15 PERASAAN KESAL MAYA

"Siapa kamu sebenarnya?! apa kamu benar-benar amnesia?!! cepat katakan padaku?!" tanya Maya menatap penuh wajah Edgar dengan perasaan kesal.

Edgar menatap Maya dengan tatapan rumit sambil menelan salivanya.

"Aku tidak mengenalmu, siapa kamu? dan kenapa kamu berteriak padaku? dan ini!! kenapa kamu mencubitku?" Ucap Edgar dengan sambil mengusap perutnya.

Maya menelan salivanya menjadi bingung dengan apa yang di katakan Edgar.

"Jadi benar kamu tidak mengingatku? apa kamu benar-benar amnesia?" tanya Maya dengan wajah serius mengamati wajah Edgar dari dekat.

Edgar menjauhkan wajahnya saat Maya mendekati wajahnya.

"Apa yang kamu lakukan? apa sekarang kamu ingin menciumku?" tanya Edgar sambil menutup mulutnya.

Wajah Maya memerah kembali duduk dengan menegakkan punggungnya dengan tatapan tak lepas dari wajah Edgar.

"Aku tidak percaya kamu hilang ingatan." Ucap Maya dengan tatapan curiga.

Edgar berniat membalas ucapan Maya namun kembali terdiam saat melihat Indira masuk ke kamar dan mendekatinya.

"Kamu sudah bangun Allan? bagaimana keadaanmu sekarang? apa lukamu masih terasa nyeri?" tanya Indira sambil berdiri di samping Allan dengan penuh perhatian.

"Apa aku bisa pulang sekarang?" tanya Edgar tidak bisa berlama-lama tinggal dengan orang yang tidak di kenalnya daripada menimbulkan masalah baru.

Indira mengambil nafas panjang kemudian memeriksa denyut nadi Edgar.

"Aku sudah menyelesaikan masalah Administrasi, sebentar lagi kita pulang. Ayah masih dalam perjalanan." ucap Indira sambil melepas jarum infus Edgar.

Edgar merasa lega setelah Indira melepas jarum infusnya.

Melihat Edgar menurut saja dengan Indira, Maya menelan salivanya. Entah kenapa ada sesuatu yang lain di hatinya.

"Tidak!! tidak mungkin aku cemburu pada Edgar. Bagaimana aku bisa punya perasaan pada pria yang tidak punya hati. Apalagi dia sudah membohongi aku mentah-mentah." ucap Maya dalam hati sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela luar.

Edgar menatap ke arah Maya sekilas saat Maya berpaling ke arah lain.

"Ceklek"

Pintu kamar terbuka, Rahmat datang untuk menjemput Edgar atas permintaan Indira.

"Apa kamu yakin Allan bisa pulang sekarang, Indira?" tanya Rahmat dengan tatapan penuh.

Indira menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Allan yang memaksa pulang Ayah. Aku tidak bisa menasihatinya lagi." ucap Indira selalu mengalah dengan keputusan Allan.

"Baiklah, ayo...kita pulang sekarang." ucap Rahmat mendekati Edgar untuk membantunya turun.

"Maaf Paman, aku tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya sendiri." Ucap Edgar sambil melihat Maya yang tidak memperdulikannya.

"Jangan keras kepala Allan, kamu masih lemas. Kamu banyak mengeluarkan darah." ucap Indira sambil memegang lengan Edgar.

Kembali Maya menelan salivanya melihat Indira begitu perhatian pada Edgar, apalagi Edgar tidak menolak perhatian Indira.

"Yang namanya otak mesum, walau hilang ingatan!! tetap saja mesum!!" Ucap Maya dengan suara pelan melewati Edgar dan berjalan cepat di depan.

Edgar mengkerutkan keningnya merasa gemas dengan ucapan Maya yang masih pedas padanya.

"Wanita aneh!! sama sekali tak punya hati! apa dia tidak tahu aku sedang terluka?? sama sekali tidak perhatian!" Ucap Edgar dalam hati sambil menatap punggung Maya yang berjalan di depannya.

"Indira, tunggu di sini saja. Ayah akan mengambil mobil dulu." ucap Rahmat setelah berada di depan rumah sakit.

Indira menganggukkan kepalanya.

"Allan, apa kamu haus?" tanya Indira berniat membelikan Edgar minuman.

