webnovel

Hari Pertama

Pagi yang cerah di kota Bandung. Kota indah nan besar. Kota yang sering disebut sebagai 'Kota Kembang' ini adalah tempat dimana aku dilahirkan dan tumbuh. Orang-Orang kembali pada aktifitasnya. Jalan-Jalan mulai ramai dengan padatnya kendaraan yang berlalu lalang. Hari ini aku diantar oleh supir pribadiku. Pak Gevan. Supir kepercayaan ayahku. Pak Gevan sudah banyak membantu keluargaku. Kurang lebih sudah 5 tahun. Dan kami sudah menganggapnya sebagai keluarga.

Aku di sekolahkan di sekolah elite di Bandung. Sekolah yang banyak diminati orang-orang kaya. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang terpandang. Bangunan serta seragam sekolah ini cukup di bilang trendi dan tentunya mahal. SMA Greffender. Namanya sangat unik dan terlihat berkelas.

Aku nengambil jurusan Ips. Karena disitu aku akan lebih mendalami bidang ekonomi. Dan kebetulan sekali jurusan ini banyak membahas di bidang perusahaan. Sungguh beruntung bukan? Aku anak baru.Tak heran bila menjadi pusat perhatian. Orang-Orang memandangku dengan tatapan yang begitu tajam.

Rasa takut mengguyur tubuhku. Rasanya ingin berlari sekencangnya dan berbalik pulang, namun itu tidak mungkin. Pasti ayah akan marah dan mencele diriku. Tanpa berfikir panjang aku langsung bergegas pergi menuju ruang kepala Sekolah. Pasalnya setelah mendaftar kemarin aku diberitahu untuk tidak langsung ke kelas, tapi mengunjungi ruang kepsek terlebih dulu. Sesampainya disana ternyata aku sudah ditunggu oleh seseorang yang nantinya akan menjadi wali kelasku.

"Natasha?" Satu kata terucap dari mulut seorang wanita paruh baya yang menggunakan baju panjang berwarna putih garis-garis, rok span berwarna hitam selutut yang membentuk lekuk tubuhnya sempurna, sepatu hak tinggi berwarna putih dengan hiasan tali di setiap bagian. Rambutnya terurai sampai bahu. memang kelihatan sederhana namun itu keluaran terbaru dari 'Elle'.

Ia menatapku dengan senyuman tulus yang ia lukiskan di bibir merah meronanya. Akupun membalasnya dan segera mendekat kearahnya untuk sekedar mencium punggung lenganya dan tak lupa untuk menyapanya.

"Selamat pagi ibu. Saya Natasha Anggreani Beathoven. Ibu bisa memanggil saya Natasha" wanita itu terlihat begitu senang ketika aku menyapanya. Ia begitu cantik dan berwibawa. Tak sengaja aku melihat name tag yang di kaitkan di dekat kerah baju sebelah kiri dan membacanya. Tertulis Melanie Graxien.

"Saya Melanie Graxien. Kamu bisa panggil saya Bu Melanie. Saya sudah menunggu kamu sejak tadi. Dan saya akan menjadi wali kelas kamu kedepanya. Mohon kerja samanya" ia kembali tersenyum dan membelai rambutku pelan. Aku sempat kaget dan rasanya ingin menangis saat itu juga. Baru kali ini aku mendapat belaian lagi. Biasanya mendiang ibuku selalu melakukan itu setiap pagi dan menjelang malam. Namun ketika ia pergi, belaian itu kini sudah menghilang bagaikan di telan bumi. Dan saat ini ada seseorang yang membelaiku sama seperti ketika ibuku masih ada.

Bu Melanie yang sadar karena mataku sudah berkaca-kaca langsung memeluku dan mengelus punggungku penuh arti. Tanpa aku sadari bendungan air mataku pecah dan mulai menetes sedikit demi sedikit, dan mulai membasahi pipi lembut miliku.

"Ibu tau apa yang kamu rasakan Natasha. Kedepanya jangan sungkan bila ingin sekedar berbincang atau membicarakan apa yang ingin kamu katakan." Aku mengangguk di balik punggung lembut milik Bu Melanie. Yang beraromakan Vanila.

