16 PERASAAN ANEH

"Kenapa kamu ada di sini?" tiba-tiba terdengar suara seseorang yang membuat Maya sangat terkejut. Maya menoleh dan terkejut melihat Edgar sudah di hadapannya.

"Kamu?! kenapa kamu ada di sini?? bukankah Indira membawamu ke kamar?" tanya Maya dengan tatapan rumit.

"Dia sedang memasak, aku penasaran dengan apa yang kamu lakukan. Aku melihatmu saat kamu pergi ke sini. Apa yang kamu lakukan di sini? dan motor siapa itu?" tanya Edgar mendekati Maya yang sedang memegang stang motor.

"Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya memperbaiki motor ini. Ini motorku." ucap Maya dengan wajah malas.

"Menyebalkan, dia benar-benar tidak mengingatku bahkan dengan motor Kesayangan." ucap Maya dalam hati kembali fokus melihat motor Edgar yang tidak bisa nyala.

"Minggirlah, aku mau lihat!" ucap Edgar duduk di samping Maya sambil menahan rasa nyeri di punggungnya.

"Ehhh!! apa yang kamu katakan?!! untuk apa kamu melihatnya?! sebaiknya kamu kembali ke kamar saja sebelum kekasih kamu mencarimu." ucap Maya tanpa sengaja menarik lengan atas Edgar yang membuat Edgar mengaduh kesakitan.

"Auhhhh! apa yang kamu lakukan? punggungku masih sakit! apa kamu tidak mengerti kalau otot punggung terhubung dengan tulang lengan atas?!" ucap Edgar sambil mengusap lengannya.

Wajah Maya memerah dan merasa gugup.

"Bagaimana aku tahu hal itu! aku bukan dokter seperti kekasihmu itu?!" ucap Maya dengan bibir cemberut merasa kesal.

"Kamu bicara apa?? dari tadi kamu bilang indira kekasihku. Aku saja tidak ingat kalian berdua." ucap Edgar bangun dari tempatnya kemudian membuka penutup bensin motor.

"Lihat!! bensin motor kamu habis. Kalau kamu ingin motor ini jalan kamu harus mengisinya dengan bensin lebih dulu." ucap Edgar sambil menunjuk tangki motor yang kosong.

"Kamu tahu darimana kalau bensin motor ini habis? aku tidak memberitahumu kan? kamu tidak hilang ingatan kan?" ucap Maya dengan tatapan penuh.

Edgar mengusap tengkuk lehernya kemudian berkacak pinggang.

"Ccckkk!! tanpa kamu beritahu semua orang juga tahu, kalau motor tidak bisa jalan hanya dua kemungkinan saja. Motor itu rusak atau kehabisan bensin. Hanya orang bodoh saja yang tidak tahu tentang hal itu." ucap Edgar seraya menutup kembali tangki motor.

"Apa yang kamu katakan barusan??!! jadi kamu mengatakan aku bodoh begitu?! kamu benar-benar menyebalkan!!" ucap Maya dengan kesal meninggalkan Edgar dan pergi keluar halaman untuk mencari bensin.

"Hei!!! kamu mau kemana?!" tanya Edgar sedikit berteriak dengan tatapan rumit.

"Bukan urusanmu!! urus saja dirimu sendiri!!" ucap Maya dengan perasaan kesal berjalan lurus untuk mencari orang jual bensin.

"Cckkkk!! kemana dia?" ucap Edgar sambil meremas rambutnya.

"Allan?? kenapa kamu di sini? aku mencarimu kemana-mana?" Ucap Indira dengan tiba-tiba cukup mengejutkan Edgar.

"Dengar Allan, kamu masih terluka dan baru saja operasi. Kenapa kamu tidak istirahat saja di kamar?" ucap indira lagi dengan tatapan heran kemudian mendekati Edgar dan membawanya masuk ke dalam.

Edgar hanya menahan nafas, mengikuti Indira yang membawanya ke dalam kamar.

"Aku baru selesai memasak makanan kesukaan kamu." ucap Indira membantu Edgar duduk di tempat tidur.

"Sebenarnya aku tidak lapar, tapi baiklah kalau kamu memaksa. Aku aku tidak bisa menolak." ucap Edgar tidak bisa berbuat apa-apa selain mengambil hati Indira.

Sambil menikmati makanannya Edgar ingin bertanya sesuatu pada Indira.

"Indira, apa di sekitar sini ada penjual bensin?" tanya Edgar sambil melihat ke arah jam dinding karena Maya belum kembali juga.

