My Ignorant Lover

Cintaku... apakah benar aku bisa menyebutnya seperti itu...?! Dalam lubuk hati hina ini yang terdalam, sungguh ingin selalu dan selalu berada disisimu. Aku benar mengakui keserakahanku akan keadaan ini. Keadaan hati hina ini yang aku tidak tahu kenapa, selalu menerpa dengan beban paksaan agar tidak mau untuk tidak memikirkan tentangmu di kala tidak disisiku. Dan untuk bisa memilikimu. Seringkali ku berpikir betapa hinanya diri ini, betapa murahnya harga diri ini, betapa gila dan bodohnya diri ini, dan betapa-betapa cacian-cacian lain. Karena bisa begitu mudahnya terjerat untuk tidak tergiur akan indahnya jebakan ego dari hati sanubari ini. Tuhan bahkan mungkin telah enggan untuk mamaafkan diri yang hina ini. Hubungan rumit ini yang datang tiba-tiba tanpa tersadar telah membaur di kehidupanku, kehidupan kita berdua. Yang tidak ada satupun orang sadar dan tahu tentang kita. Tentunya dengan peran sang sandiwara yang berhasil menutupi kegilaan kita. Perasaan apa ini, ketika dirimu tak ada aku merasa sepi, kesal, curiga, kecewa, dan kadang bisa bahagia hanya karna memikirkan tentangmu... Sempat berpikir tuk lupakanmu, mengakhiri semuanya, tapi kenapa sungguh sesak terasa dada ini, sangat sulit dan berat tuk dapat pisah darimu... Padahal aku tahu persis jika harusnya ini tidak pernah terjadi dalam hidupku.. dan kenapa harus aku yang menanggung beban berat yang memang sangat menyenangkan ini.. Juga sempat berkhayal jika dari awal kaulah harusnya yang pertama bertemu denganku dan mengisi hatiku bukan yang lain. Tapi memang, jika kenyataan tidaklah semanis khayalan semu..