1 PROLOG

Five Years Ago, New York

Pria itu tengah menyesap vodkanya sedari tadi. Rasanya satu atau dua gelas saja tidak cukup untuk menghilangkan rasa stressnya. Dia ingin mabuk malam ini, mabuk dalam artian yang sebenarnya. Dia sudah cukup muak menjalani kehidupannya. Dia hanya ingin melupakan masalahnya kali ini saja. Dalam satu kali tegukan air bening itu kembali tembus ke kerongkongannya, dia menggeram lalu mengulurkan gelas mewah itu ke bartender di depannya.

"Hei dude, sudahlah. Sudah cukup untuk malam ini, kau akan mabuk nanti jika meminum lebih dari ini,"

"How dare are you!!!," lelaki itu menatap bartender tajam. "Jangan coba-coba berani memerintahku, cepat beri aku satu gelas lagi, kalau tidak..." lelaki itu sengaja menggantung kalimatnya. Dia berdiri lalu mencengkeram kerah kemeja pria tua di hadapannya.

"Tolong jauhkan lengan Anda, Sir." Pria itu mencoba menepis lengan kekar sang pria yang terlihat sangat berkuasa. Belum pernah dia melihat ada orang sekasar itu selama hidupnya.

"Baik, sir. Aku akan mengambilkan satu gelas lagi untukmu," cengkeraman di kerah bajunya mulai mengendur. Lelaki itu kembali duduk sementara bartender itu berbalik kembali meracik minuman lalu menuangnya ke gelas kosong yang dipegang lelaki itu. Lagi-lagi hanya satu kali tegukan gelas itu sudah kembali kosong.

Dia menatap nanar keadaan di sekitarnya. Dengan kesadaran yang berangsur menghilang lelaki itu melihat orang-orang yang bahagia saling bergelung dengan pasangan masing-masing. Malam ini, bar ini lebih ramai dari biasanya. Kerlap-kerlip lampu yang menaunginya menambah sensasi tersendiri bagi para pengunjung. Diiringi music keras yang bergema di telinga mampu membuat orang-orang itu kembali berdansa ria. Suasana yang amat sangat memuakkan.

Lelaki itu akhirnya beranjak pergi setelah beberapa botol vodka dia tandaskan. Dia berjalan keluar dari bar sialan itu untuk kembali ke apartemennya. Sialnya, caranya berjalan kini mulai terhuyung dan beberapa kali dia hampir terjatuh, jika saja tangannya tidak menggemgam dan menggapai sesuatu. Kesandarannya berangsur menghilang, digantikan dengan rasa pusing yang amat hebat seakan menyentak kesadarannya.

Lagi. Dia kembali menyeimbangkan tubuhnya bersiap untuk berjalan, namun tubuhnya tumbang. Kewarasannya yang semakin menipis tentu dapat dipastikan jika kini dia sudah mabuk. Dia terjatuh menghantam lantai, namun beberapa saat matanya terbuka. Dia melihat bidadari cantik sedang menatapnya hangat.

Apa, bidadari cantik?

Yakinkan di ajika ini bukan dunia.

"Tuan, kau tidak apa-apa, kan?" pria itu tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Aku akan memapahmu untuk berjalan ke mobilmu"

Oh, lord. Suaranya benar-benar mengalun indah dalam indera pendengaran.

Perempuan itu memapahnya ke arah mobil sport hitam metalik miliknya. Entah kekuatan dari mana, lelaki itu tiba-tiba saja merangkul bahu perempuan itu lalu berbalik arah, memangkunya ke penginapan bar. Dia memandang wanita itu lekat-lekat dan tubuhnya terasa terbakar karenanya. Dia ingin sekali merasakan kewanitaanya, lalu mengungkunginya dan kemudian perempuan itu mendesah memanggil namanya. Katakan dia serakah, hanya ingin menjadikan wanita itu miliknya malam ini.

