1 Chapter 1 : Putus?

"Lo jadi cewek gak usah sok cantik ya!" Seorang gadis sedang menoyor kepala gadis lain yang terlihat lemah darinya.

"Ma—maaf, Clara. Tapi aku gak ada niat gitu," tukas gadis itu sembari menunduk ketakutan.

Clarabell, ia tertawa keras saat melihat Olivia ketakutan. Saat ini mereka ada di belakang sekolah. Dan Clarabell sedang memberikan pelajaran pada Olivia yang ia curigai menggoda pacarnya, Darren.

"Heh!! Lo pikir gue percaya sama omongan lo? Gue liat dengan mata kepala gue sendiri kalau lo itu meluk-meluk Darren!" cerca Clarabell dengan emosi yang memuncak. Bahkan tangannya kini menarik kasar rambut Olivia.

Olivia menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis yang hampir pecah. "Ck! Gak usah nangis di depan gue lo! Dasar cewek berakal bul--"

"CLARABELL!"

Sebuah suara bariton menghunus pendengaran Clarabell. Tangannya dengan perlahan melepaskan rambut Olivia yang ia pegang dengan kencang tadi. Lalu ia berbalik dan menatap seorang laki-laki yang baru saja tiba dengan senyuman.

"Hai by." Ya, dia adalah Darren. Laki-laki dengan pakaian berantakan itu mendekati Clarabell yang terlihat salah tingkah. "What are you doing here?" tanya Darren dengan mata melirik ke Olivia yang ada di belakang Clarabell.

"Gak ngapa-ngapain kok," sahut Clarabell sembari menyelipkan rambutnya di telinga.

"So, why she cry?" Darren menunjuk ke arah Olivia.

"Hmmm... itu,"

"What? You bullied her?"

"Darren! Kamu apaan sih?"

"Terus apa? Kenyataan mengatakan seperti itu."

Clarabell terlihat kesal, ia merasa kalau Darren sedang memojokkannya. "Kok kamu malah mojokin aku gitu sih?!"

"Aku gak mojokin kamu. Dan jawab pertanyaan aku, ngapain kamu di sini?"

Clarabell menatap kesal Darren. "Ya kamu pikir aja, siapa yang gak marah kalau pacarnya pelukan sama cewek lain?!" teriak Clarabell tepat di depan wajah Darren.

Darren terkejut mendengar perkataan Clarabell. "I—itu gak seperti yang kamu pikirkan. She is nothing, you are my girl." Darren mencoba untuk menyentuh tangan Clarabell, namun dengan kasar di tepis oleh gadis itu.

"Gak usah pegang tangan aku. Dan, aku mau putus dari kamu!" ujar Clarabell dengan angkuh.

"Ck!" Darren berdecak. Darren tidak suka jika ada yang berteriak di depannya seperti ini. "Jangan kira lo merasa di atas. Ingat, siapa yang dulu ngemis minta jadi pacar gue? Lo bukan?"

Clarabell mengepalkan tangannya kesal. Ia merasa kalah dari Darren. Ingin membalas, tapi yang dikatakan oleh laki-laki itu benar adanya.

"Kenapa diam? Baru ingat lo?" tukas Darren dengan tawa di wajahnya.

"Benar, gue ingat dengan jelas!" Clarabell mengangkat wajahnya dan berdiri angkuh.

"Dan sekarang, gue menyesali karena sudah suka sama cowok kayak lo!" jelas Clarabell. Lalu Clarabell yang tidak ingin berurusan lebih lama dengan Darren pun, segera pergi dari sana. "Dasar cowok berandal!" tukas Clarabell lagi ketika ia melewati Darren.

"Apa lo bilang?!" Darren berbalik dan menatap punggung Clarabell yang menjauh. Gadis itu sama sekali tidak memperdulikan ucapa Darren.

Darren marah. Semua orang di sekolahnya selalu menunduk ketika berjalan melewati Darren. Pasalnya Darren itu cowok yang berbahaya. Dia itu pentolan SMA Sakti. Namun Clarabell? Hanya gadis itu saja yang tidak pernah merasa takut padanya.

Alasan utama Darren memacari Clarabell adalah agar gadis itu bisa tunduk padanya. Sudah hampir 1 tahun mereka pacaran dan sekarang harus putus karena harga diri dan kesalahpahaman?

"Maafin gue, karena gue lo putus dari Clara." Olivia datang dan menyentuh bahu Darren, berniat untuk menenangkan laki-laki itu.

