24 EKSEKUSI-1

"Sori, Mandaaa." Naura langsung meminta maaf padaku saat kami bertemu di kampus keesokan harinya.

"Enggak apa-apa, Ra ... ini bukan salah siapa-siapa. Nasib gue saja yang jelek." Aku langsung menimpali.

"Terus, rencanamu apa?"

Dari tatapan matanya, aku tahu Naura pasti menduga bahwa aku sudah tamat. Dugaannya itu tidak keliru sepenuhnya. Harapanku kini setipis oksigen di dataran tinggi Papua. Peraturan Mama tidak bisa diubah, apalagi dibatalkan. Buktinya, aku mesti menempuh perjalanan jauh dalam dua hari ke depan sebelum kampus kami resmi pindah. Mama mana peduli, akulah yang jadi korban. Selaluuu aku. Seharusnya, dalam dua hari itu aku masih punya cukup waktu untuk berpamitan dengan Senna.

"Ra, gue memang payah, ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Naura, aku malah curhat.

"Jangan bilang begitu, dong, Man .… Gue juga salah dulu mengompor-ngompori elo sama Senna." Naura merasa turut berduka.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter