus tak ada membuat Lea merasa lebih baik, yang ia tahu dirinya hanya membuat Lea sakit dan terluka.

"Kalau Lea gak bisa gimana Saturnus?" tanya Lea lagi dengan suara yang bergetar, terdengar dari seberang telepon. Ia harap Saturnus tak mendengar bahwa dirinya sedang ingin menangis sekarang. Ia tak mau Saturnus mendengarnya dan mengetahuinya. Lea tak mau Saturnus menyalahkan dirinya lagi atas apa yang terjadi pada Lea. Lea berharap Lea bisa membuat Saturnus tidak kesepian lagi. Lea akan berusaha ada di dekat Saturnus saat Saturnus membutuhkannya.

"Lo pasti bisa Lea. Gue yakin lo bisa. Gak ada yang gak bisa di dunia ini Lea. Kita hanya perlu berusaha. Lo kuat, gue yakin lo kuat." ucap Saturnus berusaha menyemangati Lea yang sedikit tidak percaya diri. Bagaimana mungkin seorang Lea yang nyaris sempurna dalam segala hal, multi talenta, merasa tidak percaya diri seperti ini? Sungguh tak bisa dibiarkan jika ini terjadi. Saturnus tak mau Lea seperti itu. Saturnus ingin Lea selalu mensyukuri apa yang ia punya dan semangat menjalani hari-harinya walaupun tanpa dirinya. Tapi... Tunggu sebentar! Kenapa ia yang repot? Kenapa ia sangat peduli pada Lea? Mungkin kah rasa ini lebih dari sekedar teman? Mungkin kah Saturnus sudah mulai menaruh rasa untuk Lea? Tidak! Tidak bisa dibiarkan ini terjadi. Saturnus tak mau jatuh cinta pada perempuan sebaik Lea.

"Sudah lah Saturnus, jangan terlalu menyemangati Lea seperti itu, nanti jika Lea gak bisa, malah buat Saturnus kecewa. Lea akan berusaha mengikuti nasehat Saturnus, tapi Lea gak yakin bisa menjalaninya Saturnus. Saturnus jangan bahas itu lagi ya? Kita bahas yang lain saja gimana? Yang jauh lebih seru..." ucap Lea dengan suara yang sangat berantusias dari seberang telepon. Lea berpikir, memutar otaknya, apa kira-kira topik yang ia akan bahas pada Saturnus kali ini? Kenapa pikirannya mendadak sebuntu ini? Padahal biasanya Lea selalu memiliki ide cemerlang di kepalanya, kenapa sekarang ide itu seperti hilang ditelan pikirannya sendiri?

avataravatar
Next chapter