3 MCF - Punya Susu

"Gak usah banyak omong. Lo tinggal diem duduk dan nanti bisa sampai ke Sekolah tepat waktu," ucap Galang yang malas mendengarkan omelan dari gadis yang berstatus sebagai tunangannya.

"Aku masih ingin hidup," ucap gadis itu yang membeberkan apa yang ada di dalam pikirannya.

Galang mengernyit mendengarnya. "Lo pikir gue udah ingin mati?" tanya Galang yang mana dia masih jauh belum memikirkan kalau dia akan mati atau ingin mati di waktu sekarang.

"Kalau gak ingin mati, kenapa kamu bawa motornya kayak ngajak aku buat ketemu malaikat maut?" tanya gadis itu lagi yang begitu mempertanyakan hal ini.

Sebenarnya apa yang sudah gadis itu ucapkan tidak terlalu salah, karena memang semakin ke sini Galang semakin menambah laju kendaraannya.

Gadis itu sekarang hanya berharap-harap cemas, sebab dia tidak mungkin bisa terus-terusan berbicara. Bukan tidak mungkin, tapi semua itu akan tetap percuma saja.

Dia sudah tahu sedikit karakter tentang tunangannya yang sangat keras kepala, bahkan sangat jarang kalau Galang menuruti apa yang dirinya inginkan.

Ckittt drtt

Galang mendadak menghentikan motornya dengan menarik serta menginjak rem dengan mendadak saat dirinya baru saja melihat ayam yang mendadak lewat.

Gadis bernama Naura itu kaget dan dengan seketika dirinya menjadi terhantuk pada punggung Galang saat Galang mengerem secara tiba-tiba, karena semua dia hanya duduk biasa.

Saat secara tidak sengaja membuatnya berada dalam jarak yang sangat menempel dengan Galang, membuat sebuah perasaan aneh muncul dalam dirinya.

Jantungnya berdebar dengan begitu kencang, tangannya mendadak merasa berkeringat, padahal semula dia tidak merasakan yang namanya panas, karena mentari juga baru bersinar sejenak.

"Ayam siapa si? Mendadak lewat, ganggu aja!" kesal Galang.

"Kenapa gak kamu tanya aja langsung sama ayamnya," ucap Naura dengan begitu entengnya.

Mendengar jawaban dari Naura yang seperti itu, sontak galang membuka kaca helm-nya dan dengan seketika dia melirik ke arah belakangnya.

Tap

Bola mata dengan tatapan yang teduh milik Galang bertemu dengan bola mata indah milik Naura, keduanya saling memperhatikan keindahan masing-masing.

Galang barusan tidak berhenti di tengah jalan, dia berhenti di pinggir jalan dan tidak mungkin menjadi menghalangi pengguna jalan yang lain, terlebih bukan di jalan raya yang besar, masih di jalan komplek perumahan Naura.

"Ngapain lo liatin gue?" tanya Galang saat dirinya bertama kali tersadar dari tatapannya.

"Kamu juga ngapain liatin aku?" balik tanya Naura dengan nada bicara yang terdengar begitu polos.

Memang Naura terbilang polos, dia akan berucap sesuai dengan apa yang ada di kepalanya, tapi tenang aja, isi kepalanya tidak sekacau milik Galang.

"Ehh-h!" teriak Naura refleks saat Galang baru saja melepas koplingnya saat dia menarik gas.

Sekarang posisi tangan Naura berada pada pinggang tunangannya, Galang sama sekali tidak berucap, dia membiarkan gadis dengan nama lengkap Naura Lavanya Mahendra yang sudah menjadi tunangannya sejak 4 bulan yang lalu itu memeluk dirinya.

*****

"Tunggu! Kak Galang tunggu!" teriak Naura saat Galang baru saja melangkahkan kaki meninggalkannya begitu saja setelah sampai di Parkiran.

Sampai saat ini Naura masih belum berani memanggil Galang menggunakan namanya saja tanpa ada embel-embel 'Kak' di depannya, padahal mereka statusnya sudah sepasang tunangan.

Memang Naura sudah terbiasa menggunakan kata aku—kamu, tidak fokus memanggil Galang 'Kak', tapi untuk memanggilnya, Naura selalu memanggilnya dengan sebutan 'Kak Galang'.

Tidak menjawab, Galang hanya menghentikan langkah kakinya sambil memperhatikan gadis kecil yang tinggi badannya di bawahnya tengah melangkahkan kaki mungilnya.

"Aku punya susu."

Sontak kepala Galang miring saat dia mendengar apa yang sudah Naura ucapkan. Galang begitu mengernyit saat dirinya mendengar kalimat tersebut, dia benar-benar tanda tanya serta kebingungan.

