6 Part 5 : Sisi Lain

Malam itu, seorang laki-laki berpenampilan kucel dengan baju hitam putih dan dasi kupu-kupu yang masih bertengger miring di kerahnya, berjalan dengan gusar sambil menendang apa saja yang ada di hadapannya. Kaca mata tebal yang menghiasi wajah lesu dan menyedihkan itu tambah memperburuk keadaanya. Sepertinya laki-laki itu baru saja di timpa masalah yang cukup pelik.

"Bener-bener ngeselin itu orang. Gara-gara dia, aku jadi di pecat sama Pak Manager. Padahal itu kan, bukan sepenuhnya salah aku, lidah dianya aja yang cemen, masa udah gede masih gak kuat pedes," ya, dia Reno. Si pelayan yang sempat membuat Nathan murka. Rupanya kejadian itu sampai juga di telinga sang manager. Alhasil, di pecatlah ia dari pekerjaannya. Padahal, dia sangat membutuhkan pekerjaan sekarang, karena dia butuh uang untuk pengobatan ibunya. Itu sebabnya ia terus mengomel sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya dia pun duduk di trotoar dekat jembatan.

"Ah, aku harus gimana sekarang?" Reno sangat kebingungan, dia bertanya pada dirinya sendiri sambil membenamkan wajah di kedua kakinya yang di tekuk. Tangan dia tak henti-hentinya menggaruk kepala yang tak gatal itu.

"Hihihi..." terdengar suara tawa seorang perempuan yang sudah tidak asing lagi di telinga Reno. Dia mendongakkan kepalanya, benar saja ada seorang kuntilanak di sampingnya, rupa-rupanya kuntilanak itu sedang menertawakan Reno.

"Apa Mbak Kunti liat-liat? Orang lagi sedih juga malah di ketawain," Reno tampak bersungut-sungut. Bagi Reno, makhluk halus itu bukan lagi suatu hal yang harus di takuti, karena dia sudah memiliki kemampuan Indra keenam sejak lahir. Bahkan, Reno merasa berteman dengan makhluk dari dunia lain itu lebih seru di bandingkan dengan manusia. Itu sebabnya, Reno sering di anggap anak aneh dan sering di bully di sekolahnya.

"Hihihi, kenapa kamu ganteng? Kok mukamu kaya cucian kotor sih, lecek gitu," tanya sang Kunti masih di iringi dengan suara tawanya yang khas.

"Gak usah genit. Udah sana, aku lagi gak mau di ganggu," ujar Reno dengan wajah kesalnya.

"Jangan galak dong, cewek itu sukanya di lembutin," Sang Kunti malah bersungut-sungut.

"Lah, Mbak Kunti udah kaya ABG jaman now aja ngomongnya,"

"Hihihihi, iya dong, ganteng,"

Reno geleng-geleng kepala, "iya udah sana, pergi ya, aku lagi pengen sendiri," kali ini Reno berkata dengan lebih lembut.

"Yaudah, aku pergi dulu. Bye! Hihihi," sang Kunti pun terbang entah kemana, dengan jubah putih dan rambut panjangnya yang terurai hampir semata kaki.

Reno memandang sekilas sebelum akhirnya menutup wajahnya kembali dengan kedua tangannya.

"Hay," sapa seorang anak laki-laki berkepala botak dan hanya memakai celana dalam warna putih.

"Apa lagi ini?" Dengan enggan Reno menurunkan tangannya.

"Hay," anak berwajah pucat itu tersenyum pada Reno.

"Haduh, Yul, Yul. Ngapain kamu ke sini?" Tanya Reno kepada makhluk yang akrab di sebut Tuyul.

"Kakak kenapa mukanya melas banget? Kaya orang yang kekurangan duit," si tuyul balik bertanya.

"Sembarangan kamu, Yul. Orang aku abis di pecat sama Pak bos," jawab Reno.

"Tuh, kan. Apa kata Uyul. Pasti kakak sekarang kekurangan duit," si Tuyul tertawa terbahak-bahak mengejek Reno.

"Hih, udah sana pulang, majikanmu pasti nungguin," Reno sangat kesal pada makhluk botak yang satu ini.