"Kalau pom bensin sangat jauh dari sini. Tapi kalau penjual bensin rumahan ada beberapa saja, tidak jauh juga dari sini. Kenapa tiba-tiba kamu bertanya tentang penjual bensin?" ucap Indira sedikit curiga dengan pertanyaan Edgar.

"Aku hanya bertanya saja, aku pikir kamu punya mobil. Tapi tempat ini sangat sepi jauh dari keramaian. Bagaimana kamu membeli bensin saat mobil kamu kehabisan bensin." ucap Edgar dengan tenang.

"Aku tidak pernah bingung tentang hal itu, bukankah aku bekerja di rumah sakit kota? dan kebetulan juga Ayah selalu menyiapkan stock bensin di gudang belakang." ucap Indira tanpa merasa curiga lagi pada Edgar.

Edgar hanya diam meneruskan kunyahannya hingga berhenti seketika saat melihat Maya masuk dengan wajah suram.

"Indira, aku sudah kenyang. Terima kasih kamu sudah mau menyuapiku. Aku mau istirahat sebentar." ucap Edgar sambil berbaring untuk istirahat.

"Baiklah, kalau kamu istirahat. Aku mau keluar sebentar dengan Ayah." Ucap Indira bangun dari duduknya.

"Kamu mau pergi kemana?" tanya Edgar dengan wajah serius.

"Mau ke kota, bahan makanan sudah banyak yang habis. Kalau kami ingin sesuatu ada beberapa makanan dan sedikit buah di dapur." Ucap Indira sambil membawa piring kotor pergi keluar kamar.

Setelah Indira pergi tanpa memperhatikan Maya, Edgar turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela memastikan Indira sudah berangkat dengan Ayahnya.

Melihat gelagat Edgar yang aneh dan wajahnya yang serius membuat Maya jadi terusik.

"Ada apa denganmu? kenapa kamu ke jendela? apa kamu melihat sesuatu di luar sana?" tanya Maya dengan kening berkerut.

"Tidak ada apa-apa? apa kamu sudah mendapatkan bensin itu?" Tanya Edgar masih berdiri di dekat jendela.

Maya menggelengkan kepalanya dengan wajah putus asa.

"Aku sudah berjalan cukup jauh, tapi dua penjual bensin yang ada di sana tidak ada yang buka." ucap Maya sambil menggigit bibir bawahnya merasa kesal sendiri.

"Ikut aku." ucap Edgar tiba-tiba mengulurkan tangannya pada Maya.

Dengan perasaan ragu-ragu akhirnya Maya menyambut juga uluran tangan Edgar. Dalam genggaman tangan Edgar, Maya berjalan mengikuti langkah kaki Edgar yang berjalan ke arah belakang rumah.

"Kita mau kemana? kenapa kita ke sini?" tanya Maya dengan tatapan tak mengerti saat Edgar membawanya ke sebuah gudang yang tempatnya berada di belakang rumah.

"Diamlah, cukup kamu membantuku saja." ucap Edgar sambil membuka pintu gudang yang tidak terkunci.

Saat di dalam gudang, Edgar melepas genggaman tangannya dan mengedarkan pandangannya seolah-olah sedang mencari sesuatu.

Edgar tak bergerak saat kedua matanya terpaku pada sebuah drum besi yang cukup besar. Segera Edgar mendekati drum itu dan membuka penutupnya.

"Akhirnya aku menemukannya." ucap Edgar sambil mengedarkan pandangannya mencari sebuah selang dan jerigen kosong.

Secara kebetulan Edgar menemukan selang dan jerigen kosong tidak jauh dari drum.

"Kamu mau apa?" tanya Maya dengan kening berkerut saat merasakan bau bensin yang menyengat dari drum yang terbuka tutupnya.

Tanpa menjawab pertanyaan Maya, Edgar memasukkan ujung selang ke dalam drum dan ujung satunya dia masukkan ke dalam mulutnya.

Melihat hal berbahaya itu Maya berpikir kalau Edgar mau bunuh diri dengan menyedot bensin lewat selang yang ada di dalam mulutnya.

Saat melihat Edgar benar-benar menyedot bensin selang itu, segera Maya merampas selang itu dengan wajah marah.

"Apa yang kamu lakukan bodoh!!! apa kamu mencari mati?!! kalau aku tahu itu, untuk apa kemarin aku menyelamatkan hidupmu!!" ucap Maya menatap Edgar dengan wajah merah padam.

avataravatar
Next chapter