webnovel

Sesuatu ....

Sinar matahari mendesak masuk ke dalam, melewati sela-sela tirai jendela yang sempit. Suara-suara burung berkicau, menggema sampai kedalam ruangan. Bagaikan tuan putri, seorang wanita sedang meringkuk di atas ranjang yang didominasi warna biru tua dengan damainya. Ia menarik selimutnya sampai ke kepala untuk menghindari suara bising dari kicauan burung. Ia terlalu lelah, sekedar untuk membuka mata. Lagi pula siapa yang sudi meninggalkan kelembutan kain sutra yang sekarang menyelimutinya?

Tunggu dulu!

Kain sutra?

Dahi wanita itu mengkerut. Ia berusaha berfikir. Dengan susah payah ia membuka matanya. Lalu dengan horror menyingkap selimutnya tiba-tiba. Menyadari ini bukanlah kamarnya, Jendela kaca yang besar yang di tutupi tirai berwarna biru dan putih. Televisi layar datar berwarna putih yang tergantung di dinding di atas bupet putih dengan gagang berwarna biru. Sofa berwarna biru tua di samping ranjang yang berwarna putih dan diselimuti kain sutra berwarna biru. Dan lagi piyama siapa yang ia pakai. Ia mengerjapkan matanya.

"kyaaaaaaa…!"

.

.

.

.

Pagi hari yang cerah yang seharusnya dapat dinikmati leon, sedang tertidur menikmati kenyamanan di ranjang yang empuk dan halus, tiba-tiba terusik oleh teriakan seorang wanita dari kamar sebelah. Ia terpelonjak kaget, buru-buru membuka selimutnya dan turun dari ranjang. Tapi gerakannya terhenti karena sakit yang menjalar di punggungnya.

Ia mengutuki hal itu. Dengan sangat perlahan dan hati-hati ia berjalan mengangkang sambil memegangi punggungnya. 'Sial!' Makinya sambil membuka pintu kamar. Beberapa orang maid berlari tergesah-gesah melintasi dirinya yang sedang berpose dengan sangat tidak layak untuk dipandang di ambang pintu. Cepat-cepat ia merubah gaya berdirinya dengan sangat elegan tetapi yang terjadi malah sakitnya menjalar sampai ke kaki. 'Ini semua gara-gara kau!' Makinya sekali lagi. Dengan sedikit sangat memaksakan dirinya ia berjalan perlahan sambil menahan sakit di punggunya lalu mengikuti para maid yang berlari ke kamar sebelah sumber suara teriakan itu terjadi.

Dengan sangat tergesah-gesah para maid langsung membuka pintu kamar. Terlihat si pembuat onar, merisa menatap mereka dengan pandangan horror.

"Ka- kalian si-siapa?" Tanyanya dengan terbata-bata.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" Tanya salah satu maid, khawatir.

Merisa menggeleng cepat. Kemudian, Diikuti hembusan nafas lega dari para maid.

Pria yang sedari tadi diacuhkan akhirnya berpura-pura terbatuk untuk menyadarkan mereka akan kehadirannya. Sontak para maid yang ada di depannya terlonjak kaget melihat tuan mereka sudah ada di belakang. Dengan sangat tanggap mereka langsung bergerak pergi meninggalkan tuannya bersama seorang yang dianggap leon itu dengan  si pembuat onar.

"Sudah bangun?" Tanyanya yang masih merasa terusik dengan teriakan yang dibuat oleh merisa di pagi harinya yang tenang.

Merasa ini bukanlah hal baik, ia menyilangkan tangannya di dada dan menatap ngeri pada orang yang sedang berdiri di hadapannya.

Melihat respon negative yang dibuat merisa, leon semakin kesal. Ia berjalan mendekati merisa yang sedang menatapnya ngeri.

"Kau pikir aku sebejat itu!" Ucapnya sarkatis. "Cepatlah bangun! Orang tuamu pasti khawatir mencarimu," Ia berbalik berjalan meninggalkan Merisa. Tanpa ia ketahui merisa masih terdiam menunduk sambil menampakan raut wajah sedih.

Merasa merisa tidak bereaksi atas perkataannya. Leon berbalik dan mendecak pelan menyadarkan merisa dari lamunanya. Dengan perlahan dilihatnya merisa membuka selimutnya dan meletakkan kakinya di lantai tapi tiba-tiba saja pergerakannya berhenti. "Ada apa lagi?" Tanya leon tidak sabar.

merisa meringis kesakitan memegang pinggulnya.

"Kau sakit?" Tanya leon sekali lagi. merisa tidak menjawab, malah ia berbalik menengok ke belakang.

Merasa diacuhkan, Leon berjalan mendekati merisa yang masih terduduk diam di pinggir ranjangnya. merisa berkeringat deras tatkala leon yang semakin mendekatinya. leon menumpukan telapak tangannya dikening merisa sekedar memeriksa suhu tubuh. Merasa merisa baik-baik saja akhirnya leon menarik perlahan tangan kanan merisa berusaha membantunya untuk berdiri tapi sayangnya merisa malah tetap menahan posisinya sambil menggeleng-geleng cepat. "Kau tidak apa-apa. Cepatlah bangun!" Ucap leon sedikit memerintah. Merisa tetap saja bersikeras, akhirnya terjadilah tarik-menarik diantara mereka yang akhirnya dimenangkan Leon . Senyum puas tergambar jelas di wajahnya tetapi tidak beberapa lama dahinya mengkerut memikirkan sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh merisa.

'Bercak darah? Jangan-jangan?' Pikir leon. Perlahan genggaman tanganya melonggar, cepat-cepat merisa duduk lagi untuk menutupi bercak darah yang ada di ranjang yang ia duduki. Sekarang wajah keduanya merah semerah tomat.

"Emm… se-sebenarnya… bisa kau membelikanku pem-pemba-balut?" leon mematung.

"Yang a-ada sayapnya," Ujar merisa sambil menunduk malu.

Kretek kretek….

Sungguh, apa wanita yang dihadapannya tidak merasa malu atas perkataanya tadi? Dengan seenaknya ia menyuruh Leon Alvalendra yang terkenal dengan ke-cool-annya membelikannya pembalut. Yang ada sayapnya? What!

leon terhuyun-huyun berjalan keluar dari kamar. Wajahnya serasa sangat panas karena malu. Baru kali ini dengan kewarasannya ia mau saja disuruh melakukan hal itu. Ia menutup pintu kamarnya. Lalu menyandarkan dirinya pada pintu. Ia tidak ingin kehilangan image-nya dengan menuruti permintaan Merisa.

Tidak! Tidak! Tidak!

Lalu apa yang harus ia lakukan? Tanpa sadar dirinya sudah lima menit berjalan mondar-mandir di depan pintu. Munculah ide yang sangat brilian diotaknya. Kenapa ia tidak menyuruh saja maid-nya. Untuk apa ia punya maid? Perlahan Senyum mematikan muncul di wajah tampannya yang bak porselen itu.

Ia memanggil maid untuk membantu merisa

. Perasaan lega menghinggapi rongga dadanya karena tidak harus melakukan apa yang merisa suruh. Tetapi sayangnya itu semua tidak sesuai harapannya. Maid yang ia panggil untuk membantu merisa mendatanginya.

"Tuan, Nona meminta saya menanyakannya apa yang ia butuhkan pada anda?" Urat dahi Leon berkedut-kedut membentuk simpangan perempatan.

To be continue...

jangan lupa tinggalkan komen and like ya 🙏🙏😁

Next chapter