2 Bab 1

Hari ini adalah hari Minggu, seperti janji Laras, dia ingin membelikan perlengkapan alat-alat sol sepatu untuk bapaknya. Laras pergi ke toko yang menjual alat-alat untuk sol sepatu yang berada di dekat pasar tradisional. Dia menaiki angkutan, dia harus berjalan sekitar 3-5 menit untuk ke jalan raya sebelum naik angkutan.

Keadaan ekonomi Laras sudah cukup membaik setelah mendapatkan pekerjaan baru. Beruntung atasan di tempat kerja baru sangat baik. Teman-temannya juga sangat baik dengan Laras.

Laras masuk ke dalam toko tersebut, dan membeli alat-alat yang ia butuhkan, setelah selesai membeli peralatan sol untuk bapaknya, Laras berjalan ke arah pasar tradisional untuk membeli kebutuhan dapur yang sudah tinggal sedikit. Dia menyusuri trotoar dan berjalan dengan santai menuju ke pasar tradisional yang dekat dari toko tadi. Laras berjalan sambil melamun, dia memikirkan begitu kejamnya perlakuan ibunya yang pergi meninggalkan dia saat dia masih sangat membutuhkan sosok ibu. Demi agar bisa hidup nyaman, ibunya Laras dengan tega pergi meninggalkan Laras dan bapaknya.

Larasa sedikit menyeka air matanya, mengingat masa-masa pahit dalam hidupnya. Saat bapaknya harus ke sana ke mari mencari hutang untuk biaya rumah sakit dirinya. Ya, saat kelas 5 SD Laras terkena demam berdarah, yang mengharuskan dia di rawat di rumah sakit. Laras hanya memiliki bapak yang tangguh dan menyayanginya. Beliau harus pontang-panting mencari pinjaman untuk biaya rumah sakitnya. Hingga ada orang yang sangat baik sekali, yang membantu pengobatan Laras hingga sembuh. Entah siapa orang itu, kata Pak Dirman, dia adalah pemilik Rumah Sakit di mana dulu Laras di rawat waktu sakit.

Laras menyebrangi jalan dengan melamun hingga tak sadar ada mobil yang melaju sangat kencang.

"Ciiiitttttt," mobil itu mengerem mendadak di depan Laras.

Laras terserempet sedikit oleh mobil itu, pengemudi mobil itu segera turun dari dalam mobil, dan menolong Laras yang jatuh tersungkur di depan mobil.

"Mba, maaf, mba tidak apa-apa?" tanya pria yang tadi mengemudikan mobil dengan cepat.

"Ah…tidak apa-apa, mas. Maaf saya juga melamun jalannya," ucap Laras yang juga mengaku bersalah.

"Yakin tidak apa-apa? Kita ke rumah sakit, ya?"

"Ah…tidak usah, mas, hanya lecet sedikit, nanti juga sembuh di kasih obat merah saja," kata Laras.

"Yakin, mba?"tanya pria itu.

"Iya, mas, yakin tidak apa-apa," jawabnya.

Laras mencoba bangun dan pria itu membantu Laras untuk bangun. Namun, kaki kiri Laras terkilir, sehingga tidak bisa jalan dengan stabil.

"Awww…" ringis Laras.

"Kan benar, kaki mba cedera, ayo masuk ke mobil, saya akan urut dan saya tepikan dulu mobilnya," ajak pria itu sambil mengemasi barang-barang milik Laras.

Laras terpaksa menuruti ajakan pria itu, dia masuk ke dalam mobil dan pria itu menepikan mobilnya. Pria itu mengambil minyak urut yang ada di kotak obat dalam mobilnya dan mengurut kaki Laras.

"Maaf mba, ini akan sedikit sakit,"ucap pria itu.

Benar kata pria itu, Laras merasakan sakit sekali saat urat kakinya di betulkan kembali oleh pria itu, hingga Laras memekik kesakitan.

"Awwhh….,"pekik Laras.

"Sudah, mba. Sini aku obati juga luka mba yang ada di lutut dan siku." Pria itu membersihkan luka Laras dan mengobatinya. Setelah selesai, pria itu mengajak mengobrol dengan Laras.

