5 Menghapus cinta secara perlahan. (Bab 5)

"Nona ayo bangun sudah siang!" Menggoyang kan tubuh Shella.

Shella membuka matanya perlahan. "Bik jam berapa sekarang? Hari ini aku tidak enak badan, tolong katakan pada paman untuk membuat surat ijin ku ya." Balas Shella sembari menarik selimutnya kembali.

"Baik nona, emmmm nona... Dibawah ada sepupu nona, dia ingin bertemu."

"Clara?" Shella langsung terduduk, dan di saat bersamaan bibik mengangguk dengan berat.

Aku tak perlu menghindari Clara, aku tidak punya masalah apapun dengannya. Aku memutuskan untuk menemuinya walau sebenarnya, sangat malas menemui sepupu yang bisa di bilang musuh bebuyutan ku dari kecil.

"Ada apa kamu kemari?" Tanya Shella.

"Halo sepupuku yang paling manja, setidaknya tawari aku makan atau minum dulu, baru aku akan menjawab pertanyaan mu." Jawab Clara dengan kaki di naikkan ke atas meja.

"Aku ga butuh basa basi mu, katakan apa mau mu?" Menepiskan kaki Clara.

"Kau tak pernah berubah, selalu menjadi wanita yang tak suka basa basi. Baiklah! Aku cuma mau bilang tak usah terlalu berharap pada Jonathan, dia milikku jadi jangan coba-coba mendekatinya, sepupuku yang cantik. Atau aku akan membongkar ke seluruh teman mu bahwa kau anak dari keturunan Bramasta." Ancam Clara.

"Kau tenang saja, aku tidak tertarik dengan orang yang hanya ingin mengambil keuntungan dari ku, memanfaatkan ku demi kepentingan dirinya sendiri." Melangkah meninggalkan Clara.

"Sebaiknya jaga sikapmu, dan jangan sampai kau mengingkari janjimu, aku tak akan mengganggu hubunganmu dan Jonathan." Berlalu dan meninggalkan Clara.

"Huhhhh dari dulu sampai sekarang dia selalu berusaha merebut segalanya dariku, tapi kali ini tak akan kubiarkan!" Mengepal tangannya dan pergi meninggalkan kediaman Bramasta.

*

*

Di kamar.

Aku mengemas beberapa barang yang pernah di berikan Jonathan. "Kacamata ini adalah pemberian pertama Jonathan." Memasukannya ke dalam kotak, "baju t-shirt putih ini juga dari dia," kembali memasukkannya ke dalam kotak." Setelah beberapa barang aku kemas ke dalam kotak lalu aku menutup nya dengan rapat. Di atas kotak aku menulis 12 HURUF 3 KATA. Aku takkan lagi mencintai mu seperti kemarin, aku memilih menutup semua dan menyimpan nya menjadi kenangan.

Ke esokan harinya.

Apa pun itu aku harus menghadapinya, aku tak boleh menjadi seorang pengecut, dia yang bersalah mengapa aku harus menghindar. Aku membetulkan kaca mata yang baru.

Setelah sampai di sekolah, aku memutuskan masuk ke kelas, dan melihat Clara duduk di bangku ku tepat di sebelah Jonathan, terlihat Jonathan menatap ke arah ku dan berdiri.

"Shella," menarik tangan shella.

" Lepaskan tangan mu!" Menepiskan tangan Joe. "Akan lebih baik jika kita tidak saling mengenal mulai dari sekarang." Jawab Shella dan berjalan ke arah bangku di sebelah Lia.

"Shella dengarkan penjelasan ku!"

"Jonathan Breemhar bagi ku semua sudah jelas, tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!" Memalingkan wajahnya.

Jonathan hanya terpaku dan tak bisa berbuat apa apa.

"Kamu udah gak apa apa kan?" Tanya Lia.

"Iya aku udah ga apa apa kok." Merapikan buku bukunya.

Semenjak hari itu hubunganku dan Jonathan tak lagi baik. Aku lebih memilih ke perpustakaan bersama Lia dan Tia, aku memutuskan bermain bersama mereka. Tak jarang, Joe mencoba menyapaku atau tersenyum. Tapi aku sama sekali tak mau menghiraukan nya, apa lagi dia selalu di buntuti Clara. Aku benar-benar tak ingin mengenalnya lagi. Walau hati ku masih saja terasa sakit melihat Jonathan dan Clara bersama.

