33 Tiga puluh dua

"BOSAYANG! YUHUUUUUU, KAMU DIMANA? MAKAN YUK!"

Xena memasuki ruang kerja Vrans. Terlihat laki-laki itu sudah menutup daun telinganya kuat-kuat, membuat dirinya terkekeh. The power of teriakan melengking Xena.

"Tidak perlu berteriak, gadis pluto." Pinta Vrans sambil menghela napasnya, berada di dekat Xena sangat merusak alat pendengarannya. Namun ia sangat senang dengan sifat gadisnya yang seperti ini dibandingkan dengan Xena yang terus-menerus melamun masih memikirkan kematian Chef Dion.

"Dion lagi apa ya disana?"

"Xena kangen masakan Dion!"

"Dion kangen tidak mengobrol sama Xena?"

"Temani Xena makan siang lagi jika Vrans belum pulang."

Kalimat itu terus-menerus di rapalkan oleh Xena membuat dirinya khawatir setengah mati.

"Makan yuk, Tuan tampan." Ucap Xena sambil tersenyum menggoda, lalu mendekati tubuh Vrans dan langsung saja memeluk lengan laki-laki tersebut.

Vrans terkekeh. Dibandingkan dengan dulu jika gadis itu bertindak seperti ini padanya, mungkin sudah ia dorong sambil berdecih. Namun kali ini tidak, ia benar-benar nyaman diperlakukan seperti ini oleh Xena. Astaga apa sebentar lagi ia akan bertindak seperti Niel? Atau bahkan lebih parah seperti Damian si laki-laki mesum?

"Mau makan apa kamu? Di kantin mau?"

Xena menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, aku mau makan di luar. Bersama Tuan Vrans Moreo Luis yang sangat teramat aku cintai."

Xena bucin tingkat dewa.

"Iya deh, lepas dulu tapi ini jangan peluk-peluk. Aku ingin merapihkan meja kerjaku." Ucap Vrans sambil tersenyum manis membuat Xena langsung melepas pelukan di lengannya. Gadis itu terpaku melihat senyumannya, astaga Vrans manis sekali.

Setelah selesai merapihkan meja kerjanya, Vrans menggenggam erat telapak tangan Xena. Menggenggamnya dengan sangat erat seolah-olah takut jika gadis itu akan hilang. Jelas saja, tidak perlu ditanya, dada Xena sudah berdetak tidak karuan.

Mereka memang sudah dekat, namun rasanya untuk berpegangan tangan saja seperti dua remaja yang di mabuk asmara.

"Tangan aku kenapa di genggam erat sekali?" Tanya Xena dengan pipi yang sudah memerah, ia terus menerus menatap tangannya yang menyatu sempurna dengan tangan Vrans. Ini adalah hal yang sangat membahagiakan, menurutnya.

Vrans menyibak jambulnya sambil menatap Xena dengan tatapan bingungnya. "Memang kenapa? Tidak mau?"

Xena langsung menggeleng, ah ia tidak ingin Vrans melepaskan genggaman tangan ini. Dan tanpa Xena sadari, hati Vrans sedari tadi sudah menghangat. Ia tersenyum samar melihat wajah gugup yang di tampilkan gadis itu. Sebelumnya ia tidak pernah sedekat ini dengan gadis manapun, kecuali Klarisa. Baginya, Xena dan Klarisa adalah perpaduan yang pas. Ah baiklah, jangan mengingat Klarisa lagi, gadis itu pasti akan menghancurkan pertahanannya kembali. Biar saja ia ingin mencoba hal baru dengan gadis pluto ini.

"AHHHHHHH XENA SENENG BANGET IH! MAU PINGSAN TOLONGIN!" Jerit Xena dengan heboh sambil mengibaskan tangan kirinya yang bebas tidak terkena genggaman tangan Vrans, wajahnya terasa panas, mungkin sekarang terlihat seperti kepiting rebus. Sangat merah, astaga ia malu!

Vrans mencubit hidung Xena. "Berisik."

Bukannya kesakitan, Xena justru menyembunyikan kepalanya di dada bidang Vrans. Dengan tangan mereka yang masih menggenggam satu sama lain, gadis itu melingkarkan tangan kanannya ke leher Vrans. "Aku mencintaimu, Vrans. Sangat mencintaimu."

Vrans terkejut dengan pelukan mendadak dari Xena. Namun sedetik kemudian, ia mencoba melepas genggaman tangan mereka, beralih memeluk tubuh mungil Xena dengan erat. Sepertinya ini adalah hobi baru baginya. Tubuh Xena yang mungil sangat pas berada di dalam pelukannya.

