1 Prolog

Ini gila! Istriku baru saja menikah!

Aku menatap nanar pelaminan bernuansa merah dan emas yang meriah itu. Di sana, bersanding Vanya, istriku. Bagaimana mungkin ia bisa bersanding dalam gemerlap gaun merah itu dengan lelaki lain di sisinya? Itu posisiku, aku yang seharusnya yang berada di sana.

Aku melangkah seperti dalam mimpi, menarik kaki yang berat menerobos kerumunan hadirin yang berisik. Duniaku seakan terasa begitu sempit dan pengap, seolah tiada tempat lagi untukku berada di dunia ini.

Aku sampai di pelaminan yang sekarang bagaikan mimpi buruk. Kuhirup udara yang berat dan panas untuk mengisi paru-paruku yang hendak meledak. Kuraih segenap kekuatan untuk membuka suara agar terdengar oleh semua hadirin.

"Jelaskan apa maksudnya?" tanyaku dengan wajah kaku.

"Syukurlah, kamu mau datang juga." Vanya tersenyum ke arahku tanpa dosa sedikit pun melumuri wajahnya. Seakan aku hanya orang kebanyakan yang ditemuinya di jalan. Seakan di antara kami tidak ada apa-apa.

"Jelaskan apa maksudnya?!" Aku kembali mengulang perkataanku. "Kenapa kau memakai pakaian ini? Kenapa kau bersanding di pelaminan dengan lelaki ini? Bukankah kita sudah menikah?"

Vanya tak berani menatapku, ia hanya merunduk menatap hamparan karpet-karpet merah menutupi lantai. Aku menunggu pembelaan dan alasannya. Bagaimana mungkin ia sekejam ini, sedangkan 2 minggu lalu ia masih tidur bersamaku dengan status sebagai istri.

"Jadi … apa arti pernikahan kita selama 6 bulan ini? Apakah itu hanya sebuah permainan?"

Vanya mengangkat wajahnya yang sekarang seputih kapas. "Alto, kita bicarakan semuanya nanti malam. Aku tidak mau membahasnya sekarang. Aku harap kamu mengerti." Vanya memandangku dengan tatapan memohon.

"Apa kau gila?" bentakku ditengah hiruk pikuk suasana pesta yang sekarang berangsur sunyi. "Apa aku akan menunggumu dengan duduk manis di kamar, sementara kau digagahi laki-laki lain? APA KAU PIKIR AKU TIDAK PUNYA OTAK?" Aku berteriak sekeras yang kubisa. Aku tidak peduli bila orang-orang menatapku sekalipun, yang kuinginkan sekarang menghancurkan pestanya.

"Aku mohon dengan amat sangat. Jangan lakukan ini di hari yang berarti untukku. Alto, jangan merusak semua yang seharusnya sudah pada tempatnya." Vanya kembali memohon dengan pandangan seakan ia yang tersakiti, bukan aku.

"Oh, ya … ini hari bahagiamu sekaligus hari kehancuranku. Pasti kau sangat berbahagia sekali dengan suamimu barumu. Kalian sudah merasa dunia milik berdua? Seolah kalian pasangan paling bahagia di muka bumi ini!" Aku memandang untuk pertamakali pria yang berada di sebelah Vanya. Seketika, hatiku dirasuki sesuatu yang gelap dan liar. Tanganku terkepal dengan sendirinya, mataku dipenuhi hasrat membara, kakiku seakan terasa ringan, pelipisku berdenyut-denyut. Sesuatu dalam diriku akhirnya meledak.

Aku melangkah dalam satu langkah lebar menuju pelaminan, lalu tiba-tiba kurasakan tubuhku ditarik dengan paksa. "Hentikan, Alto! Jangan teruskan lagi!" Papa telah mencengkeram lengan kiriku dengan kuat. Matanya memandangku dengan sorot terluka dan memohon. Aku memutar kepala sambil menampilkan ekspresi bingung. Kenapa Papa berada di sini?

"Kita harus membawanya pergi," ucap suara di sebelah dengan aksen berat, sehingga mengalihkan mataku dari Papa. Triad, aku tahu tanpa melihatnya. Kenapa dia berada di sini juga? Aku semakin tidak mengerti.

"Kita pulang!" Papa menjawab dengan nada perintah yang mutlak untuk dibantah.

"Lepaskan! Aku akan menghajar bajingan itu terlebih dahulu!" Aku memberontak untuk melepaskan diri dari cengkeram mereka. Dengan hentikan kuat seperti orang gila yang mengamuk, cengkeraman tangan Papa terlepas dengan diikuti oleh pegangan tangan Triad dari lenganku.

Aku berlari ke pelaminan untuk memberikan pelajaran kepada pria yang telah merebut istriku. Tapi sebelum sampai di sana, langkahku terhenti dengan tiba-tiba karena dihadang seseorang.

Ariana? Kenapa ia juga berada di sini? Oh … aku mengerti sekarang. Pasti ia yang menyebabkan Vanya meninggalkanku. Pasti ia telah membocorkan perselingkuhan kami dan mengatakan aku sudah mempunyai anak dari hasil perselingkuhan itu. Alfa. Anak yang tidak kuinginkan.

avataravatar
Next chapter