"Kalau kamu tidak keberatan." ucap Edgar sambil melirik Maya yang tidak di tawari minuman Indira.

Maya mengalihkan pandangan seolah-olah tidak mendengar dan melihat perhatian Indira pada Edgar.

"Hei, apa kamu tidak haus?" tanya Edgar pada Maya setelah Indira pergi.

Maya diam saja tidak menjawab pertanyaan Edgar. Maya sudah merasa kesal dan malas pada Edgar dan Indira.

"Hei!! kamu mendengarku tidak?!! aku bertanya padamu!!" ucap Edgar menarik lengan Maya agar menatap wajahnya.

"Apa kamu bicara padaku?" tanya Maya seolah-olah tidak mengerti.

"Ccckkk!! apa kamu haus?!" tanya Edgar semakin gemas dengan sikap Maya yang masih saja tidak bisa bersikap manis padanya.

"Kalau aku jawab, aku haus apa kamu mau membelikannya untukku?" tanya Maya dengan wajah kesal. Sudah jelas dia berkeringat masih saja bertanya apa dia haus atau tidak.

"Aku akan membelikannya untukmu!" ucap Edgar berniat pergi tapi Indira sudah datang dengan membawa dua botol air mineral.

"Kamu mau kemana Lan? Ini minumanmu. Minumlah." ucap Indira memberikan satu botol minuman pada Edgar dan yang satunya dia minum sendiri.

Kedua tangan Maya terkepal, benar-benar merasa kesal dengan sikap Indira yang tidak peduli padanya.

Sambil minum beberapa teguk minumannya, Edgar menatap wajah Maya yang terlihat sangat kesal.

Tanpa bicara Edgar memberikan minumannya pada Maya. Maya menatap ke arah Edgar dan menerima sisa minuman dengan tatapan ragu.

"Minumlah, selagi masih dingin." Ucap Edgar dengan suara beratnya.

Maya menelan salivanya kemudian meneguk minuman sisa Edgar.

Indira menatap pemandangan itu dengan tatapan tidak senang.

"Allan, mobil Ayah sudah datang. Ayo, masuk." ucap Indira menarik lengan Edgar agar segera masuk ke dalam mobil.

"Maya, kamu duduk depan dengan Ayah, Oke!" ucap Indira dengan wajah serius.

Maya menganggukkan kepalanya merasa malas menjawab ucapan Indira.

Melihat Maya hanya diam dan tidak banyak bicara membuat hati Edgar tersentuh. Ada perasaan tidak rela kalau hati Maya tersakiti.

Namun Edgar tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu Maya.

Tiba di rumah Indira, Maya segera keluar dan tidak tahu harus melakukan apa.

"Apa sebaiknya aku pergi saja? percuma juga aku di sini! Edgar hilang ingatan dan dia semakin lengket dengan Indira. Aku jadi tidak yakin dia Edgar atau Allan. Tapi di kartu indentitasnya dia bernama Edgar. Apa kartu indentitas itu palsu?!" tanya Maya dengan sejuta pertanyaan di dalam hatinya yang belum ada jawabannya.

"Sebaiknya aku melihat keadaan motor Edgar, kalau masih bisa di pakai malam nanti aku pergi saja. Aku tidak bisa berlama-lama melihat sikap Indira yang sok manis dan perhatian pada Edgar!!" ucap Maya dalam hati sambil berjalan ke tempat motor Edgar yang ada di samping rumah.

Hati Edgar merasa cemas saat keluar dari mobil melihat Maya berjalan ke samping rumah dengan wajah terlihat kesal.

"Maya mau kemana? kenapa dia ke samping rumah?" tanya Edgar dengan tatapan tak lepas ke arah Maya yang sudah menghilang di balik samping rumah.

"Allan, ayo masuk. Kamu harus banyak istirahat. Aku akan memasak sesuatu yang enak untukmu." ucap Indira memeluk pinggang Edgar dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Di samping rumah, Maya duduk dengan kesal karena motor Edgar tidak bisa menyala.

"Aaakkkhh!!! kenapa nasibku sangat sial!!" ucap Maya dengan kedua matanya berkaca-kaca duduk lemas di samping motor Edgar.

"Kenapa kamu ada di sini?" tiba-tiba terdengar suara seseorang yang membuat Maya sangat terkejut.

avataravatar
Next chapter