"Gue gak putus dari Clara. Dan gak akan pernah putus! Jadi singkirin tangan lo dari bahu gue sekarang!" sarkas Darren.

Benar, tidak akan ia biarkan Clarabell putus darinya. Jika memang harus putus, maka Darren lah yang harus memutuskannya. Ia tidak ingin harga dirinya jatuh karena dicampakkan oleh gadis arogan itu.

"Ma—maaf," tukas Olivia dengan suara lemah.

Setelah Olivia menyingkirkan tangannya dari Darren, laki-laki itu segera pergi dari sana dengan langkah lebar. Tujuannya sekarang adalah merokok di atas rooftop.

z-z-z

Brak!

Clarabell memasuki kelas dan langsung menedak kursinya. Ia benar-benar sangat kesal. "Dasar cowok rese!" teriak Clarabell.

Clarabell kesal, ia kesal dengan tingkah Darren yang seperti itu. Clarabell benci Darren sok berkuasa seperti itu. Dan sebenarnya, kata putus itu tidak ingin Clarabell ucapkan sungguhan. Ia hanya ingin memancing Darren dan melihat reaksinya.

Dan tidak disangka, Darren malah mengatainya? Sedangkah itukah perasaan Darren pada Clarabell, hingga laki-laki itu dengan mudah mengatainya?

Bruk bruk bruk!

Semua barang ada di meja gadis itu, jatuh satu persatu. Clarabell benar-benar kesal. "Dasar cowok gak peka! Egois! Mau menang sendiri!"

oceh Clarabell yang kelewat kesal.

Clarabell terengah karena terus berteriak dengan kencang. Lalu matanya menatap ke sekeliling. Banyak sekali orang yang menatapnya dengan pandangan tidak suka.

"Napa lo liat-liat?!" Clarabell bertambah kesal. Ia tahu orang-orang yang ada di sini sekarang, sangat penasaran dengan yang terjadi pada Clarabell. Semua orang di sekolah ini, selalu berlomba-lomba untuk mencari kejelekkan Clarabell.

"Heh! Gue selama ini bertahan karena elo itu pacarnya Darren. Tapi sekarang, lo udah putus. Jadi gue cuma mau bilang, kalau lo berhenti bersikap seperti ratu di SMA Sakti!" ujar seorang siswi yang terlihat muak dengan sikap Clarabell selama ini.

"Apa lo bilang?! Hellooo... gue emang ratu kali di sini, semua muji gue karena kecantikkan yang gue punya. Bukan karena Darren. Iyakan?" Clarabell menatap para laki-laki yang ada di kelas itu, untuk mencari jawaban.

Namun yang ada, siswa-siswa itu malah memelototinya. Suatu hal yang sangat tidak terduga. Sebelumnya tidak pernah ada yang berani menatapnya, tapi sekarang?

"Lo semua kenapa sih? Bukannya lo semua bilang kalau gue itu ratu di SMA Sakti ini?"

"Hey hati-hati kalau bicara! Ya memang sih dulu begitu. Tapi lo itu sudah bukan apa-apanya Darren lagi!"

Clarabell speeclesh, apakah berita putus dirinya dari Darren secepat itu menyebar? Padahal baru beberapa menit ia mengikrarkan kata putus itu. Seolah anginlah yang menyebarkannya ke seluruh sekolah.

"Mending lo diam! Gak tau apa-apa tapi banyak bacot!"

"Apa lo bilang?" tanya gadis itu lagi dan kini berjalan mendekati Clarabell.

"Gue bilang lo---"

Byurr!

Clarabell membeku saat seseorang datang dan menghadang air yang hampir mengenai dirinya. "Darren?" cicit Clarabell.

"Da—darren? Lo ngapain di sini? B—bukannya lo udah putus sama---"

Darren menyentuh seragamnya yang basah. Lalu ia menatap pada gadis yang telah menyiramkan air padanya. "Berhenti dengerin kabar burung. Yang ada lo cuma bakal jadi tukang gosip tau gak? Gak guna!" tukas Darren dengan tajam.

"Ja-jadi lo gak putus sama Clarabell?"

Darren menoleh ke belakang dan menatap Clarabell yang terdiam. "Tanya aja sama Clara. By, emang kita putus?" ujar Darren dengan senyum penuh arti.

