Anna sungguh malang, dia ditelantarkan oleh ibunya, dan terpaksa melupakan perkuliahannya karena berkerja. Ditengah keputusannya, dirinya bertemu kucing hitam.
Suara decit kaki kursi bergesekan dengan lantai menghasilkan suara yang membuat orang yang mendengarnya sedikit menahan napas. Malam yang larut dihiasi bunyi-bunyian mahluk nokturnal yang membuat orang merinding. Lampu rumah yang temaram, tidak dapat menerangi seluruh ruangan menambahkan kesan mengerikan. Rambut putih yang dibiarkan jatuh terurai membuat orang yang melihat akan sibuk mempertanyakan wajah pemiliknya.
Tangan itu selama ini sibuk menorehkan tinta pada kertas putih yang merupakan prasasti yang berisikan kisah yang panjang. Kertas-kertas itu sangatlah banyak,ribuan jumlahnya, ada yang masih baru ada pula yang sudah berubah warnanya. Kertas-kertas itu disusun secara runtun dan terawat. Mata yang mengantuk itu benar-benar butuh tidur, mulut pun sudah berulangkali menguap namun pemiliknya masih memaksakan mereka untuk terjaga.
Setelah puas menuliskan segala kejadian-kejadian hari ini, barulah ia memutuskan untuk beristirahat. Ia merebahkan tubuhnya yang lelah mencoba mengistirahatkan kepalanya yang penuh.
" Kepalaku nyeri" Anna memijat-mijat pelipis berharap nyeri kepalanya menghilang.
Anna merebahkan tubuhnya ke atas kasur yang sudah menipis,ia menarik selimut tebalnya , menyelimuti semua bagian tubuhnya terkecuali wajahnya. Dia memejamkan mata menunggu sampai tertidur.
BRAK, BRAK.. BRUAK!!
Anna bangkit dari kasurnya dengan siaga, mengambil telpon dan stun gun miliknya. Ia berdiri di dekat pintu menunggu dengan waspada.
" Aku baru tertidur 1 jam nggak nyampai '' Anna merutuk
Tempat tinggal Anna bukanlah tempat yang aman bagi anak perempuan yang tinggal sendirian sepertinya, lokasi rumahnya berdekatan dengan tempat berisikan orang yang mendapatkan kesenangan dari hal yang buruk seperti judi, minuman keras dan perempuan malam. Alasan dia tidak pernah pergi dari sana karena ia menanti ibunya untuk pulang.
Matanya mulai hangat, dia lagi-lagi rindu ibunya, begitu banyak yang ia ingin ceritakan, sangat banyak orang yang melukai dan menghinanya, tak sedikit jumlahnya usaha yang dilakukan untuk Anna dapat bertahan hidup, begitu berat baginya meninggalkan sekolah yang ia sangat cintai, begitu ingin dia dihibur dan dipuji atas usahanya selama ini.
Tap tap tap..
Anna mendongak, suara itu berasal dari atas, suara itu bagai seseorang berjalan pada atap rumahnya. Dia merapikan suaranya yang baling karena gugup. Ini bukan saatnya lemah pikir Anna. Dia mengumpulkan keberanian yang selalu menolong dirinya.
" Kira-kira dong!, elu pikir atap rumah gua apaan?! Enyah sana! Gua mau tidur an**ing!'' teriak Anna
Setelah mengucapkan kata-kata kasar yang tak biasa diucapkan, bibir Anna terasa gatal, tapi jika dia tidak bisa berlagak bagai orang kasar egois dia tidak bisa bertahan di lingkungan bobrok adab.
BRAK!!!
Sesuatu jatuh dari atap sehingga membuat lobang. Sesuatu berwarna hitam dan bermata biru, memiliki ekor hitam panjang yang indah. Anna masih serius menatap lobang pada genteng rumahnya yang rusak.
Bagaimana aku menambalnya? Itu yang Anna pikirkan
Nyaw nyaw nyaw kucing itu menangis , membuat Anna berhenti mendongak yang sekarang menjadi menunduk. Itu kucing, jelas kucing, anak umur 4 tahun pun tau itu kucing.
Namun coba pahami beberapa logika ilmiah disini, bagaiman bisa kucing yang beratnya bisa melobangi atap rumah seseorang.
" Kau? Apa yang kau lakukan pada rumahku ? Siluman!'' tuduh Anna
Kucing itu diam. Anna diam.
'' Aku tak suka kucing, kelucuan milikmu itu tak bernilai untuku, pergi sana!'' lanjut Anna sambil mengganti cara ucapannya
'' Diam bocah, atau lehermu putus''
Napas Anna serasa berhenti, ia membelalak. Mulutnya terasa disekap. Kakinya bergetar begitu pula bibirnya.
'' ku, cing, tidak bi..ca..ra''
Brugh
'' Ah Dia pingsan, dia menyebutku siluman padahal dia sendiri mirip penyihir'' ''ujar kucing hitam itu
coming soon