2 -Nona dan Pelayan-

Mungkin terdengar gila. Bahkan tidak ada yang percaya. Tapi sekali lagi ini memang nyata dan benar adanya. Konkret. Tervalidasi dan bukan karangan webnovel penulis jahil.

Eunwoo tu nyata. Juga Dahyun.

Satu sekolah sudah mengenal mereka begitu sejak hari pertama masuk. Cukup menghebohkan karena ada adik kelas setampan Eunwoo saat MOS. Namun bukan itu yang membuat precious. Itu semua karena sensasi yang dibangunnya bersama seorang gadis cantik bernama Dahyun.

Eunwoo terkenal karena terang-terangan berdiri di depan Dahyun ketika seorang senior menembak gadis berwajah seputih salju itu. Dengan sinis Eunwoo berbisik. "Maaf kalau tidak sopan, tapi lo harus lebih tampan dari gue dulu kalau mau pacaran dengan Dahyun."

Sejak itu semua cowok seantero sekolah mundur teratur tanpa berani mengusik Dahyun. Iya. Namanya hanya Dahyun. Tanpa embel-embel lain untuk ditambahkan.

Marganya?

Untuk sementara ini tidak ada yang tahu. Bahkan sekolah tidak diizinkan untuk tahu nama marga dari gadis yang konon katanya konglomerat.

Dari berita, katanya Dahyun kaya tujuh turunan. Hartanya tidak akan habis meski digunakan untuk membeli sekolah mahal sekelas Hanlim High School.

Kepala sekolah, guru, dan bahkan wali murid sering takut berhadapan dengan seorang Dahyun. Misterius. Gadis itu tidak pernah mau berinteraksi dengan orang-orang kecuali dengan Cha Eunwoo. Iya. Eunwoo yang gantengnya harga mati itu.

Katanya Eunwoo itu gigolo.

Meski banyak penggemarnya yang menolak soal berita ini.

Ada yang bergosip bahwa Dahyun sudah membeli Eunwoo layaknya budak di pasar gelap.

Ditentang karena Eunwoo tidak cocok untuk dijual di pasar. Terlalu berharga katanya.

Ada juga yang bilang bahwa keluarga Eunwoo berhutang banyak pada keluarga Dahyun. Memaksa cowok itu untuk menjadi babu abadi gadis itu.

Kalau jni semua bungkam. Karena cerita itu terdengar paling masuk akal.

Miris.

Itu saja komentar paara murid di sekolah setiap melihat Cha Eunwoo. Pangeran berjiwa babu.

Babu Dahyun.

Meski banyak juga yang tidak memercayai kisah itu. Mereka lebih suka berasumsi bahwa Eunwoo adalah sahabat baik Dahyun yang dengan setia menjaga gadis itu. Betapa hati malaikatnya Eunwoo.

Dengan pemikiran itu semua fans Eunwoo membelanya.

Karena Eunwoo tampan.

Tidak ada alasan untuk membenci orang rupawan, benarkan?

***

"Dahyun, tadi lo hilang kemana sama Eunwoo?"

Seorang cewek dengan kulit cokelat eksotis menghampiri Dahyun tanpa takut.

Jujur saja.

Bisa dihitung jari jumlah orang yang berani bicara dengan Dahyun. Salah satunya adalah cewek eksotis ini. Namanya adalah Park Jihyo.

Dahyun menaikkan alisnya. Mendengus saat Jihyo duduk di depannya tanpa rasa takut.

"Apaan sih? Kepo."

"Ya ilah, sama temen jangan gitu dong."

"Siapa yang bilang kita temen?"

Balasan sarkastik Dahyun membuat senyum Jihyo berkerut.

"Oke deh kalau lo nggak mau bilang."

Jihyo menyerah. Namun dia masih melanjutkan kata-katanya.

"Gue ngasih tahu aja ya. Tapi rumor lo sama Eunwoo udah lama kesebar, gara-gara kejadian tadi orang makin kepo sama kalian."

"...."

Jihyo berdecak melihat ketidakacuhan Dahyun.

"Banyak rumor jeleknya loh. Lo kaga risih apa?"

"...."

Sekali lagi diamnya Dahyun membuat Jihyo makin mencak. Namun ini memang bukan pertama kalinya dia dibegini kan. Jihyo sudah sering dibaikan dan dilecehkan secara verbal oleh Dahyun. Dia sudah biasa dengan cobaan macam ini.

"Lo bacot banget ya."

Ucap Dahyun sekali bicara.

Jihyo mengelus dada sabar.

"Gue kan khawatir sama lu, Hyun. Gue—"

"Gue nggak perlu rasa kasihan lo. Sekarang pergi. Lo ganggu gue."

Lagi-lagi Dahyun begitu.

Jihyo mendengus karena kekolotan Dahyun padanya.

Namun belum sempat protes panjangnya dilontarkan, sesosok cowok dengan rambut hitam dan mata menyipit tampan muncul di antara mereka.

"Hyun, ayo pulang."

Dahyun mengangkat wajahnya menemukan tatapan Eunwoo yang terpaku padanya.

Dahyun Apatis melempar tas miliknya ke Eunwoo.

"Bawa." Ucapnya singkat tanpa penjelasan panjang.

Eunwoo dengan wajah santuy menerima tas Dahyun selagi cewek itu berlalu saja dengan wajah cuek.

Tak sengaja mata Jihyo bertabrakan dengan Eunwoo.