Mereka tiba setelah lelaki itu berjuang melawan segala rontaan wanita yang berada dipangkuannya. Sepertinya wanita itu kelelahan dan mulai pasrah akan nasib buruk yang sebentar lagi menimpanya. Lelaki itu tersenyum sedangkan si wanita menangis tergugu.

Pintu kamar itu terbuka menampilkan sebuah ranjang mewah yang berada di dalamnya. Lelaki itu memboyong sang perempuan kemudian melemparkannya ke arah kasur king size dengan lapisan emas di pinggirannya. Dia melucuti pakaiannya sendiri mulai dari kemeja hingga resleting celana katun hitamnya. Tidak hanya bertelanjang dada saja, tubuhnya kini tak tertupi sehelai benang pun. Matanya diliputi napsu, dan kelelakiannya sudah berdiri tegak di bawahnya. Dia melihat wanita itu siap menerkamnya malam ini.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya sang wanita gemetar. Dia takut sekali saat lelaki telanjang itu semakin mendekatinya. Matanya awas melihat gerak-gerik sang pria, sementara tubuhnya mulai memanas karena beberapa kali melihat tubuh bagian bawah pria itu. Wanita itu terus mundur hingga tanpa sadar punggungnya membentur sisi ranjang.

"Menurutmu?"

"Jangan pernah Anda coba untuk melecehkanku Tuan,"

"You tease me! Aku tidak akan melecehkanmu sayang, aku hanya ingin berbagi pengalaman indah denganmu." Lelaki itu menghirup aroma leher sang wanita. Mengendusnya, menikmati segala sisi keindahannya.

"Lepaskan, jauhkan tangan biadabmu dari tubuhku!" tangan wanita itu mencoba mendorong tubuh lelaki yang semakin berani terhadapnya. Sayang, tenaganya tak cukup kuat bahkan hanya untuk menggeser tubuh sang pria.

"Ayolah, mari kita bermain-main sebentar. Kau pasti akan sangat menyukainya," tangan nakalnya memainkan sesuatu yang tersembunyi dibalik bra brenda milik wanita itu. Menciptakan gerakan erotis dan sensual yang membuat tubuh sang wanita bergetar hebat akibat gelombang dahsyat dari pria itu.

"Aku... Ahh... Mohon Tu-tuan.. Ahh.. Lepaskan diriku... Ahhh"

Mulut pria itu menghisap segala hal pada kehormatan milik si wanita. Rasanya sungguh nikmat. Ini pertama kalinya, dia begitu memuja dan mengingkan wanita. Dia sangat menyukai aroma lembut dan menenangkan milik wanita itu.

"T-tuan.."

Lidahnya bergerilya di sana membuat seluruh tubuh wanita itu mengejang hebat. Tubuh wanita itu terasa terbakar tiap kali merasakan sentuhan sang pria. Dia sudah tidak tahan dengan semua kenikmatan yang untuk pertama kalinya dia rasakan. Kenikmatan yang meletup-letup dan membutakan seluruh organnya.

PLAKK

"SUDAH KU BILANG, TOLONG LEPASKAN AKU!!! INI NAMANYA PEMERKOSAAN. APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN DENGAN TUBUHKU HAH," wanita itu berteriak marah, merasa terhina dengan pelecehan yang dia dapat. "Aku akan pergi, dan tolong," wanita itu merapikan pakaiannya lalu bergerak menjauh ke arah pintu. "lepaskan aku, atau aku akan..."

Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, pria itu mengerjarnya. Mencekal lengannya dengan keras dan hal itu membuatnya pergelangan tangannya memerah. Air matanya sebentar lagi tumpah menahan sakit. Lelaki itu menyeret si wanita kembali ke tempat tidur, lalu tanpa ampun dia merobek seluruh pakaian si wanita.