Bel sekolah sudah berbunyi menandakan bahwa pelajaran akan segera di mulai beberapa menit lagi. Aku membantu Bu Melanie membawa sebagian buku yang tidak terlalu banyak menuju kelas XIPS-1 yang letaknya ada di lantai dua gedung sekolah.

Sebelumnya Bu Melanie menyuruhku untuk tidak masuk kelas sebelum ia memperkenalkan diriku kepada teman-temanku nantinya. Hampir setiap kelas pintunya di geser seperti pintu di Jepang dan Korea. Cukup Modern.

Setelah Bu Melanie berbicara dan mengisyaratkan anggukan padaku, akupun memberanikan diri untuk melangkah masuk ke dalam ruangan yang disebut kelas itu.

Banyak sekali sorot mata yang menatapku saat ini. Kakiku sempat bergetar tapi untung saja aku bisa menahanya kali ini. Sudah menjadi kebiasaanku bila bertemu orang banyak kakiku akan bergetar seperti adanya guncangan alam atau gempa.

Aku mulai memperkenalkan diriku yang dijawab dengan antusias oleh siswa dan sisiwi yang berada di kelasku. Hampir setiap dari mereka tersenyum padaku. Mau itu cewek atau cowok semuanya terlihat senang. Terkecuali dengan satu cowok yang duduk di pojok kiri belakang. Ia bahkan tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Sungguh miris, ia menatapku datar namun sorot matanya begitu mengintimidasi. Kami bertatapan cukup lama hingga aku merasakan aura dingin menusuk tajam ketika mata kami saling bertemu.

"Halo semua. Perkenalkan saya Natasha Anggreani Beathoven. Bisa dipanggil Natasha. Salam kenal semuanya." Memang begitu gugup ketika harus memperkenalkan diri di depan banyak orang terlebih mereka akan menjadi temanku kedepanya.

"WAH CANTIK BAGAIKAN BIDADARI JATUH DARI SYURGA" Suara lantang yang terdengar keras itu berasal dari seorang lelaki yang duduk di bangku jajaran kedua dari tengah. Mampu membuat seisi kelas tertawa karena tingkah lakunya seperti anak kecil yang menirukan gaya kartun shincan.

"Sa ae lo triplek kenteng" Balas lelaki yang duduk di bangku paling depan dari kanan. Kelas yang tadinya damai dan tenang, ricuh seketika dengan canda dan tawa dari setiap siswa di kelas XIPS-1.

Jadi seperti ini suasana sekolah. Ramai dan berisik. Memiliki banyak teman ternyata menyenangkan. Aku rasa aku akan betah berada disini. Ayah. Ayah salah tentang itu. Mereka tidak buruk seperti apa yang Ayah bilang padaku. Bahkan mereka lebih baik dari Ayah.

"Kalo begitu kamu duduk di kursi yang kosong di sebelah Stephand ya" mataku segera mencari di mana letak kursi kosong yang di maksud oleh Bu Melanie. Dan mataku berhenti tepat di wajah lelaki yang menatapku tadi. Dan hanya di situlah kursi kosong tersisa. Sungguh miris. Tadi aku sempat berdo'a agar aku bisa jauh darinya. Ternyata aku salah. Aku malah duduk di sebelahnya.

Aku mengangguk dan berjalan menuju kursi kosong yang ada di pojok belakang sana. Kali ini ia tidak nenatapku seperti tadi. Ia bahkan diam tanpa suara. Parasnya lumayan menarik perhatian. Tunggu. Untuk apa aku membanggakan dia? lebih baik aku duduk dan menganggapnya tidak ada disini.

"Stephand" suara berat yang tak lain adalah suara dari seseorang yang duduk di sebelahku. Akupun menoleh kearahnya. Ia tidak menatapku seperti kebanyakan orang diluar sana jika mereka ingin berkenalan. Mungkin ini cara ia berkenalan dengan orang lain? mungkin saja.

"Natasha" dia hanya mengangguk dan kembali diam seribu bahasa. Aneh sekali lelaki ini. Apa semua lelaki seperti ini? menyebalkan sekali. Sudahlah, tujuanku sekarang belajar dengan giat dan aku akan membuktikan pada ayah kalau seorang Natasha bisa menjadi seorang bintang suatu saat nanti.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

shanurffcreators' thoughts
Next chapter