"Kenapa tidak menjawab, Vrans?" Sambung Xena karena tidak mendengar balasan apapun dari laki-laki itu.

"Apa sifat ku akhir-akhir ini kurang untuk menjelaskan perasaanku padamu? Kalau iya, maka aku sudah sangat mencintaimu, Xena."

...

The Chefs Table at Brooklyn Fare

431 W 37th St, New York, NY 10018, Amerika Serikat

Untuk dapat mencicipi hidangan di Chefs Table at Brooklyn Fare yang memiliki hidangan yang dipengaruhi oleh Jepang dan Prancis, bukanlah hal yang mudah. Tempat duduknya sangat terbatas, dengan reputasi restoran kelas internasional. Setiap tamu akan dihidangkan makanan di meja daput terbuka, sehingga tamu dapat langsung melihat koki kelas dunia sedang menyiapkan hidangan. Untuk mencicipi hidangan di Brooklyn Fare ini, setiap tamu harus mengeluarkan uang USD362 per orangnya.

(362 USD = Rp. 5.711.998,00)

Xena menatap kagum restoran ini. Sudah lama ia memimpikan untuk makan disini, namun sayangnya Tasya dan Liam sangat menyebalkan, selalu melarang dirinya pergi tanpa mereka. Alhasil hanya keinginan saja, namun saat ini ia benar-benar bisa makan di tempat ini. Menakjubkan.

"Vrans, terimakasih banyak untuk semuanya." Ucapnya sambil menatap Vrans dengan mata yang sudah berkaca-kaca, ia sangat bahagia.

Vrans terkekeh, lalu menggengam tangan Xena untuk duduk di salah satu kursi. Beruntung ia sudah kenal dengan beberapa chef yang berada disini, mereka teman Chef Dion sewaktu laki-laki itu belum di pekerjakan di mansionnya.

"Chef, biasa ya dua porsi plus red wine." Ucap Vrans ketika sudah berhasil mendaratkan bokongnya di kursi. Ia melihat seorang laki-laki yang sudah berumur sedang sibuk memasak menu pesanan orang lain.

Yang di panggil Vrans tentu saja langsung mengangguk seolah mereka sudah mengenal sebaik itu.

"Vrans, siapa dia?" Tanya Xena penasaran, ia pikir laki-laki itu tidak memiliki kenalan. Terlihat dari Vrans yang memang tidak pernah memiliki teman satu pun, kecuali Klarisa dan Paula, ia hanya tau kedua gadis itu saja.

Vrans merangkul pundak gadisnya, memancarkan aura pesesif yang begitu kentara. "Namanya Chef El. Dia teman baik Dion."

Tiba-tiba raut wajah Xena berubah drastis, ia merasa bersalah mengingat kejadian itu, mungkin jika ia yang tewas Chef Dion masih berada di dunia ini. Bersama teman-temannya, dan juga bersama dengan Fara. Ia kecewa pada dirinya sendiri, ia merasa jika dirinya sangat jahat.

"Aku ingin meminta maaf pada Chef El karena membuat dirinya kehilangan seorang teman." Gumam Xena sambil menatap kedua manik mata Vrans dengan sendu. Ia bersungguh-sungguh akan mengganti semua jasa Chef Dion yang sudah sangat berharga bagi dirinya.

"Untuk apa, sayang? Jangan mengingat hal yang sudah terjadi. Kamu ingat kata Fara?"

Xena menggeleng. Tidak mungkin ia melupakan perkataan Fara tentang bagaimana dirinya harus merelakan kepergian Chef Dion, dan bagaimana dia harus memaafkan dirinya sendiri. "Tapi sulit, Vrans."

Dengan senyumannya yang manis, Vrans membawa tubuh Xena supaya bersandar pada pundaknya. Ia mengelus lembut kepala gadisnya itu. "Kamu pasti bisa, sayang. Gadis pluto yang aku kenal itu tidak pernah menyerah dengan keadaan."

"Seperti mencintai kamu?"

"Iya, seperti mencintai diriku."

Xena tersenyum sangat manis, ia menghembuskan napas lega mendengar perkataan Vrans. Setidaknya ia memang harus merelakan kepergian Chef Dion, tidak baik berlarut dalam kesedihan.

"Aku menyayangi kamu, Vrans."

"Dan aku lebih menyayangi dirimu."

Ah, sepertinya Vrans sudah mabuk dengan segala kelakuan konyol dan manis Xena. Ia sudah benar-benar terjatuh pada pesona gadis itu.

...

Next chapter...

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

avataravatar
Next chapter