"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini," ucap lelaki itu sembari menindih tubuh wanita itu. "Tapi ucapanmu tadi sungguh menggangguku. Kudengar kau tadi menyebut ini pemerkosaan, dan yah baiklah, akan kukabulkan"

Selanjutnya, dengan kasar lelaki itu menyentuh tubuh sang wanita, memagut bibirnya dalam dan menggigitnya hingga bibir wanita itu memerah. Jangan lupakan juga tentang penyatuan keduanya yang belum siap. Tentu saja hal itu sangat menyakiti wanita itu.

"Ohh you're still virgin. Ah, malam ini aku menang banyak."

Napas lelaki itu keluar tak beraturan. Di bawahnya, wanita itu mendesah sambil mengucurkan air mata. Ini sungguh menyakitkan, kesuciannya direnggut paksa. Meskipun dia belum siap, dan bodohnya dia masih sempat-sempatnya mendesah,

"Mendesahlah My Queen. Panggil namaku," racaunya sambil menghentak tubuhnya semakin dalam. Setelahnya, hanya ada desahan bercampur tangis yang menemani malam kedua orang itu.

Proses penyatuan yang begitu gila, di sebuah bar, dengan wanita secantik bidadari dan ternyata she's really damn hot and still virgin, of course. Ah, lelaki itu memang selalu beruntung.

***

Matahari menyibak jendela kamar itu, menerobos masuk ke dalamnya. Di sana, di dalam kamar itu, wanita itu bergelung dalam selimut sambil memeluk tubuhnya. Matanya mulai mengerjap-ngerjap membiaskan sinar matahari yang menusuk penglihatannya. Dia mengucek kedua matanya lalu melihat ke arah jendela.

Ternyata sudah siang, dan sekarang dia terlambat bekerja pagi ini.

Dia mengedarkan seluruh penglihatannya menilai ruangan ini. Dia tertidur di ranjang asing yang sayangnya sangat nyaman, mewah, dan besar. Dan matanya juga menangkap nuansa asing pada kamar tidur ini seperti kamar mewah, ada sofanya dan juga kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka itu sepertinya tidak seperti kamar mandi di apartemen kecil miliknya.

Ah sebenarnya ini di mana?

Dia mulai membebaskan dirinya dari tempat tidur, namun saat dia hendak bangun, dia merasakan tangan kokoh yang melingkari erat perutnya. Dia dengan cepat menyibak selimut yang kini menutupi tubuhnya dan terkejut saat kakinya menjadi empat. Empat?? Kaki besar itu melilit kaki kecil miliknya. Dia berbalik ke belakang, dan saat itulah dia menyadari jika bukan hanya dia saja yang tertidur di Kasur ini. Dia menutup mata dan mulai memijit keningnya yang terasa agak pening.

Seperti kaset usang yang diputar, kejadian semalam berkelebatan dipikirannya. Rona merah menghiasi pipinya.

"Sudah bangun," matanya kembali terbuka, mendengar suara serak dan berat milik pria itu. Suaranya terdengar sangat seksi.

"Mau pergi?" tanya lelaki itu. Dia hanya bergeming tanpa suara. Matanya tidak sopan memandang tubuh lelaki itu dengan rakusnya. Dia perlu izin, ini tidak benar. Namun, matanya tidak menuruti perintah otaknya.

"Kamu menyukainya?" lelaki itu melihat apa yang dilihat wanita itu. Dua kali. Pagi ini dua kali dia merasa malu, dan pipinya sudah sangat merah menahan rasa itu. Akhirnya, dengan berat hati dia menunduk lalu berusaha melepaskan pelukan pria itu.

"Boleh aku minta lagi?" wanita itu mengerutkan dahinya. Apa maksud pria tampan itu. Dia hendak meminta apa. Keningnya berkerut.

"Aku ingin yang seperti semalam. Dan aku kali ini akan melakukannya hingga matahari kembali terbenam."

What??? Ini gila.

.

.

.

.

.

.

Do you like it?? Please vote and comment. Thank you, guys!

Hopefully you love it!

Truly yours,

avataravatar