23 Sungguh Memuakkan!

"Damian sedang apa kau disini?"

Seseorang memanggil.

"..... "

Mendengar suara manja seorang gadis yang dibuat-buat itu sangatlah familiar bagi Damian, itu adalah suara teman sekelasnya yang selalu mengganggu dan mengejar-ngejarnya bahkan gadis itulah yang ingin dijodohkan Barbara Warren mamanya, gadis itu bernama Sierra.

Wajah lembut Damian seketika berubah dingin, ya kelembutan yang dimiliki bocah itu hanya untuk kakak terkasihnya Lidza, sedangkan ke orang lain bahkan orang tuanya pun Damian memang dikenal sebagai si pangeran dingin.

"Damian kok kamu bisa disini memangnya tidak masuk....," ucapan Sierra terhenti saat melihat telapak tangan pria pujaan hatinya itu sedang menggenggam erat wanita disebelahnya.

-Apa-apaan itu siapa wanita disebelah Damian?, tunggu jangan-jangan itu Hazel kakaknya Damian tapi kok pakaiannya begitu lusuh dan kotor tidak mungkin putri dari keluarga Bonaventura sekotor itu, wajah mereka pun tidak mirip, berarti wanita ini pasti jal*ng tua yang pernah diceritakan tante Barbara kepada mami.(batin Sierra).

Sierra pun segera melangkah menghampiri Damian, ia sengaja melepaskan tautan tangan keduanya dengan kasar.

"Geser dikit dong, " ucap Sierra ketus.

"Oo baik, " ucap Lidza segera menggeser tubuhnya memberi tempat dengan canggung.

Tanpa ucapan terimakasih gadis bernama Sierra itupun duduk ditengah-tengah antara Damian dan Lidza sengaja memisahkan keduanya lalu segera bergelayut manja di lengan Damian.

Naomi yang melihat hal itupun segera menegurnya.

"Eh kamu tuh ya emangnya gak diajarin sopan santun ya, main serobot aja emang dasar bocah gemblung, " ucap Naomi kesal.

"What u bilang apa tadi?" Sierra beranjak berdiri dengan bertolak pinggang.

"Bocah gemblung, kenapa emangnya!" ucap Naomi sembari melipat tangan didepan dada.

Keduanya saling mendekat dan memberikan tatapan tajam.

-Edeeh bisa perang Dunia ke 3 ini kalau tidak segera dilerai mereka berdua, apalagi Naomi ini tipe orang yang jauh dari kata sabar.(batin Lidza).

Pelan-pelan Lidza pun segera duduk bergeser mendekati Damian yang hanya terdiam menyaksikan perdebatan antara Sierra dan Naomi.

"Ssst Dami sebaiknya segera bawa temenmu menjauh dari Naomi, tuh anak nanti bisa abis babak belur, cepetan!" bisik Lidza.

"Biarkan saja aku tidak peduli padanya, " ucap Damian acuh tak acuh.

"Ish Kamu ini, bukankah dia itu temanmu dan sepertinya kalian kelihatan cukup akrab, " ucap Lidza heran.

"Aku tidak peduli dengan gadis lain, yang ku pedulikan hanya kakak seorang, jadi jangan memaksaku untuk membelanya lagipula dia memang pantas mendapatkan nya karena sudah bertindak tidak sopan denganmu, dan 1 lagi aku tidak mau berurusan dengan temanmu yang bar-bar itu, sebaiknya aku antar kau pulang sekarang!" ucap Damian segera menggenggam telapak tangan Lidza, ia berdiri dan menariknya.

Saat hendak beranjak pergi, Lidza melepaskan genggaman Damian dengan kesal.

"Kalau kau tidak mau, biar aku yang melerai mereka, " ucap Lidza segera berbalik menuju kedua wanita yang masih saja saling berhadapan mengadu mulut.

"Na udah udah ya, ayo kita pulang aja ini rumah sakit nanti kita ditegur loh, " Lidza segera berdiri menarik Naomi menjauh.

"Anak ini kudu diberi pelajaran biar tau sopan santun sama yang lebih tua Lidza, " ucapnya kesal karena ditarik paksa oleh sobatnya itu.

"Udah yang tua ngalah aja ya, " ucap Lidza.

"Apaan, maksud u aku udah tua gitu? bah sekate-kate u Lidza, " ucap Naomi dengan raut wajah bete.

"Lah salah ngomong lagi dah. Udah ah ayuk kita pulang aja dari tadi kamu tuh ribut terus sama orang gak capek apa tuh tenggorokan teriak-teriak terus, " ucap Lidza kesal dengan temannya yang asli bar-bar ini.

"Tapi aku belum selesai ajarin nih anak, biar tau tata krama kalau bicara sama orang, sini u bocah!"