"Mba mau ke mana tadi?"tanya pria itu.

"Mau ke pasar, sudah begini ya tidak jadi," jawab Laras.

"Terima kasih ya, mas, sudah menolong saya, kalau begitu saya pamit pulang." Laras membuka pintu mobil pria itu.

Saat akan keluar, pria itu memanggil Laras dan seketika Laras mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil pria itu.

"Mba, saya antar saja," ucap Pria itu.

"Mas, tidak usah, nanti saya jadi merepotkan mas," ucapLaras.

"Sudah tutup pintunya, saya antar mba pulang,"

"Emm…iya,"

Pria itu mengantar Laras pulang ke rumahnya. Awalnya mereka hanya salin diam, tapi pria itu memulai pembicaraan agar tidak sepi di mobil.

"Oh, ya, nama mba siapa?"tanya Pria itu.

"Emm…nama saya Larasati, mas," jawab Laras.

"Nama yang cantik, cocok dengan orangnya," ucap Pria itu

"Mas bisa saja, Kalau mas?" tanya Laras

"Saya Andra," jawabnya.

"Oh…mas Andra, salam kenal ya, mas. Maaf merepotkan Mas Andra," ucap Laras.

"Rumah kamu di mana?"tanya Andra.

"Itu depan nanti ada gang belok kiri," jawab Laras.

Monim Andra masuk ke dalam gang yang agak sempit tapi bisa di lalui mobil. Andra sampai di depan rumah tua. Ya, rumah Larasati. Rumah yang sudah tua, dihiasi oleh rindangnya dua pohon mangga, jadi merasa teduh sekali rumahnya.

"Ini rumahmu?"tanya Andra.

"Iya," jawab Laras.

Andra turun dari mobil dan membukakan pintu Laras, lalu memapah Laras menuju rumahnya. Pak Dirman terkejut melihat putri semata wayangnya berjalan dengan dipapah. Pak Dirman menyambutnya dan bertanya dengan panik apa yang terjadi pada putrinya.

"Ya Allah, Laras, kamu kenapa, nak? Kenapa kakimu?" tanya Pak Dirman dengan panik.

"Bapak, Laras tidak apa-apa, cuma terkilir tadi," jawab Laras.

"Ayo duduk sini! Bapak kan sudah bilang, jangan beli alat-alat sol sekarang," ucap Pak Dirman.

"Sudah, pak, bapak jangan khawatir,"

"Maaf pak, saya tidak sengaja menyerempet Laras, tadi saya ngebut bawa mobil," ucap Andra

"Dan Laras juga melamun pak, waktu menyabrang,"imbuh Laras.

"Sudah, yang penting kamu tidak apa-apa, nak. Oh ya, terima kasih, mas, sudah mau menolong putri saya," ucap Pak Dirman.

"Iya pak, sama-sama. Oh ya sebentar, saya ambilkan barang-barang bawaan kamu tadi." Andra mengambil barang yang di bawa Laras tadi. Serta mengambilkan obat penghilang rasa nyeri.

Andra adalah seorang dokter di rumah sakit milik papahnya. Papahnya seorang pengusaha dan memiliki dua ruamh sakit. Andra kembali ke teras rumah Laras, dia membawakan barang yang tadi Laras bawa, juga memberikan obat pereda rasa nyeri.

"Ini milik kamu, dan ini ada obat untuk menghilangkan rasa nyeri, karena habis jatuh pasti akan nyeri badannya."

"Terima kasih, mas,"

"Oh…ya, saya langsung pamit, ya. Saya ada operasi jam 1 nanti, jadi saya harus segera ke rumah sakit,"

"Apa anda seorang dokter?"tanya Pak Dirman.

"Iya, pak, saya dokter bedah di salah satu rumah sakit di kota ini," jawab Andra.

"Oh…jadi mas Andra dokter?"

"Iya, Laras," jawab Andra.

Andra memanggil Laras dengan namanya saja, karena Laras masih muda sekali, dan Andra 5 tahun lebih tua dari Laras. Andra pamit dengan Laras dan Pak Dirman untuk melanjutkan tugasnya di rumah sakit.

avataravatar