Tak terasa kami sudah melalui ujian akhir sekolah, siswa/i mulai sibuk mencari universitas yang mereka ingin masuki. Beberapa kali Jonathan terlihat mengirim ku pesan, dan menanyakan kabarku. Tapi seolah hati ku sudah membatu, aku hanya mengabaikannya.

*

*

*

From papa.

[Terima kasih, sudah lulus dengan nilai yang luar biasa, papa dan mama sangat bangga padamu. Apakah kamu sudah memutuskan universitas yang akan kamu tuju? Nak, jika kamu tidak keberatan, kenapa tak mencoba kuliah di London? Kita bisa berkumpul disini, tapi papa tidak akan memaksamu, apapun keputusan mu mama dan papa akan mendukung mu. We love u Shella.]

Pesan dari papa ada benarnya juga, lagi pula untuk apa aku terus berada disini. Setidaknya jika di London, mungkin aku bisa melupakan Jonathan. Dan itu akan baik untuk kami berdua. Batin Shella yang mulai berfikir keputusan pindah ke London adalah hal yang benar.

[Baik pa, aku akan kuliah di London, aku sangat merindukan mama dan papa.] Balas Shela tanpa ragu.

Setelah beberapa bulan, papa menyelesaikan segala urusan pemindahan ku ke London . Aku memutuskan tidak ikut hadir di acara perpisahan sekolah. Kepergian ku kali ini diketahui oleh Tia dan Lia.

"Semua sudah siap nona, ada lagi yang ingin anda bawa Nona?" Tanya bibik.

"Udah gak ada bik, oh ya bik, tolong jaga Lala untukku ya, jangan sampai dia sakit atau mati. Bik... sering-sering kirim Foto Lala ya." Mengelus kura kura yang ada di dalam aquarium.

"Pasti nona! Bibik akan menjaganya dengan baik. Nona baik baik disana, hikssss bibik pasti sangat merindukan nona nantinya. Cepat pulang ya Non." Menangis dan memeluk Shella.

"Bibik boleh memanggilku nama saja, Bibik sudah ku anggap seperti ibu ku sendiri, aku akan pulang secepatnya. Bibik jaga kesehatan, jangan terlalu banyak bekerja. Shella sayang bibik." Mencium pipi kanan dan pipi kiri bibik.

Paman mengantarku ke bandara, dan dibandar aku melihat Tia dan Lia sedang menungguku.

"Shella disini !!!! ( melambaikan tangan ).

"La dia siapa?" Menunjuk ke arah paman.

"Dia adalah asisten papa, sekaligus orang yang menjagaku selama ini. Sebenarnya ada hal yang belum kalian ketahui tentang aku," Membuka kepangan rambut dan kaca matanya.

"Aku adalah anak dari keluarga Bramasta." Tersenyum manis.

"APA!!! BENARKAH BEGITU!!!" Melihat satu sama lain, "kenapa selama ini kau menyembunyikan identitas mu?" Tanya Lia dan Tia.

"Aku adalah anak pengusaha kaya, tentu saja banyak orang yang mengincar nyawaku, apa lagi lawan bisnis papa ku. Belum lagi saat SMP, banyak siswa mendekati ku hanya untuk memanfaatkan ku . Jadi aku memilih hidup menjadi orang biasa. Maaf aku tidak memberi tau kalian berdua!" Memegang tangan Lia dan Tia.

"Nona sepertinya penerbangan Nona akan segera berlepas, sebaiknya nona masuk kedalam!" Potong paman.

"Baiklah paman, aku akan masuk." Jawab ku.

"Paman, Tia, Lia aku pergi dulu. Aku pasti sangat merindukan kalian nantinya, aku akan menghubungi kalian jika aku sudah sampai di London." Memeluk paman, Tia dan Lia.

"Kami akan menunggumu, cepat kembali Shella!"

Aku memilih pergi, meninggalkan setiap kenangan tentangmu, berharap di London aku bisa melupakan bayanganmu. Jonathan terima kasih atas penghaianatan mu dan juga terima kasih untuk 2 tahun ini, membiarkan aku jatuh cinta kepadamu. Aku harap kita tak akan pernah bertemu lagi.

avataravatar
Next chapter