Gila! Ganteng banget sih nie cowok. Cuma kenapa coba nempelnya ke manusia beretika sampah kaya Dahyun?

Kaga remuk apa kesabaran Eunwoo menghadapinya?

Jihyo saja gedeg setengah mati hanya karena berbicara dengan Dahyun selama beberapa menit. Apalagi Eunwoo yang mengiringi Dahyun kesana kemari.

Bisa mati berdiri tuh.

"Woo, kok lo mau sih diginiin sama Dahyun? Lo diperlakuin kaya pembantu sama dia."

Tanya Jihyo tidak mengerti. Manik matanya mencari kejujuran dari wajah penuh kebohongan macam Eunwoo.

Eunwoo tersenyum sekilas sebelum menjawab.

"Loh? Kenapa? Aneh ya?"

Jihyo mencebik melihat kepolosan Eunwoo.

"Banget! Elo itu bisa cari cewek yang lebih berakhlak dari pada si Dahyun. Gue yakin banyak tuh berjejer cewek yang mau sama elu."

"Tapi gue nggak bisa, Ji." Seloroh Eunwoo jujur dengan nada yang pasti.

Jihyo mengerutkan alis "Hah? Kenapa?"

"Karena gue... Babunya Dahyun."

Setelah mengatakan itu Eunwoo segera berlari menyusul Dahyun yang sudah berteriak memaki karena keterlambatannya.

Makian Dahyun nyaring sampai menggetarkan akal sehat Jihyo juga. Tiba-tiba tersadar dengan pernyataan Eunwoo yang mengagetkan.

Jihyo masih terperangah mendengar jawaban itu.

Jadi Eunwoo beneran babu ya?

***

"Nona mau makan apa malam ini?"

Pertanyaan Eunwoo memecah lamunan Dahyun.

Cowok itu mengendarai mobil milik Dahyun layaknya sopir.

Senyum sempurnanya tidak lepas layaknya sales di toko-toko. Sekilas, Eunwoo menatap Dahyun yang membalas tatapannya dengan permusuhan besar.

Padahal Eunwoo sendiri memberinya tatapan penuh cinta. Nonanya ini emang paling bisa membuat Eunwoo merasa tertantang.

Sebenarnya Eunwoo tidak masalah dirumorkan macam-macam dengan Dahyun. Alasan dia sekolah bukan untuk reputasi ataupun nilai akademik.

Dia sekolah murni untuk mengikuti nona ini.

Eunwoo juga tidak pernah menutupi hubungannya dengan Dahyun. Sebaliknya, dia ingin pamer berada di sisi nona kesayangannya.

Hanya saja orang-orang sekolah memang terlalu dangkal untuk memercayai hubungan ambiguitas yang Dahyun dan Eunwoo punya.

Karena ikatan mereka memang tidak sederhana dan sulit dipercaya.

"Eh bego."

Panggil Dahyun tiba-tiba. Eunwoo menoleh singkat dengan senyuman lebar padanya.

Melihat itu rasanya migrain Dahyun kambuh, senyum Eunwoo memang kaya racun bagi Dahyun. Entah kenapa dia tidak bisa melihat senyum aneh itu kelamaan.

"Namaku Eunwoo, Nona."

"Lo nggak dapat izin buat jawab, dugong!" Kesal Dahyun.

"Nona, aku ulangi lagi namaku Eunwoo. Kalau kurang jelas apa perlu kita pergi ke THT untuk pengobatan?"

Kekaleman Eunwoo membuat Dahyun makin jengkel.

Dia melempar tasnya ke wajah Euwoo, untungnya meski sedang menyetir Eunwoo cukup gesit untuk menghindar.

"Nona jika kamu membuat perkara, bukan hanya aku yang bisa mati. Tapi nyawa kita berdua juga dipertaruhkan."

"Biarin, gue nggak tertarik juga hidup." Balas Dahyun cuek.

Eunwoo tersenyum pendek di sana sebelum kembali menjawab gerutuan Dahyun.

"Sayang sekali aku sangat tidak tertarik untuk mati berdua dengan Nona. Bayangkan saja jika malaikat salah mangantarkan kita berdua nanti di akhirat? Aku yakin akan terseret ke neraka jika bersama Nona."

Dahyun ingin sekali menampar wajah tampan Eunwoo. "Lo aja yang ke neraka!"

"Oh, atau Nona memang ingin tinggal berdua denganku di neraka? Kalau begitu tidak papa. Meski neraka, asal bersama Nona aku akan merasa seperti surga."

Lagi-lagi Eunwoo mengatakan hal yang membuat perut Dahyun terlilit.

"Manusia nggak ada otak lu ya!" Geram Dahyun, dia hampir ingin mengangkat tinjunya ke wajah Eunwoo.

"Nona amnesia? Aku bukan manusia."

Jawaban ambigu Eunwoo sempurna meloloskan tawa sarkastik dari wajah Dahyun.

"Ah, ya. Lo bener, lo kan iblis."

Senyuman dengan mata menyipit Eunwoo itu mendistorsi pemandangan Dahyun.

Senyum iblis.

"Makasih, Nona."

"Itu bukan pujian!"

Namun Eunwoo menyempatkan menoleh pada Dahyun dengan tatapan hangat dan penuh sayang.

"Walaupun Nona membenciku. Nona adalah cewek nomor satu yang aku sayang. Nanti kita sama-sama ya pergi ke neraka. Aku janji akan buat istana untuk Nona."

"Sinting lo anjing!"

avataravatar
Next chapter