webnovel

KELICIKAN ERIN

"Maya, aku mau tanya? apa sikap kamu selalu seperti ini pada semua pelangganmu?" tanya Edgar dengan suara datar.

"Bodoh! kamu pikir sendiri! bagaimana aku bisa punya banyak pelanggan kalau sikapku seperti yang kamu pikirkan!" ucap Maya melepas genggamannya dengan kasar.

"Jadi kamu mau bilang, kalau sikap kamu manis pada semua pelangganmu? tapi kenapa sikapmu sangat menyebalkan kalau padaku?" tanya Edgar seraya menarik tangan Maya dan menggenggamnya kembali.

"Karena kamu yang memulainya! kamu sangat kaku dan tidak bisa lembut pada wanita." ucap Maya dengan tatapan kesal.

"Kamu menilaiku seperti itu apa kamu sudah yakin mengenalku?" tanya Edgar dengan tatapan tajam.

"Bagaimana aku tidak bisa mengenalmu? dari sikapmu sudah terlihat dengan jelas." ucap Maya dengan nada datar.

"Baru aku tahu wanita di ciptakan dengan bibir yang indah ternyata hanya untuk melontarkan kata-kata yang pedas." ucap Edgar sambil melirik bibir Maya yang tipis namun seksi.

"Bukannya kamu yang selalu menghina aku Tuan Edgar!" pekik Maya dengan tatapan kesal.

"Ya sudah, terserah kamu. Aku lelah berdebat denganmu. Kita sudah sampai, sebaiknya kamu jangan melepas genggamanmu lagi." ucap Edgar setelah sampai di kedai milik Evan saudara laki-laki Erin.

"Kenapa aku tidak boleh melepas genggaman tanganku? bukannya kita sudah sampai di kedai?" tanya Maya dengan heran.

"Jangan banyak bertanya, kamu bisa lihat sendiri saat masuk ke dalam." ucap Edgar tanpa melihat Maya langsung masuk ke dalam.

Maya mencengkeram erat lengan Edgar setelah masuk ke dalam kedai, begitu ramai dan penuh dengan laki-laki yang terlihat bar-bar dan perempuan-perempuan nakal.

"Kenapa? apa kamu takut? bukannya kamu sudah terbiasa menemani banyak laki-laki?" tanya Edgar dengan tersenyum dingin.

"Tutup mulutmu, pelangganku tidak seperti mereka semua laki-laki bar-bar. Tidak seperti pelangganku orang-orang yang terhormat." ucap Maya dengan tatapan sedikit jijik melihat wanita-wanita yang tidak merasa malu bermain di tempat umum.

"Tidak ada laki-laki yang terhormat kalau sudah mengenal wanita lain selain istrinya, kamu harus tahu itu." ucap Edgar sambil menekan pelipisnya sangat lelah berdebat dengan Maya yang keras kepala.

"Hai... Edgar sayang? kamu di sini? aku tidak percaya kamu ke sini? apa kamu mencariku?" sapa Erin memegang lengan Edgar dengan manja.

Edgar tersenyum dingin kemudian melirik Maya yang masih mencengkeram lengannya yang satu.

"Di mana Evan? aku mau bicara dengannya." ucap Edgar mau membahas masalah Sonny yang telah menjebaknya ke dalam perangkap Amir.

"Ada di dalam, ikutlah denganku." ucap Erin seraya menarik lengan Edgar.

Melihat Erin menarik lengan Edgar, Maya mengikuti langkah kaki Edgar.

"Edgar, sebaiknya perempuan ini kamu minta tunggu di sini. Kamu tahu kan? kalau Evan tidak suka dengan kedatangan orang yang tidak kenalnya?" ucap Erin melirik sinis pada Maya.

Edgar mengambil nafas panjang, tidak bisa berbuat apa-apa.

"Maya, kamu tunggu di sini dan jangan kemana-mana sebelum aku kembali." ucap Edgar dengan tatapan penuh.

Maya menganggukkan kepalanya dengan perasaan ngeri tinggal sendirian di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali.

"Hem, Jangan lama-lama." ucap Maya dengan nada datar menutupi rasa takutnya.

"Ayo Erin, tunjukkan di mana Evan." ucap Edgar mengikuti langkah kaki Erin ke ruang khusus pribadi Evan.

Setelah melewati beberapa kamar, Erin menghentikan langkahnya.

"Masuklah, Evan ada di dalam." ucap Erin dengan sebuah senyuman.

