37 EGO !

Marlyna pergi meninggalkannya kerumunan dengan perasaan kesal, kedua lelaki tampan tidak berguna itu selalu saja membuatnya kesal. Terutama Andra!

"Menyebalkan! kenapa mereka diam sepeti itu tadi? apalagi Andra. Kemana kata-kata manis yang selalu dia ucapkan? astaga Marlyna sadarlah! mereka itu hanya pembual besar dan suka sekali mempermainkan perasaanmu!"

Grepp

"Ikut denganku!"

Sebuah tangan kekar tiba-tiba menarik gadis ini keluar, ternyata itu adalah Andra. Dia datang entah kapan dan dari mana, namun yang pasti lelaki ini ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara keduanya.

"Andra sakit!"

Lelaki itu tidak menggubris rintihan gadis yang sedang diseretnya, dia tetap fokus pada tujuan saat ini. Membawa Marlyna pergi dari ketiga orang yang mungkin akan mengganggu waktu kebersamaan mereka. Andra tidak suka keramaian, dia bahkan lebih nyaman jika berdua saja dengan Marlyna.

"Andra kau kasar sekali, lepaskan tanganku!" bentak Marlyna kesal ketika lengan mungilnya terus diseret sang Boss bagaikan sebuah karung sampah.

"Diam, aku ingin bicara sebentar denganmu." jawab Andra

Lelaki itu celingukan kesana-kemari, mencari tempat yang mungkin bisa dia datangi. Sampai sebuah taman kecil dibelakang gedung itu mengantarnya kesana. Mereka duduk disebuah bangku kusam dengan beberapa orang yang tengah asik pacaran disekitarnya.

Marlyna diam seribu bahasa dengan wajahnya yang kusut, dia menatap kosong ke arah depan sembari mengucek-ngucek tangannya sendiri. Melihat itu Andra langsung mencolek pipi mulusnya dengan senyum manis yang tidak pernah dia lakukan seperti biasanya. Namun gadis itu masih diam, entah mengapa dia kesal tanpa sebab.

"Hey gadis cerewet kenapa diam begitu? kau membuatku merasa canggung. Katakan apa yang membuatmu sampai marah seperti itu? apa karena sikapku tadi?" tanya Andra penasaran.

Marlyna menatap dengan ekspresi yang menyebalkan. "Tidak ada, aku hanya sedang sakit perut jadi diam dan jangan menggangguku!" ucap gadis itu.

Sekarang Andra mulai memasang wajah yang serius, ekspresi dingin yang selalu dia tunjukan pada setiap orang kecuali gadis ini. Dia paham jika Marlyna pasti marah karena Andra tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya di depan dua temannya itu. Tapi mau bagaimana lagi? gengsinya terlalu besar. Dia tidak pernah mengatakan hal-hal manis pada seorang gadis! apalagi untuk seorang Marlyna.

"Kau menganggap hubungan ini serius?" tanya Andra dengan alis yang mengangkat sempurna ke atas.

"Tidak!" jawab gadis itu cepat.

"Oh baiklah kalau begitu, aku juga menganggapnya begitu." jawab Andra dusta.

Wajah gadis itu semakin murung, dia sangat kesal marah dan ingin sekali mengamuk. Namun Marlyna harus bisa menahan dalam-dalam emosinya demi sebuah gengsi. Cukup membuat gregetan ketika dua orang yang sangat keras kepala ini terlibat dalam sebuah perasaan yang sama, mereka bahkan tidak bisa mengungkap apa yang dirasakan hatinya masing-masing.

Andra dengan sikap ego dan acuh tak acuhnya dalam menghadapi perempuan, sementara Marlyna yang terlalu munafik dengan perasaan yang terus menggebu di dalam hatinya. Lelaki yang sebenarnya lebih bisa tulus dan mengerti gadis ini dia abaikan demi seorang lelaki arogan, mesum dan sangat menyebalkan.

Hati memang tidak bisa ditebak, terkadang dia selalu memilih orang yang salah demi sebuah kenyamanan. Dan itu jelas terjadi pada gadis ini.

"Kau itu menyebalkan, sombong, kasar, mesum dan satu lagi tidak peka!" ucap Marlyna dengan bibir yang terus maju seperti keong.

Andra tersenyum bangga. "Tapi semua itu cukup membuat para wanita berlarian ke arahku termasuk kau juga Marlyna, hahaha!"