"Uyul bisa bantu Kakak. Nih, Uyul punya banyak uang. Tadi abis operasi soalnya," dia menunjukkan uang ratusan yang tak sedikit jumlahnya.

"Ogah, itu uang haram, dapet nyuri. Udah sana, kasih ke majikanmu aja, aku gak mau," Reno sudah sangat kesal pada si tuyul itu.

"Ya kan, Uyul cuma di suruh, Kak," tuyul memasang wajah cemberutnya.

"Ya sama aja, Tuyul," Reno terlihat geram, tapi si tuyul itu masih berdiri memainkan jarinya dengan wajah sedih.

"Hiih, udah kalau kamu gak mau pergi biar aku yang pergi," Reno akhirnya beranjak dari duduknya dan segara meninggalkan si tuyul botak kurang asem itu.

"Dasar tuyul sombong, uang dapet ngepet aja bangga," Reno kembali bersungut-sungut, dia melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya. Tapi kali ini Reno memilih rute yang berbeda dari biasanya. Rute ini memang agak memutar dan lebih jauh, maksud hati ingin sambil menenangkan diri, tapi kenyataannya justru malah di ganggu makhluk-makhluk nakal itu.

Ketika hendak berbelok ke arah selatan, Reno melihat seorang laki-laki yang memakai jaket kulit warna hitam sedang berdiri di trotoar dengan raut wajah menyedihkan dan tampak sedang kebingungan.

"Ngapain, Mas, ngelamun di situ. Awas kesurupan," Reno asal bicara sambil terus berjalan. Laki-laki tadi sangat terkejut, tak percaya. Dia melihat ke kanan dan kirinya, tapi hanya ada dia di situ. Itu artinya orang tadi memang bicara padanya.

"Hey, tunggu ... Tunggu," panggil lelaki itu. Langkah Reno terhenti, lalu ia menoleh ke sumber suara.

"Lo tadi ngomong sama gue, kan? Itu artinya Lo bisa liat gue?" Tanyanya antusias.

"Iyalah, kalau aku gak bisa liat kamu. Terus ini aku ngomong sama siapa?" Reno balik bertanya. Sebenarnya, sedari tadi Reno sadar kalau itu bukanlah manusia biasa, dilihat dari kakinya yang tidak menapak sempurna di tanah dan juga wajahnya yang pucat pasi itu menunjukkan bahwa dia adalah makhluk tak kasat mata.

"Wah, gue gak percaya ini. Tapi gue seneng banget akhirnya ada yang bisa liat gue," laki-laki itu masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Iya, yaudah, aku pulang dulu," Reno berbalik hendak melanjutkan perjalanan.

"Eh, tunggu, gue ikut," makhluk halus itu mengikuti Reno.

"Ngapain ngikutin? Aduh, aku tuh, udah cukup pusing sama masalah hidupku. Udah sana, jangan ganggu," Reno mengusirnya karena ia tidak mau hidupnya jadi tambah ribet.

"Woy, gue ikut pokonya. Gue gak mau tinggal di trotoar itu. Takut, mana sendirian lagi," ujarnya dengan wajah memelas.

"Setan kok takut setan, aneh," Reno masih terus berjalan tanpa memperdulikan laki-laki di belakangnya itu.

"Sembarangan, gue bukan setan, tapi arwah. Ayolah, Cuma Lo yang bisa gue ajak ngobrol gini," dia terus mengikuti Reno meski sudah di larang.

"Ok, kamu boleh ikut sama aku. Tapi, janji ya, jangan ganggu dan jangan ngeribetin," Reno berhenti sejenak untuk menunjukkan wajah seriusnya.

"Iya, iya, gue janji, gue gak akan gangguin Lo. Yang penting gue boleh ikut sama Lo," dia tersenyum pada Reno.

"Kalau kamu sampe ngerepotin aku, awas aja. Aku bakal tendang kamu ke hutan Afrika. Nah, loh, biar tambah serem, sendirian," Ancam Reno.

"Iya, iya, gue janji. Bawel banget sih, Lo. Udah kek ibu-ibu arisan aja,"

"Ih, awas kamu ya," Reno mendelik sebelum akhirnya kembali berjalan.

Jadilah, si makhluk tak kasat mata itu mengikuti Reno sampai ke rumahnya.

avataravatar
Next chapter