webnovel

MCF - Hanya Tidak Tega

"Kamu kenapa sih malah bawa aku pergi dari sana? Kenapa kamu gak mau bantuin Kenan untuk lepas dari Kak Dilan?" tanya Naura setelah mereka berada di tempat yang sepi.

Ocehan Naura sedari tadi tiada henti.

Hampir banyak orang sekarang menjadi fokus ke tempat di mana Dilan dan juga Kenan berada, sehingga tempat ini sekarang tengah kosong.

Galang masih tidak ingin melakukan banyak dialog bersama dengan Naura di depan anak-anak Bintang Medika, karena dia tetap tidak ingin jika ada yang mencurigai kenapa dia bisa dekat dengan Naura.

"Lo gak suka dengan apa yang sudah gue lakukan?" tanya Galang sambil menatap fokus Naura. Galang setengah memojokkan Naura.

Naura menganggukkan kepalanya. "Aku emang gak suka sama sikap kamu yang egois kayak tadi, kenapa kamu malah biarin Kak Dilan berantem sama Kenan?" tanya Naura yang masih kebingungan dengan hal ini.

"Lo gak suka sikap gue atau lo suka dia?!" tanya Galang yang dengan seketika menaikkan nada bicaranya.

Glek

Dengan seketika Naura menelan salivanya kasar setelah mendengar serta melihat ekspresi dari Galang yang terlihat begitu menyeramkan.

Naura melangkahkan kakinya mundur saat Galang menatapnya dengan tatapan yang seperti ini, dia kebingungan kenapa Galang bisa langsung naik emosi seperti ini.

Jantungnya memompa dengan cukup cepat, berbeda dari biasanya, keringat dingin mulai keluar, bahkan beberapa terlihat dengan jelas menetes menyusuri kulitnya yang mulus.

"Jawab!" tekan Galang dengan penuh keseriusan.

Benar-benar merasa kaget. Naura kebingungan harus menjawab apa sekarang, karena dia tidak kuasa menatap ekspresi Galang yang penuh dengan keseriusan.

"Kenapa kamu malah jadi ngira kalau aku suka sama Kenan?" tanya Naura yang mencoba untuk memberanikan diri menanyakan hal ini pada Naura.

Sebuah senyuman miring terukir dengan jelas di bibir Galang. "Gue tidak meminta lo untuk bertanya, gue nyuruh lo untuk menjawab pertanyaan yang sudah gue ucapkan."

Benar-benar tidak bisa diganggu atau pun dialihkan. Galang ingin Naura menjawab pertanyaan yang sudah dia ajukan sekarang juga.

Naura menggelengkan kepalanya. "Aku gak suka sama Kenan. Kenapa emangnya?" tanya Naura lagi.

"Kalau lo gak suka, gak mungkin lo sepanik tadi saat tahu kalau dia berantem dengan Dilan, dan lo gak akan terus-terusan membujuk gue untuk menghentikan Dilan."

Apa yang baru saja Galang ucapkan terdengar begitu masuk akal, karena kalau memang Naura tidak mempunyai perasaan pada Kenan maka Naura tidak akan begitu pusing memikirkan keadaan Kenan saat berkelahi dengan Dilan.

"Aku cuma gak tega aja sama dia, terus aku juga ngerasa gak enak karena Ken berantem sama Kak Dilan juga karena Kenan yang belain aku."

Dengan berhati-hati, Naura mencoba untuk menjelaskan semua alasan yang dia miliki sampai dia bersikap seperti tadi, bahkan sampai khawatir pada Kenan.

"Kalau gak ada Ken, mungkin sekarang aku lagi di UKS ngerasain sakit di pipi aku, karena ditampar sama Kak Dilan."

Naura mengadukan semuanya dan berharap kalau Galang percaya dengan apa yang sudah dia ucapkan, karena tidak bisa dibohongi kalau Galang marah padanya, hati Naura merasa tidak tenang.

"Ayolah, jangan marah. Aku minta maaf sama kamu, aku gak bermaksud buat kamu marah. Lagi pula apa sih yang udah aku lakuin sampai membuat kamu marah kayak gini?" tanya Naura.

Di sini memang Naura tidak menyadari apa yang sudah dia perbuat sampai membuat Galang marah seperti ini, karena menurutnya dia tidak pernah berbuat salah.

Dia kembali memikirkan apa yang sudah dia perbuat tadi dan juga memikirkan hal tersebut sambil menyambungkan dan menebak apakah mungkin hal itu menjadi alasan kenapa Galang tiba-tiba marah seperti ini.

"Kamu cemburu ya karena aku tadi belain Ken?" tanya Naura dengan menggunakan nada bicara yang terdengar begitu polos sambil memperhatikan wajah Galang yang sekarang terlihat begitu datar.

"Jangan berharap terlalu tinggi, gue gak cemburu! Gue gak peduli mau lo dekat dengan siapa pun!" Tidak tahu karena angin apa sampai membuat nada bicara Galang tidak terkontrol seperti sekarang.

Naura merasa sangat kaget saat mendengar kalimat itu keluar dengan nada yang begitu tinggi, apalagi melihat tatapan Galang yang begitu tajam seolah menusuk hatinya.

Bola mata Naura memerah, cairan bening menggumpal di pelupuk matanya. Naura tidak kuasa menahan dirinya, karena dia sama sekali tidak sanggung untuk dibentak.

Bulir bening lolos dari mata indah Naura, jatuh membasahi pipi mulusnya. Naura menyekanya dan langsung berlari, karena jujur dia merasa sangat ketakutan berhadapan dengan Galang yang seperti ini.

"Argh!" Galang merasa kesal. Emosinya memuncak saat dia sudah berhasil membuat gadis kecil yang terbiasa bersikap polos itu menangis karena ulahnya.

Kenapa Galang bisa sampai seperti ini dan juga tidak mengontrol emosinya?

Apakah benar hal ini terjadi, karena Galang cemburu?

Jika cemburu, berarti ada rasa cinta?

Next chapter