Tanpa membalas ucapan Erin, Edgar masuk ke ruang Evan.

Erin tersenyum sinis setelah Edgar menemui Evan.

"Sekarang waktunya memberi pelajaran pada wanita yang telah berani menyentuh kulit Edgarku." ucap Erin berjalan cepat kembali ke depan, namun saat di ruang tunggu Maya memanggilnya.

"Hai... tunggu." panggil Maya dengan wajah sedikit meringis menahan buang kecil.

"Ada apa?" sahut Erin dengan wajah sinis.

"Di mana letak toiletnya?" tanya Maya sudah tidak kuat menahannya.

"Oh...ada di ujung sana paling ujung sebelah kanan." ucap Erin singkat kemudian meninggalkan Maya.

Ada senyum seringaian di bibir merah Erin saat Maya pergi ke toilet.

"Tunggu saja di sana wanita penggoda! sebentar lagi kamu akan tahu akibat menantang seorang Erin!" ucap Erin dalam hati seraya memanggil dua anak buah Evan untuk melecehkan Maya di kamar toilet.

Maya keluar dari kamar kecil dengan wajah terasa lega karena sudah buang air kecil.

Namun wajahnya berubah merah saat ada dua laki-laki yang datang menghampirinya dan menggodanya.

"Hai cantik, kamu dari mana?" tanya laki-laki bertubuh gempal.

"Minggir aku mau lewat!" ucap Maya dengan tatapan tajam.

"Wah... ternyata sombong juga." ucap laki-laki di itu lagi seraya berusaha menjamah wajah Maya.

Dengan marah Maya menepis kasar tangan laki-laki itu.

"Jangan coba-coba menyentuhku kamu tidak tahu siapa aku!" ucap Maya dengan suara penuh tekanan.

"Hahaha kenapa tidak boleh menyentuhmu cantik, memangnya siapa kamu?" tanya laki-laki satunya sambil menarik kasar tangan Maya hingga terjatuh dalam pelukannya.

"Lepaskan aku bajingan!!! kamu tidak tahu aku kekasih Edgar! kamu tahu kan siapa Edgar!" teriak Maya dengan wajah penuh kemarahan.

"Hahaha Edgar? Edgar kekasih kamu? apa kamu sedang bermimpi cantik? Edgar itu kekasih Erin adik bos kita Evan! Ayolah kamu sama aku saja! aku juga tidak kalah tampan dengan Edgar." ucap laki-laki satunya yang lumayan tampan.

"Kalian salah! akulah kekasih Edgar! apa kamu tidak tahu aku datang dengan siapa? aku datang dengan Edgar!" ucap Maya berusaha tidak menunjukkan rasa takutnya.

"Persetan dengan ucapanmu cantik, ayo ikut denganku!" ucap laki-laki itu dengan paksa mencekal kedua tangan Maya dan membawanya masuk ke kamar kecil.

"Cepat!! kunci pintunya!" teriak Laki-laki itu pada si Gempal.

Dengan cepat si Gempal mengunci kamar kecil dan berbalik ke arah Maya yang sudah dalam pelukan temannya.

"Lepaskan aku bajingan!!! kamu akan menyesal!! lepaskan aku!! Edgar!! Edgar!" teriak Maya berusaha melepaskan diri dengan menendang-nendang kakinya pada si Gempal yang mau mendekatinya.

Sementara itu di ruang kamar Evan, Edgar selesai pembicaraannya dengan Evan.

"Ingat Evan, kalau Sonny sudah kembali kamu harus menangkapnya untukku! aku tidak akan melepaskan Sonny begitu saja." ucap Edgar dengan suara datar keluar dari ruangan Evan.

Dengan langkah panjang Edgar kembali ke tempat di mana Maya menunggunya.

Kening Edgar mengkerut saat tidak melihat keberadaan Maya.

"Di mana Maya?" tanya Edgar sambil berjalan keluar mencari keberadaan Maya.

"Kemana Maya? apa dia pulang? tidak mungkin kalau pulang, dia masih belum tahu jalan pulang. Atau dia sudah dapat pelanggan baru?" tanya Edgar sambil menggigit bibir bawahnya hendak kembali ke tempat Maya menunggu.

"Edgar! kamu mencari siapa sayang?" panggil Erin menarik lengan Edgar dan membawa Edgar ke depan agar tidak kembali ke belakang.

Next chapter