webnovel

BAB 10

Ayisa berjalan keluar menuju ke mobil bersama dengan Ilyas.

Ayisa, Ilyas yang juga ditemani oleh

dr. Safira menaiki mobil ambulance untuk menemani Farhan yang saat ini tak sadarkan diri.

Sedangkan keluarga yang lain menaiki 2 mobil pribadi, mobil dengan kecepatan tinggi melaju dengan cepat dihantam oleh hembusan angin.

Hati yang sangat sedih bercampur dengan rasa tak percaya mulai menggoyahkan hati seorang gadis.

Mata memerah dan membengkak, tubuhnya lemah tak berdaya, jiwanya telah mati tapi raganya masih saja kuat menahan pedih yang tersentuh oleh hati.

***

Ilyas melirik ke arah Ayisa yang tak henti menatap fokus Abi nya yang tak berdaya di ranjang pasien.

Ilyas dengan cinta mendekap tubuh Ayisa yang begitu lemah seandainya Ayisa adalah kaca maka dia akan pecah.

"Sabar ya dek! Abi pasti sembuh!"

Ilyas mencoba menyemangati Ayisa.

Dengan cepat Ayisa menepis dekapan itu."udahlah kak! Ayi nggak mau mendengarkan apapun saat ini!! jadi tolong biarkan Ayi tenang sebentar aja!" Ucap Ayisa.

Ilyas sangat mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Ayisa saat ini, hanya saja dia tidak bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ayisa terus menggenggam tangan Farhan yang mungkin Farhan tidak merasakan sentuhan dari putri bungsunya itu.

"Sampai kapan? sampai kapan tuhan akan mengujiku? kenapa Tuhan? kenapa?" titah Ayisa dalam hati.

Tak terasa mereka sudah tiba di Bandara, tangisan Ayisa mulai pecah saat Farhan dibawa pergi oleh dr. Safira.

dr. Safira yang akan membawa Farhan ke Singapura karena di Indonesia

dr. Safira yang menjadi dokternya, jadi

dr. Safira harus ikut bersama dengan Farhan ke Singapura.

Semua orang bersedih karena tak menyangka bahwa Farhan akan mengalami hal seperti ini, dia terlihat sehat-sehat saja tapi tak di sangka dia akan terkena stroke dan harus di bawa ke Singapura untuk berobat.

Arisa dan Bagas pun menangis sedih mereka hanya bisa berharap semoga Farhan bisa sembuh pulih kembali seperti dulu.

Bahkan Ani pun tak kuasa menahan tangisnya ketika dia tak bisa mendampingi sang suami yang sedang sakit.

Ani melihat Ayisa yang tak henti-hentinya menangisi kepergian Farhan.

Kembali lagi Ani menyuruh Ilyas untuk membawa Ayisa ke mobil agar dia tidak merasa lelah dan mengantuk lagi.

Ilyas merangkul pundak Ayisa dan membawanya ke dalam mobil.

"kamu istirahat aja dulu disini!" ucap ilyas.

"Abi??"

"Abi udah pergi, kamu disini aja dulu!"

Ilyas meninggal Ayisa sendiri didalam mobil dan menuju ke tempat Keluarganya berkumpul.

terlihat semua orang sedang bersedih dengan kepergian Farhan, kini Farhan tak terlihat lagi oleh mata mereka.

Mereka hanya bisa berharap bahwa Farhan akan kembali dalam keadaan yang sehat dan baik-baik saja.

Mereka semua pun berjalan menuju mobil, mereka mendapati Ayisa yang sedang berbaring pulas.

Seperti itulah Ayisa saat menangis pasti akan merasa lelah dan saat lelah dia pasti akan mengantuk dan tertidur pulas seperti tak ada yang terjadi.

Mereka memasuki mobil, Ayisa dan Ilyas yang tadinya menaiki mobil Ambulance kini ikut didalam mobil Ayahnya Ilyas.

Mereka berangkat dengan 1 Ambulance dan 2 mobil pribadi yang dikendarai oleh Bagas dan satunya lagi dikendarai oleh Irham ayahnya Ilyas.

Mereka pulang dengan berlinang air mata yang membasahi pipi mereka.

Sesampainya mereka dirumah Keluarga Ayisa dan Ilyas berkumpul dirumah Ayisa.

Ayisa yang sudah terbangun masih belum bisa menenangkan hatinya yang saat ini terasa sesak.

Diruang tamu mereka berbincang-bincang tentang hak yang dikatakan Farhan saat dirumah sakit kemarin.

"Kapan kita bisa menikahkan Ilyas dan Ayisa??" Tanya Yuni.

Arisa Sangat terkejut mendengar hal itu.

"pernikahan kak Ilyas dengan Ayisa???" ucapnya heran.

"iya! Mas Farhan ingin Ilyas menikahi Ayisa secepatnya!" ucap Yuni.

"Ayisa? tapi..."

ucapan Arisa berhenti saat Ayisa kembali bertanya padanya.

"kenapa kak? apa kakak tau sesuatu? atau kakak tau tentang perjodohan yang diinginkan oleh Abi??" tanya Ayisa sedikit mengintrogasi.

"nggak kok! cuman heran aja kok bisa Abi jodohin kamu sama kak Ilyas? padahal kamu kan masih sekolah?!!" jawab Arisa.

Arisa melirik kearah Ilyas yang sedang tertunduk, entah apa yang dipikirkannya saat ini.

Ilyas merasa senang tapi juga sedih, senang karena dia akan menikah seorang gadis yang dicintainya dan juga sedih karena bukan pernikahan yang seperti ini yang diinginkan.

Dia ingin menikah dengan Ayisa setidaknya setelah Ayisa lulus SMA tapi yang namanya takdir hanya tuhan yang tahu.

[Vote+Komen]

[Ada yang bisa kasi judul nggak buat part yang ini??]

Next chapter