"Hei! Kok liatin aku kayak gitu?" tanya Naura yang benar-benar kebingungan dengan semua ini.

Saat Galang memiringkan kepalanya ke kiri, Naura juga melakukan hal yang sama, bedanya Naura memiringkan kepalanya ke kanan agar kemiringan kepalanya sama dengan kemiringan kepala Galang.

"Kamu ngapain miringin kepala?" tanya Naura yang benar-benar heran dengan semua ini, padahal dia juga melakukannya.

Mendengar pertanyaan itu membuat Galang tersadar dan membenarkan posisi kepalanya, menatap gadis yang baru saja membenarkan posisi kepalanya.

"Lo bilang punya susu buat apa?" tanya Galang yang benar-benar kebingungan dengan hal ini.

"Aku punya susu 2, satunya mau aku kasih ke kamu."

Glek

Dengan seketika saliva yang ada di mulut Galang turun dengan sendirinya dan tertelan begitu saja saat mendengar Naura yang akan memberikan 1 susu miliknya.

"Kamu kenapa sih bengong mulu?!" tanya Naura dengan penuh kekesalan.

Bagaimana tidak kesal saat dirinya berucap dengan penuh keseriusan, tapi orang yang ada di hadapannya malah terdiam bengong seperti Galang sekarang.

"Lo yakin ingin kasih 1 susu lo buat gue?" tanya Galang setelah dia tersadar mendengar suara cempreng milik Naura.

Kening Naura mengernyit. "Kenapa enggak, kan aku gak kasih kedua susunya buat kamu?"

Pikiran Galang sudah tidak bisa dihentikan lagi, sekarang pikirannya sudah beterbangan ke arah yang sulit untuk diketahui ke mana tujuannya.

"Mana?" Galang malah menantang Naura untuk memberikan satu susu miliknya.

"Bentar, ada di dalam."

Mendengar kalimat tersebut kedua bola mata Galang langsung membulat dengan perasaan yang kaget sebab dia tidak percaya dengan hal tersebut.

"Nih, ada dua. Buat kamu satu, buat aku satu."

Naura berucap dengan begitu enteng sambil memberikan satu susu kotak pada Galang dan satu susu kotaknya dia pegang yang kemungkinan itu untuknya.

"Sialan! Otak gue udah traveling," umpat Galang saat melihat susu yang sedari tadi Naura maksud.

Sontak Naura kaget. "Hah? Otak kamu pergi ke mana?" tanya Naura dengan begitu polosnya.

Sedari tadi berarti Naura tidak mengerti ke mana pembahasan Galang dan apa yang ada di pikiran Galang tidak sama dengan apa yang ada di pikiran Naura.

"Pluto," jawab Galang dengan begitu datarnya.

"Kok kamu-nya ada di sini?" tanya Naura lagi.

"Argh!" teriak Galang yang penuh dengan kekesalan.

"Kamu kenapa teriak?"

Naura tidak bisa sebentar saja menyembunyikan kepolosan yang dia miliki sampai-sampai dia bisa membuat Galang kesal karena gereget dengan mudah.

"Kepolosan lo udah stadium akhir!"

"Emang polos ada tingkat stadiumnya ya?"

Lagi-lagi Naura tidak mengontrol kalimat yang akan dia keluarkan. Bisa-bisanya dia malah menanyakan hal yang seperti ini.

"Lama-lama gue gila kalau terus-terusan sama lo!"

Galang langsung melangkahkan kaki meninggalkan Naura yang masih memikirkan apa yang sudah Galang ucapkan.

"Ini susunya kenapa gak diambil?" tanya Naura setengah berteriak saat Galang malah meninggalkannya begitu saja.

"Gue gak mau yang itu." Galang menjawab tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Memangnya dia mau susu yang mana?" tanya Naura menggunakan nada bicara yang pelan, dia malah menjadi bepikir susu seperti apa yang Galang inginkan.

Semenjak dirinya resmi bertunangan dengan Naura, Galang sering pusing sendiri dengan sikap Naura yang begitu berkebalikkan dengan dirinya.

Sampai saat ini Naura masih bertahan dengan Galang, bahkan dia belum merasa kalau dia mendapatkan rasa sakit ketika bersama dengan Galang, meski dirinya harus menyembunyikan status yang sebenarnya.

Semua ini karena keinginan Galang.

Waktu itu dia menerima pertunangan ini, tapi dia mengatakan pada Naura untuk tidak mengumbar status yang sebenarnya antara mereka berdua.

avataravatar
Next chapter