"Siapa yang berlarian ke arahmu? heh mohon maaf tuan Andra yang budiman. Aku tidak pernah mengejarmu sedikit pun, tapi kau dan adikmu sendiri yang mengejarku!" tegas Marlyna.

"Aku? wah yang benar saja. Dengar selama ini aku hanya penasaran pada tubuhmu saja, selebihnya tidak ada peras--"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Andra terdiam dengan tatapan Marlyna yang dingin itu. Dia harusnya tidak mengatakan hal yang sekiranya akan menyakiti hati seorang gadis yang tidak berdosa itu. Tapi karena kebiasaannya dengan mulut yang tajam, Andra tidak bisa mengontrol sebuah ucapan.

Kesalahpahaman pun semakin menjadi diantara keduanya, ketika Marlyna dengan jelas menyimpulkan jika Andra hanya memanfaatkan perasaan polosnya untuk sebuah kesenangan semata. Dia juga masih tidak mengerti kenapa Jino ikut-ikutan dalam permainan ini, Marlyna pikir sang adik pun mungkin sama berniat mempermainkan perasaanya saja.

"Maaf, aku tidak bermaksud berkata seperti itu." ucap Andra.

Marlyna tersenyum kecil dengan tubuh yang gemetar. "Sudahlah, sekarang aku mengerti kenapa kau bertindak berlebihan seperti tadi. Aku ini murahan, jadi kau tidak perlu membayar ku sangat mahal untuk hal seperti itu." ucap gadis itu.

"Apa? hey kau salah paham. Aku hanya bercanda dengan ucapanku Marr!" jelas Andra.

"Terimakasih untuk weekend yang cukup menyenangkan ini, kau sudah mengganggu waktu tidurku dan juga melibatkan hatiku dalam masalah hidupmu sendiri An-- ehh tidak maksudku Boss. Aku permisi, semoga harimu menyenangkan."

Marlyna benar-benar pergi sekarang, dia meninggalkan Andra di taman itu sendirian. Rasa menyesal memenuhi hati lelaki tampan ini, kenapa dia tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan? atau setidaknya Andra bisa menjaga ucapannya sedikit.

"Ak--u... aku... aku menyukaimu!" teriak Andra.

Marlyna sudah pergi sekarang, jadi percuma saja Andra mengatakannya. Gadis malang itu mungkin tengah sangat kecewa saat ini, terjebak dengan perasaannya sendiri.

"Astaga, kenapa kau payah sekali Andra. Harusnya tinggal katakan saja 'AKU MENYUKAIMU' !" gumam lelaki itu kesal.

***

Tanpa sepengetahuan Andra dan Marlyna, ketiga orang itu memperhatikan mereka dari jauh. Jino tidak bisa berbuat banyak saat ini, dia hanya bisa menunggu sampai gadis itu ada didalam jangkauannya.

"Jino, kau yakin Andra tidak akan macam-macam dengan sahabatku itu?!" tanya Firda khawatir.

"Semoga saja tidak." jawab Jino.

Marlyna berjalan menghampiri ketiga orang yang sudah menunggunya. Dia tersenyum penuh kepalsuan, terlihat seperti orang bodoh yang baik-baik saja. Padahal sebenarnya hati itu terasa begitu sakit.

"Mar dimana Andra? kenapa kalian tidak pergi bersama?!" tanya Chandra.

Marlyna hanya menggelengkan kepalanya, Firda pun memberikan kode pada kekasihnya itu agar tidak membahas Andra. "Ah..? bagainana kalau kita pergi ke tempat karaoke? setuju?!" tanya Firda.

"Heh ini masih siang! kau ingin menggila tengah hari begini ?!" tanya Marlyna dengan mata yang membulat.

Jino merangkul pundak gadis cebol itu, memberikannya sebuah dorongan agar tidak larut dalam hati yang sedang sedih itu. "Ayolah Nona! kita berangkat sekarang. Aku akan panggil orang rumah agar mengantarkan mobilku yang lain bagaimana? kita bersenang-senang hari ini !" ajak Jino.

"Tidak, aku ingin pulang saja." jawab Marlyna dengan wajah lunglainya.

Plakkk !

Satu pukulan keras mendarat di pantat bulat itu. "Kau ini payah sekali, ayo kita berangkat sekarang! Jino yang traktir hahaha!" teriak Firda penuh semangat.

avataravatar
Next chapter