2 CEO -1-

Desember 2017, bagi Charice Hwang, begitu banyak kasus dan peristiwa yang dilewati di tahun 2017 ini. Rasanya ia tak bisa bernafas, baru saja melewati satu kasus besar lalu muncul kasus selanjutnya. Sebagai seorang reporter muda, semangatnya tentu sedang menggebu-gebu menjalani pekerjaan yang juga merupakan passionnya. Namun sayangnya di penghujung tahun ini akhirnya ia tahu apa itu lelah. Biasanya ia selalu sangat bersemangat mematahkan kasus-kasus yang ada dan mencari fakta serta menuliskan beritanya. Kali ini Ia benar-benar mulai jenuh dan merasa tidak bersemangat.

Ia pun curhat dengan kakaknya mengenai perasaannya. "Yeonhee Eonni, menurut Eonni aku kenapa ya?"

"Kenapa?" Yeonhee terkejut karena tidak biasanya sang adik mengeluarkan kata-kata berbau frustasi. Ia menghentikan kegiatannya menyisir rambut di depan cermin riasnnya dengan keadaan sisir yang masih tersangkut di rambut. "Eonni nggak salah denger kan?"

"Entah kenapa akhir-akhir ini aku lagi nggak semangat kerja." Charice menggelosorkan badannya di atas ranjang, mengambil guling dan tengkurap dengan beralaskan ganjal guling tersebut.

"Mungkin kamu lagi jenuh aja, perlu refreshing. Wajar kok itu, semua orang kerja pasti pernah yang namanya kena jenuh. Mau kamu sesuka apa pun sama pekerjaan kamu, tapi yang namanya aktivitas yang dilakukan berulang pasti ada kalanya buat kamu jenuh."

"Jadi menurut Eonni, ini wajar?"

"Iya, coba kamu liburan. Hmmm.... Eonni juga kebetulan mau liburan dulu nih sebelum nikah, mau jalan-jalan sebagai single ladies untuk yang terakhir kalinya."

"Eonni mau kemana emang?"

"Ke Prancis, Belanda, Jerman, Spanyol." Dalam benak Yeonhee sudah terbayang keindahan alam Eropa beserta kota-kotanya.

"Banyak banget," ujar Charice tercengang.

"Negaranya deketan, jadi nggak masalah. Kamu juga nggak pernah ke Eropa kan? Ayo kita liburan bareng!" ajak Yeonhee.

"Tapi Eon, kondisi keuangan aku lagi nggak memungkinkan jadi kayanya nggak bisa ikut sama Eonni."

"Minta sama Appa aja, pasti dikasih." Yeonhee tersenyum penuh arti.

"Enggak Eon, aku nggak mau pakai uang Appa. Lagian Appa udah nggak kerja sekarang, uangnya buat masa tuanya papa sama mama jadi aku nggak mau ganggu uang mereka."

Yeonhee terhentak seperti tersindir. "Charice, Appa cari uang buat siapa coba, buat kita. anak-anaknya jadi nggak perlu merasa nggak enak, uang Appa juga banyak kok walau dia udah nggak kerja."

"Tapi tetep aja Eon, Appa mendapatkan uang itu dengan cara yang salah."

Yeonhee meningggikan sedikit nada suaranya. "Jadi kamu pikir, Appa nggak pernah kerja dengan cara yang halal? Selama jadi direktur di Samkyung nggak dihargai?"

"Bukan begitu Eon, jelas yang memang gajinya Appa itu adalah harta yang halal tapi kalau yang..."

"Korupsi?!" Yeonhee menyelak Charice. "Coba kamu tulis berita tentang Appa yang korupsi, kamu berani nggak?"

"Eonni..." Wajah Charice berubah sedih.

Dalam hatinya ia merasa ingin berteriak, ia tahu tentang kejahatan ayahnya namun ia tetap membela ayahnya dan membiarkan ayahnya menang saat duduk di kursi pesakitan. Ia sendiri memang tidak ingin ayahnya sampai di bui.

Dari kejadian ini, ia meragukan kredibilitas kerjanya sendiri sebagai reporter yang selalu menulis berita berdasarkan fakta. Ia selalu ingin mengorek fakta namun di lain sisi ia melindungi kejahatan ayahnya.

Akhirnya setelah menimbang-nimbang, ia pun memutuskan akan berlibur namun tidak di waktu dekat, menimbang banyak pekerjaannya yang belum selesai, ia memutuskan ingin ke Singapura di pertengahan Februari 2018. Dia memesan tiket dari Desember 2017 ini harga mendapat harga yang murah.

***

David menemui Jessica dengan paksa, awalnya Jessica tidak mau namun karena David memaksa dan berjanji akan bertemu dengan baik-baik akhirnya Jessica setuju bertemu dengan David. Mereka bertemu di sbuah restoran saat makan siang. Mereka duduk di sebuah meja dan haya memesan minuman saja, Kebetulan pengunjung restoran tersebut tak terlalu ramai.

"Kita udah selesai Seojoon-ssi, eh maksudku David-ssi. Saya sudah bilang jika saya tidak ingin ada hubungannya denganmu lagi 5 tahun yang lalu."

"Kau benar-benar tega Jes? Saya sangat tulus mencintai kamu."

"Tulus?" Jessica membelalakan matanya. "Sepertinya kamu salah mengartikan arti tulus, selama saya berpacaran dengan kamu, yang bisa saya lihat hanyalah mata kedengkian dan kebencian keinginan balas dendam. Saya nggak percaya kamu punya ketulusan."

