35 Kunjungan yang mengejutkan

"Marlyna bangun! apa kau akan tidur seharian!"

Suara berisik itu mengganggu tidur pulas Marlyna, semalam dia terbangun pukul 03.00 pagi karena harus membukakan pintu untuk orang tuanya. Mereka memang iseng sekali, pulang kerumah pada saat putrinya baru saja menutup mata.

Semalaman gadis ini tidak bisa tidur, memikirkan setiap detail kejadian yang sudah dilakukan lelaki bernama Jino itu. Marlyna tidak pernah menyangka jika orang yang dia anggap polos, lemah lembut dan baik hati itu sudah mencoba memperkosanya. Jika saja Firda tidak datang tepat waktu, mungkin malam itu dia sudah dihajar habis oleh Jino. Kejadian yang lama pun akan terulang kembali, seperti yang pernah kakaknya lakukan pada gadis ini.

"Marlyna bangun! kau ini tidur atau mati?! cepat mandi sana!"

Marlyna bangun dari ranjang tempatnya tertidur, celotehan sang ibu membuat kepalanya pusing. Padahal ini adalah weekend dan dia ingin sekali tidur seharian. Mencium bau bantal yang lembut dan sedikit berlendir. Tapi karena celotehan sang ibu dia tidak akan pernah mungkin bisa beristirahat dengan tenang.

"Marlyna!"

"Astaga wanita itu, iya ibu aku bangun!" teriak Marlyna dari kamar.

Marlyna turun dari kamar atas hanya dengan memakai celana dalam berwarna krem dengan tank topnya yang selaras. Dia mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk, berjalan seperti anak ayam kehilangan induknya.

"Ibu... kenapa ibu berisik sekali sih?! aku masih mengantuk bu!" rengek Marlyna manja.

Ketika dia sampai di anak tangga terakhir, sebuah pemandangan mengejutkannya. Di sana sudah ada Andra, Jino dan kedua orang tuanya yang sedang minum teh. Marlyna refleks memberikan salam 90 derajat yang selalu dia lakukan di kantor, namun satu hal yang belum dia sadari.

"So seksi." gumam Andra pelan.

Jino langsung menundukan kepalanya ketika melihat pemandangan yang sangat luar biasa itu, sementara Andra terus menatap dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya. Merasa putrinya dalam bahaya, pak Dimas langsung menutup wajah Andra dengan bantal sampai tubuh kekar itu hampir terjungkal ke belakang.

"Marlyna kenapa kau keluar dengan pakaian seperti itu! tutupi cepaaaat!!" teriak sang ayah.

"Hah apa?!"

Marlyna melihat ke bawah tubuhnya, dia baru sadar jika sejak tadi gadis ini turun hanya dengan menggunakan celana dalam berenda. Karena merasa malu, dia langsung lari terbirit-birit sampai hampir terpeleset dikamar mandi. Wajahnya merah dengan jantung yang terus berdebar-debar, kenapa hal konyol selalu saja terjadi padanya?!

"Ahh sialan! kenapa aku sampai lupa memakai celana?! Marlyna kenapa sifat ceroboh mu tidak pernah hilang!"

Suara teriakan gadis itu sampai terdengar ke arah ruang tamu, Anna hanya bisa tertawa geli melihat dua lelaki tampan ini akward dengan situasi yang dihadapi mereka barusan. Sebenarnya itu bukanlah pemandangan pertama Andra dan Jino melihat celana dalam Marlyna, hanya saja jika di depan kedua orang tuannya? agak sedikit memalukan.

"Lupakan kejadian ini." ucap pak Dimas tegas.

"Iya om bagaimana?" tanya Andra bingung.

"Lupakan dengan apa yang kalian lihat !" bentak lelaki paruh baya itu dengan penuh emosi.

Plakkk !

Anna memukul punggung suaminya. "Heh jangan berlebihan begitu, kau ini kerasukan? sudah sana cuci piring di dapur! aku akan mengobrol dengan kedua lelaki tampan ini." ucap Anna dengan senyum kecil diwajahnya.

"Iya iya!" jawab pak Dimas sembari pergi meninggalkan ruang tamu.

"Jadi, kalian ini Jino dan Andra?!" tanya Anna dengan wajah serius.

"Iya." jawab kedua lelaki itu kompak.

"Baiklah, sekarang cepat jawab. Siapa yang akan menikahi putriku lebih dulu hm?"

Andra dan Jino saling menatap satu sama lain, pertanyaan yang cukup membuat jantung kedua lelaki ini berdegup kencang. Menikah? yang benar saja! hubungan pun belum pasti mereka jalani. Tapi sekarang wanita paruh baya ini langsung menanyakan hal yang sangat mengejutkan.