Clarabell menunduk, otaknya tidak bisa bekerja. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah menunduk bingung seperti orang bodoh untuk sesaat, Clarabell mengangkat pandangannya dan menatap ke arah Darren.

"Benar! Gue udah putus dari Darren." Clarabell mengatakannya dengan kepercayaan diri yang kuat.

Awalnya ia ingin mengatakan bahwa ia tidak putus dari Darren. Tapi, melihat Darren tersenyum seperti tadi membuat hati Clarabell sakit. Ia merasa, Darren sengaja melakukannya untuk mempermalukan dirinya.

Clarabell mengambil tas yang ada di kursinya, lalu berjalan keluar kelas. Tidak peduli dengan orang-orang yang terpaku, Darren yang marah, atau sekolah yang berlangsung. Clarabell ingin pulang ke rumah sekarang.

"Halo, Pak Oji. Jemputin saya—akh!"

Clarabell terkejut saat Darren datang dan menahan tangannya dengan kencang. Bahkan ponsel gadis itu sampai jatuh ke lantai.

"Mau apa lagi hah?" tanya Clarabell.

"Kamu gak bisa gini ke aku? Aku udah berusaha nyelamatin kamu dari rasa malu. Tapi kamu malah--"

"Bukan menyelamatkan! Kamu malah berusaha buat melukai harga diri aku. Kita berdua sama-sama tau, kalau hubungan ini sudah berakhir!"

"Gak! Gak bisa gini. Kamu tetap cewek gue."

"ENGGAK! Aku gak mau jadi pacar kamu lagi! Aku capek. Kamu pikir enak apa setiap hari ngederin kamu berbohong? Kamu bilang mau pergi ke rumah tante kamu, tapi ternyata kamu malah main sama anak-anak gak jelas itu!"

"Cukup by," tukas Darren.

"Kenapa? Emang mereka gak jelaskan? Dan juga, kamu ke sana untuk ketemu selingkuhan kamu kan? Si Olivia, anak dari pelacur yang gak---"

"CLARABELL JAGA UCAPAN LO!"

Clarabell tersentak oleh teriakan Darren. Air mata gadis itu menetes bersamaan dengan itu. Ia paling benci dibentak. Apalagi itu karena Darren tidak suka Clarabell menghina teman-temannya.

Darren itu memang pentolan sekolah. Teman-teman Darren di SMA Sakti, semuanya adalah berandal. Tapi itu gak masalah bagi Clarabell. Hanya saja jika Darren menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman jalanannya yang tidak tahu asal usulnya itu, Clarabell sangat tidak suka. Di tambah lagi, Olivia ada di dalam bagian anak-anak itu.

Selama hampir setahun mereka menjadil hubungan, tidak pernah Darren memperkenalkannya dengan teman-teman jalanannya itu. Mungkin jika Darren melakukan hal itu, Clarabell akan lebih merasa tenang. Dan tidak dibayang-bayangin oleh rasa takut jika Darren di rebut oleh orang lain.

Darren menghela nafasnya berat, "Sorry-sorry aku gak maksud bentak kamu by. Aku--"

"Lepasin tangan aku!" Clarabell memberikan tatapan tajam dengan mata yang memerah. Mau tidak mau, Darren melepaskan tangan gadis itu.

Clarabell berjalan mengambil handphone nya yang terjatuh di lantai. Ia menatap handphone itu, layarnya pecah namun masih bisa menyala. Setelahnya Clarabell kembali menghadap Darren.

"Sorry kalau kamu gak setuju dengan keputusan aku. Cuma aku capek terlihat baik-baik aja saat kamu bohong." Clarabell menatap sendu Darren.

"By, don't you love me?" tanya Darren yang menggenggam tangan Clarabell lembut.

"Yes. I love you, so much love you. But, you dont love me. Am i right?"

"No--"

"Come on! Don't lie at me again. Aku udah tau semuanya. Kamu cuma main-main dengan aku. Dan bodohnya aku menerima semua itu. And it's because i love you. I always feel worthless day by day." Clarabell melepas perlahan genggaman Darren yang melemah. Lalu dengan langkah cepat pergi dari sana.

Darren hanya bisa diam. Ini pertama kalinya ia dicampakkan oleh seorang gadis. Sebelumnya, tidak ada sejarah dimana seorang Darren dicampakkan. Justru ia yang sering mencampakkan.

"Sial!" Darren menarik frustasi rambutnya. Benar-benar tidak sesuai dengan rencananya.

z-z-z-z

avataravatar