"Kamu bohong, kamu ninggalin saya karena saya cuma anak angkat yang nggak punya hak atas ahli waris keluarga angkat saya kan? Tapi Kau lihat sekarang." David meninggikan bahunya, menegaskan dagunya.

"Lihat apa?" Jessica membalas ketus.

Dengan jumawanya, David berujar. "Saya berhasil jadi ahli waris tunggal dari perusahaan orang tua saya... Saya bahkan sudah membeli saham perusahaan tempat suami Ibu kandung saya bekerja."

Plok! Plok! Plok!

Jessica bertepuk tangan. "Jadi gara-gara itu kamu merasa jadi orang paling hebat?"

"Saya bisa melakukan lebih dari itu Jes!" Tatapan mata David tajam menusuk ke kedua bola mata Jessica.

"Yaudah coba aja Dave-ssi. Saya nggak tertarik sama semua yang berhubungan dengan kamu." Jessica menantang balik tatapan David.

"Jes tunggu!" David menarik tangan Jessica yang akan pergi.

Jessica terpental ke arah David karena kencangnya tarikan tangan David. "Lepasin Dave, saya bilang lepasin atau saya bakal teriak."

David melepaskan tangannya yang mencengkram tangan Jessica.

"Please Jes, saya bener-bener cinta sama kamu. Saya nggak bisa hidup tanpa kamu." Nada bicara David spontan berubah menjadi orang yang minta dikasihani.

"David, saya nggak bisa sama kamu lagi. Lagipula pasti banyak wanita di luar sana yang bakal jatuh cinta sama kamu, melihat dari kekayaan dan..." Jessica terdiam sejenak. "Tentu karena kamu tampan."

Jessica pergi meninggalkan David di restoran tersebut.

David merasa Jessica telah mengkhianatinya, ia sangat sakit akana perlakuan Jessica kepadanya. Mengingat betapa saling mencintainya mereka berdua dulu.

***

Jessica pergi menuju kantor tempat pacarnya bekerja yaitu Dismass. Tanpa basa-basi ia langsung naik lift dan mencari ruangan kekasihnya.

Seorang pria berjas hitam dengan dalaman kemeja maroon duduk di meja kerja. Rambutnya yang pendek bertatanan slicked back, khas para eksekutif muda, dimana rambut pendek yang semuanya disisir ke belakang tanpa poni dan menyisakan rambut di depan. Pria tersebut ialah kekasih Jessica, Raymond Kim. Ia memiliki wajah berahang tegas, bisa dikatakan cukup tampan dan awet muda walau usianya sudah 36 tahun.

Begitu Jessica datang, ia langsung memeluk sang pacar, Raymond menyambutnya dan balik memeluk kekasihnya dengan hangat.

Mata Jessica tampak berkaca-kaca. Jelas Jessica baru saja menangis.

"Chagiya, kau kenapa?" Tampak kecemasan melanda Raymond.

Jessica belum mau berkata apa-apa.

Raymond perlahan melepaskan pelukan Jessica. Ia memegang wajah Jessica dan meyakikannya supaya jangan bersedih.

"Ray Oppa... orang itu..." terdengar suara Jessica terbata-bata.

"Orang itu siapa Jes?" Raymond terkejut, suara Raymond yang sangat ngebass terdengar sangat berat. Namun tetap terdengar halus.

"David... " Sauara Jessica tedengar lirih.

"David mantanmu?" Raymond kaget dan seketika langsung menebak jika David yang dimaksud adalah David mantan pacar Jessica.

"Iya Oppa..." suara Jessica sangat terdengar samar-samar.

Raymond memegang kedua lengan Jessica. "Kau bertemu dengannya?"

Jessica mengangguk.

"Jes, apa yang dilakukannya kepadamu?" Suara Raymond semakin terdengar meninggi, suara bassnya hampir terdengar parau. "Katakan Jes! Apa dia berani macam-macam denganmu? Biar Oppa kasih pelajaran ke si brengsek itu!"

Jessica bereaksi. "Jangan Oppa... Dia tidak melakukan apapun kepadaku, Oppa tenang saja." Jessica megingat kembali masalalunya saat bersama David, ingatannnya flashbackke lima tahun yang lalu. Jessica pernah melewati masa paling bahagia dalam hidupnya saat berpacaran dengan David, ia bebas melakukan apapun di dunia ini semaunya. Ia dan David bagai pertner in crime, dunia hanya milik mereka berdua. Ketika masa-masa itu terpintas kembali di ingatannya, buru-buru Jessica menampik ingatan yang harus ia kubur tersebut. "Aku cuma takut dia dateng ke keluarga aku suatu saat dan menceritakan kejadian di masa lalu.," lanjutnya bercerita.

"Kau jangan takut, Oppa disini untukmu!" Raymond memeluk Jessica, menjatuhkannya di dedekapan dadanya.

Tampak Jessica masih sedih dan takut akan sesuatu.

Antara Jessica dan David ada suatu rahasia, rahasia yang bukan sekedar kenakalan remaja namun lebih mengerikan lagi. Jessica telah memberitahukannya kepada Raymond. Raymond janji akan menjaga rahasia Jessica.

Raymond sendiri mencintai Jessica menerimanya apa adanya, dengan segala masa lalu Jessica yang suram. Walau begitu ia melihat background keluarga Jessica yang berasal dari keluarga kaya yang terpandang.

***

avataravatar
Next chapter