"Tante, sebenarnya aku dan Marlyna belum memiliki hubungan khusus tap--"

"Aku akan menikahinya lebih dahulu! tante tenang saja!" ucap Jino memotong ucapan sang kakak.

Andra terdiam tidak bisa berkata-kata, bagaiamana mungkin bocah ingusan itu berani menyela kata-kata kakaknya sendiri.

"Heh anak ingusan, umurmu masih 21 tahun. Marlyna tidak akan cocok dengan lelaki yang lebih muda." ucap Andra sinis.

"Kenapa? aku cukup bisa membuatnya bahagia?! tidak seperti kakak!" ucap Jino.

"Apa katamu? wah kau minta dihajar pagi-pagi buta begini." tantang Andra.

Melihat situasi yang seperti ini, Anna langsung memisahkan kedua lelaki yang ada dihadapannya. Dia sangat senang karena putri semata wayangnya itu ternyata cukup populer diperusahaan, buktinya kedua lelaki tampan ini saja sampai memperebutkan hal yang belum tentu pasti ada dihadapan mereka.

***

"Marlyna!" panggil dua lelaki itu serentak.

Gadis cantik ini hanya bisa menghela nafas panjang, menatap dua orang lelaki yang duduk di bangku taman belakang rumahnya dengan tajam. Dia heran, kenapa Andra dan Jino tidak biasanya datang mengunjungi dia dirumah? apalagi di saat weekend.

"Kenapa kalian kemari ?! astaga Boss, Jino aku ingin istirahat dari rutinitas ku dikantor. Dan sekarang kalian datang kemari? oh my." keluh Marlyna kesal.

"Aku datang untuk mengajakmu keluar, bukankah kita ada satu kencan yang belum terpenuhi? Marlyna jangan lupakan itu!" ucap Andra.

"Tidak! dia akan pergi denganku kak, sebenarnya ada hal yang harus kita bicarakan dan itu sangat penting! jadi lebih baik kakak pulang." ucap Jino.

"Kau mengusirku?!" bentak Andra.

"Tidak, aku hanya menyarankan kakak untuk pulang." ucap Jino.

"Itu sama saja bodoh!"

Kedua lelaki ini kembali bertengkar, Marlyna sudah bosan melihat tingkah dua kakak beradik yang tidak pernah akur ini. Padahal beberapa hari yang lalu dia sempat menceramahi kedua lelaki ini dengan rumus pajang x lebar x tinggi. Namun tetap saja, selalu ada hal yang membuat mereka bertengkar.

"Heh apa kalian ini bocah SD ?! kepalaku pusing melihat kalian bertengkar astaga!" ucap Marlyna kesal.

Andra dan Jino pun seketika terdiam, mereka sangat takut melihat gadis ini marah dan mengomel. Rasanya seperti disidang oleh seorang guru killer yang akan menjewer kuping mereka satu persatu. Tapi sekarang, apa yang akan dilakukan Marlyna? memilih salah satu dari mereka?! tidak mungkin. Karena pasti akan berujung pertengkaran.

"Aku tidak ingin pergi kemanapun, jadi lebih baik kalian pulang saja!" tegas Marlyna.

Drrrrtt drrrrttt

Suara ponsel menggetarkan pahanya, sebuah panggilan masuk dari Firda.

Marlyna :"Iya kenapa cacing alaska?!"

Firda :"Apa kau dirumah? aku ingin mengajakmu keluar untuk bersenang-senang hari ini. Bagaimana?"

Marlyna :"Heh aku tidak punya uang, gajihan ku masih lama! kau pergi saja sendiri !"

Beberapa saat kemudian....

Firda, Chandra, Andra, Jino serta Marlyna akhirnya pergi secara bersamaan. Setelah cukup lama berdebat, akhirnya Andra dan Jino lah yang akan mentraktir mereka semua. Bersenang-senang di weekend yang sangat indah ini.

"Cepat naik!" perintah Andra sembari membukakan pintu mobilnya.

"Apa maksud kakak? tentu dia akan pergi bersamaku!" bentak Jino.

Marlyna kembali dibuat pusing, hal spele seperti ini saja pasti akan membuat mereka bertengkar. "Heh tidak bisakah kalian berhenti bersikap kekanak-kanakan? aishh kepalaku pusing!"

"Wah hebat, kau diperebutkan dua lelaki tampan. Oh my God, ayo pilih salah satu!" kompor Firda.

Jino menarik lengan Marlyna. "Kau akan berangkat dengan siapa?!"

Namun tiba-tiba Andra ikut menariknya juga. "Pergi denganku, atau kau akan kehilangan satu tanganmu?!"

avataravatar
Next chapter