6 Chapter 6 : It's Her

Lexy hanya melongo mendengar penjelasan dari Christine. Apa maksudnya mainan? Ia tidak habis pikir, hanya karena menginjak kaki dan membuat sepatu Peter lecet sedikit, lelaki itu langsung menjadikan Christine sebagai mainan sampai hari wisuda?!

"Kenapa kau mau!!"

"Aku sudah berusaha menolaknya Lexy, tapi dia terus memaksaku."

"Tolak lebih keras lagi!"

"Lagian aku tidak punya pilihan, aku tidak punya uang banyak untuk mengganti sepatunya."

"Kenapa kau tidak minta saja pada kakakmu Kevin?!"

"Kau tau aku sedang marah kepada ayahku. Meminta uang kepada kakak hanya akan membuat mereka berpikir kalau aku sudah menyerah dan menerima tawaran mereka." Christine mendesah lelah.

"Tapi setidaknya itu lebih baik daripada kau harus menjadi 'mainan' selama sebulan!"

Memang benar apa yang dikatakan oleh Lexy, apa Christine pulang saja ke rumah? Tapi ia tidak ingin di jodohkan. Ia ingin mencari jodohnya sendiri! Mengingat bagaimana kakaknya Kevin menyetujui perjodohan itu membuat Christine semakin meradang.

Christine lelah, ia lelah karena harus memikirkan semua ini. Ia akhirnya memutuskan untuk bolos kuliah dan segera keluar kelas, mengabaikan Lexy yang terus memanggilnya. Ia pergi ke kantin membeli air mineral kemudian berjalan kearah lapangan.

Namun di tengah perjalannya, Christine terlonjak kaget karena tiba-tiba ia merasakan sepasang lengan kokoh memeluk pinggangnya dari belakang dan kemudian langsung memutar tubuhnya, membuatnya bisa melihat lelaki itu dihadapannya sedang menatapnya heran.

"Babe kenapa kau di luar? Bukankah kau ada kelas?" Tanya Peter heran. Lelaki itu menatap wajah Christine, tangannya masih melingkar di pinggang wanita itu.

"Siapa yang kau panggil babe?!" Tanya Christine kesal

"Kau, jadi kenapa kau tidak kelas?" Jawab Peter dan langsung menanyakan ulang pertanyaannya yang belum dijawab Christine

"Aku bolos."

"Kenapa?"

"Aku sedang malas. Sedang apa kau di sini? Bukankah tadi kau bilang mau pulang setelah mengantarku?" Tanya Christine memicingkan matanya penuh selidik.

"Aku tidak jadi pulang. Aku melihat Caroline mendatangimu tadi, jadi aku menunggunya dan berbicara dengannya. Apa dia melukaimu?" Tanya Peter dengan tatapan santainya.

"Tidak dia tidak melukaiku. Bisakah kau melepaskan tanganmu dari tubuhku?! Kau membuat semua orang melihat kearah kita!" Tukas Christine dengan nada sedikit jengkel.

"Ku kira kau menyukainya, aku memelukmu dari tadi dan kau baru protes sekarang." balas Peter sembari terkekeh pelan dan tersenyum nakal.

Christine mendengus kesal dan berbalik meninggalkan Peter yang masih mengikutinya dari belakang. Entah kenapa sebenarnya dia menyukai saat Peter memeluknya tadi, ia merasa nyaman saat lengan kokoh pria itu melingkar di pinggangnya. Hanya saja ia merasa risih karena dipandangi oleh banyak orang.

"Bukankah kau sudah berbicara dengan Caroline, lalu kenapa kau masih belum pulang juga!" Tanya Christine kesal karena Peter masih mengikutinya dari belakang.

"Sebenarnya tadi aku sudah mau pulang, tapi aku melihatmu keluar kelas jadi aku mengikuti mu." jawab Peter masih dengan nada santainya.

"Oh, mungkin sekarang kau bisa pulang Peter." usir Christine dengan suara lembut, namun tetap saja maksudnya mengusir.

"Apa kau mengusirku, baby?" Tanya Peter dengan satu alis terangkat.

"Kalau kau tidak mau pulang, mungkin kau bisa pergi." ucap Christine datar, ia mempercepat langkahnya berusaha menjauh dari Peter. Ia tidak ingin melihat Peter hari ini.

"Kenapa kau mengusirku, sayang?"tanya Peter dengan nada seperti sedikit merajuk karena diusir.

"Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu?! Aku bukan kekasihmu!" Ucap Christine sedikit berteriak. Ia jengah mendengar panggilan 'sayang' dari Peter.

"Kau memang sedang menjadi kekasihku, sayang." balas Peter sambil terkekeh pelan sembari menatap Christine yang terlihat sedang menahan marah.

"Arrrgghhh terserah! Sekarang bisakah kau pergi?!!" geram Christine frustasi karena Peter tetap mengikutinya, sepertinya lelaki itu memang berniat membuatnya kesal.

"Kenapa aku harus pergi babe?" Tanya Peter dengan nada manja yang terdengar sangat memuakkan di telinga Christine.

"Karena aku sedang ingin sendiri!!" Teriaknya frustasi kemudian berlari meninggalkan Peter.

Peter tidak mengejar Christine lagi, ia membiarkan Christine sendiri seperti yang diminta wanita itu.

Saat sedang berjalan menuju mobilnya, ia melihat Allen juga ada di kampus. Akhirnya ia tidak jadu berjalan menuju mobil melainkan memilih berjalan ke arah Allen.

"Sedang apa kau di kampus? Bukankah kau sudah libur sampai hari wisuda?" Tanya Allen begitu Peter sampai di hadapannya.

"Aku tadi mengantar Christine." jawab Peter santai.

"Benarkah? Lalu kenapa kau masih di sini? Apa kau tidak pergi?" Tanya Allen ingin tahu. Tidak mungkin Peter menunggu Christine di kampus sampai sore dan mengantakan wanita itu pulang.

"Iya, tadi aku juga sudah ingin pulang tapi aku melihat Caroline dkk menemuinya, jadi aku menunggu mereka selesai dan berbicara pada Caroline." jawab Peter datar.

"Tumben sekali kau berbicara dengan Caroline setelah dia melabrak wanitamu? biasanya kau tidak peduli dengan Caroline apapun yang dia lakukan kenapa sekarang kau kesal?" Tanya Allen menyipitkan matanya penuh selidik.

"Entahlah wanita ini berbeda, aku selalu suka saat menggodanya dia terlihat lucu." jawab Peter sambil tersenyum namun tatapannya kosong.

"Jangan bilang kalau kau menyukainya?"

"Kau ingat saat aku berkata ayahku menjodohkanku dengan seorang perempuan? Ternyata dia perempuan itu, aku tidak pernah melihat fotonya aku hanya tau namanya. Dan lagi dia sangat menarik." ucap Peter sembari tersenyum. "Ku dengar dia menolak perjodohan itu dan pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa, dia kuliah karena beasiswa dan saat ini ia juga bekerja untuk makan sehari-hari, sebegitu kerasnya ia menolak perjodohan itu sampai tidak mau menerima uang dari keluarganya sepeserpun! Bukankah dia sangat menarik?" Ucap Peter dengan datar terkesan santai namun ada tersirat amarah juga.

"Apa dia tahu kalau kau yang dijodohkan dengannya?" Tanya Allen penasaran

"Sepertinya dia tidak tahu melihat dari sikapnya saat menghadapi ku. Dan satu lagi aku rasa aku tidak menyukainya, mungkin aku bisa memberinya pelajaran karena sudah menolak ku." kata Peter dengan senyuman evil-nya.

avataravatar
Next chapter