"Cih, atas dasar apa orang sepertimu mau mengajariku, apa kau ini orang penting, hebat, atau konglomerat?, miskin aja banyak gaya sok ingin menasihati, lebih baik kalian segera pergi dari rumah sakit ini sebelum aku menyuruh security menendang kalian keluar, " ucap Sierra dengan nada angkuh.

"Wah beneran minta dihajar nih anak, sepertinya kau harus diberi sedikit pelajaran bocah sombong, Lidza sebaiknya kau segera menyingkir," Ucap Naomi dengan wajah merah padam.

Naomi segera melepaskan diri dari tarikan Lidza hendak menerjang Sierra, namun dengan sigap Lidza menghadang didepannya.

"Na jangan ya tolong sabar, ingat kau bisa dituntut lagipula ini rumah sakit jangan sampai para pasien terganggu, kita pulang sekarang ayo, " Lidza segera memegangi tangan Naomi.

"Tidak!, biar kuberi pelajaran dulu nih bocah, " Naomi menepis tangan Lidza lalu segera menghampiri Sierra dengan wajah garang.

"A-apa y-yang ingin k-kau lakukan padaku?" terpampang ketakutan diwajahnya.

Naomi melayangkan sebuah tatapan yang penuh dengan niat membunuh.

"Security panggilkan security, kalian lihat dia ingin membunuhku, " Sierra mundur perlahan berbicara sembari menatap sekumpulan orang yang berada disekelilingnya yang menyaksikan perdebatan keduanya namun tidak ada yang ingin membantu karena mereka turut mendengar ucapan Sierra yang begitu sombong dan merendahkan orang.

Naomi terus menghampirinya perlahan dengan seringai jahat seolah hendak mengulitinya.

"Dami... Damian tolong aku, " Sierra menatap Damian berharap pria pujaannya itu menolongnya.

Tak lama 2 security rumah sakit datang menghampiri, ternyata salah satu perawat melapor ke mereka.

"Mengapa kalian membuat keributan dirumah sakit ini?" ucap salah satu security bernama Doni.

Melihat kedatangan 2 security rumah sakit membuat Sierra bernafas lega, ia segera menghampiri security itu.

"Kalian tendang kedua perempuan itu segera dari rumah sakit ini, dan jangan biarkan mereka menginjakkan kaki disini lagi, " perintah Sierra, sudut mulutnya terangkat.

"B-baik nona," ucap security bernama Rudi.

Lidza maupun Naomi tersentak saat ke dua Security mencekal tangan keduanya dengan kasar.

"Ayo keluar kalian, dasar pembuat onar," bentak Doni salah satu security.

Keduanya diseret paksa oleh kedua security itu.

Namun Damian tidak tinggal diam, ia segera menghampiri dan meninju salah satu security yang mencekal kakak pujaan hatinya itu.

Bruaaak

Damian berhasil membuat security itu tersungkur dilantai hanya dengan 1 pukulan.

"Jangan pernah menyentuh atau berbuat kasar padanya kalau kalian masih ingin hidup," ucapnya datar dengan aura dingin.

Security itu hendak membalas namun saat dilihatnya itu Damian, mereka segera berdiri menundukkan kepalanya.

"Tuan Damian maaf, kami tidak tahu anda ternyata juga berada disini, " ucap ke dua security itu tertunduk.

"Damian kau tidak lihat tadi tatapan wanita itu begitu menakutkan seolah ingin membunuhku, lagipula mereka juga mengusik ketenangan rumah sakit ini jadi sudah sewajarnya mengusir mereka dari rumah sakit kita, " ucap Sierra seolah memberitahukan kalau dia juga berhak atas rumah sakit itu, karena memang kakeknya salah satu pemegang saham terbesar disitu, saat ia hendak bergelayut manja, tangannya segera ditepis oleh Damian.

"Sungguh memuakan!" ketus pria itu menatap dingin Sierra.

Damian segera menghampiri Lidza,

"Ayo, aku akan mengantar kalian pulang, " Damian menggenggam jari ramping Lidza penuh kelembutan lalu mereka melangkah pergi bersama-sama.

Naomi memberikan tatapan mengejek juga cibiran terhadap Sierra lalu segera melangkahkan kaki mengikuti dibelakang Damian dan Lidza.

Security segera membubarkan semua orang yang berkerumun, sedangkan Sierra menatap Lidza dengan marah, ia mengepalkan tangannya erat-erat.

"Aku pasti akan mendapatkanmu Damian, lihat saja akan kubuat jal*ng itu menjauh darimu atau sebaliknya kau yang akan meninggalkannya!" ucap Sierra dengan tatapan kebencian sekaligus kemarahan.

Bersambung....

avataravatar